Honda DBL DKI Jakarta Series resmi bergulir untuk pertama kalinya pada 9 Mei 2012 silam. Antusiasme penonton menjadi tanda sambutan yang positif bagi seri ibu kota. Hal itu juga dirasakan oleh Melissa Lauwira, pemain dari tim putri SMA Ipeka Tomang dan Bernandus Ryan, penggawa SMA Kolese Kanisius kala itu.
Mereka berdua masih ingat bagaimana atmosfer opening ceremony liga basket pelajar yang disuguhkan secara mewah. "DBL itu super beda banget jika dibanding turnamen lainnya," kata Melissa. "Jangan ditanya rasanya. Aku tuh super deg-degan parah maksimal. GOR-nya rame banget. Berasa seperti pertandingan atlet profesional,” aku cewek 26 tahun itu.
Senada dengan Melissa, Ryan yang waktu itu berlaga melawan SMAN 3 Jakarta, benar-benar dibikin merinding. Ia mengaku momen itu tak akan terlupakan hingga sekarang. "Saya ingat ada sorotan lampu, banyak spotlight, kita berasa pemain NBA loh. Saya nggak akan lupa momen itu,” kenangnya.
Bernadus Ryan (paling kiri) sesaat sebelum opening ceremony (source: dok pribadi)
Awalnya Melissa melihat berita di DBL.ID (Pertama Kali Digelar, Honda DBL Bikin Heboh Ibu Kota). Selesai membacanya membuat Melissa yang kala itu didapuk sebagai kapten tim putri Ipto--julukan Ipeka Tomang--terhanyut dalam nostalgia.
Ia mengunggah kenangan itu di Insatgram story pribadinya. Dia juga terkenang vibes pertandingan perdananya kontra SMK Yadika 2 Jakarta. Tepat pada opening party seri DKI Jakarta. "Aku lupa berapa skor akhirnya. Pokoknya pertandingannya sengit. Yang aku ingat karena rame banget sampai tidak bisa dengar teman ngomong apa di lapangan atau di bench," kenangnya.
Sayangnya Ipto harus mengakui kekuatan Yadika 2. "Ini adalah big match soalnya Ipto sama Yadika itu langganan finalis turnamen di Jakarta Barat. Sayang kami kalah. Jadi gugur,”imbuhnya.
Nggak jauh berbeda, Ryan yang kini menekuni profesi sebagai seorang dokter itu selalu mengenang momen saat berkumpul dengan anak basket angkatannya. "Kami kalah dari SMAN 3. Tapi itu jadi bahan cerita bagi kami kalau ada reuni," cetusnya.
Pemain yang dulu berposisi sebagai forward itu berpesan kepada juniornya agar karena bisa bermain di Honda DBL. "Bayangkan, masih SMA, level pelajar, tapi udah diperlakukan layaknya pemain profesional. Itu akan jadi cerita masa sekolah yang tidak bakal kalian lupakan,” katanya.
Sementara Melissa yang kini menekuni bidang desain grafis dan menjadi kontributor media basket kerap terbawa nostalgia jika sedang melihat pertandingan Honda DBL. "Rasanya ingin main lagi. Apalagi sekarang DBL semakin keren dan makin kompetitif persaingannya," sebutnya.)*)