SMAN 2 Lahat memang baru berpartisipasi di Honda DBL sejak musim 2017. Namun bukan berarti skuad asuhan dari Susan Meisaroh ini masih meraba-raba di kompetisi Honda DBL.
Pada musim pertamanya, mereka bisa menembus babak semifinal. Sedangkan pada musim 2018 dan 2019 mereka berahsil membawa pulang gelar juara secara beruntun.
"Bagi saya, semua ini tak lepas dari dukungan sekolah. Tanpa dukungan ini tim basket tidak bisa seperti sekarang," ujar coach Susan.
Pelatih 30 tahun ini mengungkapkan, ada tiga orang guru yang sangat berperan penting dalam kemajuan basket SMAN 2 Lahat. Mereka adalah Triturnadi, Zuhairin, dan Yuliana Nurjannah. Ketiganya lah yang tak pernah lelah membimbinga anak-anak asuhnya. Baik di sekolah maupun saat berada di lapangan.
Tritunadi dan Zuhairin sendiri menjadi tim pelatih yang terus memantau perkembangan anak-anaknya. Tak jarang juga mereka memberikan masukan ke pemain jika ada yang kurang pas, dan bisa dikembangkan lagi.
Sedangkan Yuliana yang merupakan guru olahraga, bertanggung jawab untuk memantau pola hidup sehat anak asuhnya. Sehingga mereka selalu fit saat akan bertanding.
"Dukungan sekolah inilah yang membuat anak-anak semakin semangat dalam berlatih. Tanpa beliau-beliau ini mungkin SMAN 2 Lahat tidak seperti sekarang," ujar pelatih yang pernah mengikuti Honda DBL Camp tahun 2017 tersebut.
Untuk program pengembangan kemampuan pemain, coach Susan melakukan latihan bersama dari kelas X sampai kelas XII. Bedanya, khusus untuk kelas X, mereka akan diberikan drill khusus tentang set play.
Hal ini dikarenakan rata-rata pemain dari daerah Lahat memiliki kemampuan yang baik namun belum terbiasa bermain dengan set play.
Tak hanya itu, ia juga melakukan program pengembangan otot agar anak asuhnya tidak mudah cedera dan punya kondisi fisik yang baik. Selain latihan fisik, ia juga melakukan program aquatic training. Metode ini ia dapatkan selama mendapatkan pelatihan di Honda DBL Camp 2017.
"Untuk intensitasnya, kami latihan seminggu dua kali. Tapi, ketika sudah mendekati kompetisi, seminggu bisa sampai empat kali. Tapi tetap, mereka harus mengutamakan akademik karena mereka adalah student athlete," tambahnya.
Selain untuk basket, coach Susan juga menerapkan latihan yang mengedepankan kedisiplin, konsistensi, solid, serta tidak boleh cepat berpuas diri. Hal ini terus digembleng agar kelak ketika lulus sekolah anak-anaknya menjadi pribadi yang mudah beradaptasi di manapun berada.
"Selain memberikan mereka ilmu, saya juga belajar dari mereka. Saya tidak ingin dikenal sebagai pelatih yang kaku dan ditakutin. Dengan menjadi pelatih yang bersahabat bagi mereka, tentu akan membuat anak-anak nyaman berlatih dan bisa mendapatkan hasil yang optimal," tutur coach Susan.(*)