SMA Al Izhar Pondok Labu harus puas menerima kenyataan pahit di Honda DBL DKI Jakarta Series tahun lalu. Mereka gagal kembali melaju ke final. Perjalanan panjang AIPL (julukan SMA Al Izhar) kandas di perempatfinal. Tim asal Pondok Labu itu harus mengakui ketangguhan rivalnya SMAN 3 Jakarta. Bagi Rhasaan Habibie, kapten AIPL musim lalu, hasil itu tentu jauh dari ekspetasi.
Dirinya sangat terpukul tidak bisa membantu AIPL kembali tembus babak Championship Series. “Target kita sebenarnya, mau membuktikan kalau kita bukan underdog lagi, atau kayak one season wonder kayak tahun sebelumnya,” paparnya.
Menurut pemain berusia 17 tahun itu, musim lalu timnya hanya kurang beruntung. “Mungkin bukan luck kita tahun lalu. Jadi nggak bisa masuk Championshipp Series lagi,” cetusnya. Namun sebagai kapten, Habiebie merasa harus bisa menenangkan rekannya. Usai pertandingan dirinya lebih meminta timnya untuk tenang. Serta tidak larut dalam kekecewaan.
“Pelatih dan pemain udah memberikan yang terbaik. Di locker room usai pertandingan waktu itu, kita saling menyemangati satu sama lain, buat menerima kekalahan dengan lapang dada,” cuapnya. Namun, di musim berikutnya, dirinya optimis adik kelasnya bisa meraih pencapaian yang lebih baik dibanding tahun lalu.
“Tentu aku berharap besar dengan generasi selanjutnya. Aku percaya mereka bisa bawa AIPL ke Championship Series lagi. Soalnya, angkatan yang dipimpin Alfaro punya kualitas yang mumpuni,” tegasnya. Selain itu, ia berpesan pada juniornya agar bisa terus menuliskan cerita manis di Honda DBL.
“Tetap terus berlatih, semangat menolak menyerah. Buktikan kalau AIPL memang hebat dan bisa terus menorehkan segudang prestasi. Bukan cuma sekedar Cinderella story belaka,” pesannya.
Di sisi lain, Habiebie merasa bersyukur masih bisa membela AIPL musim lalu. Sebab, dirinya merasakan betul atmosfer yang berbeda saat bertanding.
“Pertandingan lawan Gonzaga, itu benar-benar terasa berbeda. Selalu rame kalau ketemu mereka. Pemain dan suporter semuanya bertarung habis-habisan itu sangat berkesan bagiku,” cuapnya. (*)