Menjadi pemain andalan dalam sebuah tim, bukanlah tugas yang mudah. Sebab dia harus punya semangat lebih untuk memompa spirit rekan satu timnya. Tapi hal itu berhasil ditunjukkan Natasha Pantow. Guard asal SMA Eben Haezar Manado itu berhasil tampil apik selama putaran Honda DBL North Sulawesi Series 2019 berlangsung.
Pada tahun terakhirnyi bermain di Honda DBL seri Manado. Dia berhasil membawa timnyi melaju hingga fase semifinal. Tak hanya itu, torehan 41 poin, 10 rebound, 6 assist dan 4 steal berhasil dia kumpulkan hanya dari tiga pertandingan.
Penampilan impresif Natasha adalah buah dari kerja kerasnya selama ini. Natasha baru mengenal basket sejak kelas 7. Awalnya dia yang merasa ingin tahu, langsung mengiyakan ajakan sang rekan untuk berlatih basket.
Namun pada kesempatan pertamanyi ini, Natasha langsung mendapat kesan yang kurang memuaskan. Sebab dia langsung kelelahan usai berlatih bareng temannya.
"Pertama kali aku ikut basket itu karena diajak teman. Ketika pertama latihan aku merasa capek banget karena dapat materi conditioning. Bahkan aku hampir berhenti main basket gara-gara hal itu," ucap Natasha.
Waktu berlalu, Natasha akhirnya menemukan kecintaannya kepada olahraga basket ini. Adalah kebaikan sang pelatih dan rekannyi yang jadi alasannya untuk tetap menekuni basket.
"Pernah absen beberapa latihan, terus pelatih manggil aku buat nyuruh latihan lagi. Karena nggak enak udah mangkir latihan, aku putusin buat ikut lagi. Ternyata lama kelamaan aku jadi suka. Meski pulang malam, tapi aku merasa have fun sama basket," cetusnya.
Punya pengalaman yang lebih di ajang Honda DBL seri Manado, membuat Natasha punya segudang kenangan manis dan pahit.
Salah satu momen yang membuat Natasha masih teringat adalah saat tahun 2018. Saat itu dia mengalami cedera lutut sesaat sebelum Honda DBL seri Manado digelar. Lewat penanganan yang baik dari sang pelatih, Natasha akhirnya bisa pulih dan kembali membela SMA Eben Haezar.
Sayang, pada babak final Honda DBL seri Manado 2018. cedera yang diderita Natasha kembali kambuh. Saat itu timnya yang tinggal selangkah lagi meraih champion harus digagalkan oleh comeback sang lawan di kuarter empat.
"Waktu final Honda DBL 2018 timku sudah unggul dari lawan terlebih dahulu. Tapi saat kuarter empat cederaku kambuh. Jadi teman-temanku merasa down. Hingga akhirnya lawan terus ngejar perolehan poin dan membalik keadaan. Itu adalah momen yang paling nggak bisa aku lupakan," lanjut guard dengan tinggi 155cm itu.
Gagal menjadi champion pada 2018 dan 2019, membuat Natasha berharap banyak pada rekannyi yang masih aktif bermain. Dia berjanji akan terus memberikan dukungan bagi timnya.
Dan sebagai pemain senior, Natasha juga berpesan kepada adik tingkatnya di SMA Eben Haezar. Dia meminta agar para pemain SMA Eben Haezar punya mental baja jika ingin menjadi champion.
"Tetap semangat buat kalian di tahun ini. Apa pun rintangannya kalian harus punya mental yang kuat. Terpenting kalian juga harus percaya satu sama lain dan berusahalah sampai titik penghabisan buat champion," tutup Natasha.(*)