SMA Eben Haezer Manado punya rekor mentereng pada liga basket pelajar terbesar tanah air. Tim basket putri mereka, punya torehan champion terbanyak di Honda DBL Seri Sulawesi Utara.
Sekolah yang terletak di Wanea ini total mengoleksi delapan gelar champion dari 12 musim penyelenggaraan Honda DBL di Sulawesi Utara. Masing-masing pada edisi 2008, 2009, 2010, 2011, 2013, 2014, dan 2016.
Tidak itu saja. Mereka juga berhasil melakukan dua kali kawin gelar, setelah tim putri dan putranya berbarengan menjadi champion. Masing-masing pada edisi 2011 dan terakhir pada edisi 2016 silam.
Schiffo Liogu, pelatih SMA Eben Haezer Manado bercerita bahwa konsistensi 12 musim tanpa henti selalu juara dari skuad asuhannya tak lepas dari program pembibitan dari SMP Eben Haezer. Setelah mereka menginjak SMA, Coach Sciffon tinggal memoles kemampuan yang sudah dibangun.
Tak hanya itu, Coach Schiffo juga melakukan program pembibitan dari siswa kelas X. Baik yang dulunya merupakan pemain basket di level SMP maupun yang dari nol. Dengan amunisi yang melimpah ini, ia tinggal menyesuaikan keperluan tim saat akan berpartisipasi di kompetisi.
"Kalau programnya sama, dari kelas X sampai XII. Yang membedakan adalah kompetisi apa yang akan diikuti. Jadi selain program reguler juga ada program khusus," ujar coach Schiffo.
Ia pun bercerita untuk di Honda DBL sendiri, ia melakukan skema perbandingan program 30% fundamental dan 70% fisik. Semakin mendekati kompetisi, maka jumlah fundamental akan semakin tinggi.
Salah satu contoh pengembangan yang dilakukan adalah latihan set play defense dan offense serta transisi diantara keduanya. Sistem man to man defense dari Honda DBL memerlukan transisi defense yang baik.
"Selain latihan sendirim kita juga lakukan sparring. Sehingga saya bisa mengukur kemampuan tim seperti apa," tambahnya.
Ketika akan menyusun skuad, Coach Schiffo benar-benar selektif dalam memilih. Tak hanya dari kemampuan, kemauan untuk bekerja keras juga menjadi hal yang penting. Semuanya akan semakin lengkap jika memiliki attitude yang baik. Ia bahkan tak segan mencoret anggota timnya jika secara attitude kurang baik meskipun secara skill di atas rata-rata.
"Skill dan pembentukan karakter menurut saya tidak akan pernah habis untuk dikejar. Semakin baik keduanya maka akan semakin bagus kualitas pemain tersebut. Inilah yang terus saya kembangkan bersama tim pelatih," tutupnya. (*)