Berjayanya tim basket putri SMA St. Louis 1 Surabaya pada medio 2014-2015 tak lepas dari sosok Christine Tjundawan Aldora. Pemain yang juga pernah menjadi bagian Timnas Indonesia ini menjadi forward dengan daya gedor yang sulit dibendung. Kecepatan dan ketajamannya dalam melakukan fast break menjadi ruh permainannya saat berada di lapangan.
Pemain yang saat ini membela tim basket putri PON Jatim 2020 ini bercerita bahwa banyak kenangan manis yang ia dapat saat berlaga bersama di Honda DBL. Terutama saat menjalani musim pertamanya sebagai rookie pada musim 2014.
THE WINNING TEAM : Tim basket Sinlui pada musim 2014. (foto: Dok. DBL Indonesia)
"Waktu itu banyak banget pertandingan sengit yang aku dan rekan-rekan jalani. Mulai dari menang revans melawan juara musim 2013, SMAN 3 Sidoarjo sampai mengalahkan SMA Gloria 1 Surabaya di partai final yang waktu itu ada Jovita Simon. Apalagi pertandingannya ketat banget," kenang Christine.
Ia menambahkan bahwa di tahun 2014, Sinlui benar-benar merintis tim dari bawah. Dalam sehari, pelatih mereka Coach Lena menggembleng kemampuan anak-anaknya secara intensif. Mulai dari latihan finishing hingga jogging di Taman Bungkul di sore hari. Hal ini membuat timnya solid baik di dalam maupun luar lapangan.
Christine Tjundawan Saat meraih gelar MVP Honda DBL East Java Series 2015 (foto: Dok. Pribadi)
Hasil ini pun berbuah manis, ia berhasil meraih gelar juara selama dua musim berkostum Sinlui. Tak hanya itu, hampir setiap pertandingannya, Christine selalu menjadi top scorer untuk timnya. Selain dari tim, ia juga meraih gelar perseorangan. Mulai dari MVP di musim 2015, hingga terpilih Honda DBL Indonesia All-Star di musim 2014 dan 2015.
"Nah kalau di tahun 2015 kebetulan timnya jauh lebih matang dibanding musim 2014. Ada Jennifer Lukito, Elisia Kartika, sampai Julliene Hartono. Jadinya secara tim memang jauh lebih tangguh. Beda dengan musim 2014 yang timnya benar benar memulai dari nol. Jadi kangen sama tim jaman SMA," ujar Christine.
Christine Tjundawan (Jersey no. 13) Bersama skuad Sinlui musim 2015. (Foto: Dok. Pribadi)
Dibalik keberhasilannya hingga sekarang, Coach Lena juga menjadi sosok yang paling berjasa bagi karirnya. Sosok Coach Lena baginya tak hanya sebagai pelatih. Melainkan dianggap sebagai kakak baginya dan para pemain basket Sinlui. Tak jarang juga Coach Lena menyempatkan diri hadir ke pertandingan anak asuhnya. Baik para siswa siswi maupun alumni seperti Christine.
"Pernah juga waktu itu nonton aku main di Bandung bareng tim PON Jatim pada tahun 2016. Nah sekarang jadi satu tim lagi di PON Jatim. Sama beberapa pemain Sinlui. Jadi rasanya kaya nostalgia," tutur Christine.(*)