BANJARBARU - Honda DBL East Kalimantan Series 2019 menjadi perjalanan berarti bagi Moses Foresto, pelatih SMAN 2 Banjarmasin. Musim ini dia berhasil membawa sekolah itu mempertahankan gelar juara.
Pria yang akrab disapa Gut Moses itu mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari penyelenggaraan Honda DBL selama ini. Dia mengaku awalnya sempat tak sepaham dengan regulasi Honda DBL. Terutama menyangkut aturan memainkan seluruh pemain secara merata.
"Secara naluri pelatih pasti kan inginnya memasang winning team di setiap pertandingan agar bisa meraih hasil terbaik," katanya. "Saya sempat menentang, kok DBL mengubah-ubah aturan," imbuhnya.
Namun setelah aturan itu dia pelajari dan direnungkan, ternyata Gut Moses menemukan sisi positifnya. Dia sadar bahwa kompetisi Honda DBL memang konsepnya pengembangan basket anak-anak. Setiap anak memang harus diberi kesempatan. Sebab setiap anak sebenarnya punya kemampuan. "Kelebihan dan kekurangan anak-anak yang bervariasi itu malah mampu memperkaya kemampuan tim," terang Gus Moses.
Dia menyebut apa yang dilakukan DBL sepanjang 15 tahun ini sudah banyak memberi sumbangsih pada pengembangan basket secara nasional. Moses merasakan itu karena dia tak hanya melatih tim sekolah. Mantan pemain profesional itu juga melatih klub basket Mandala Banjarmasin.
"Sejak ada DBL, anak asuh saya di klub basket Mandala banyak yang berlaga di sana. Mereka membela tim sekolahnya masing-masing," terangnya. Anak-anak itu termotivasi berlatih basket karena ada kompetisi berkualitas yang bisa mereka ikuti.
"Jika bukan karena ada DBL, mungkin sejak 2009 klub basket kami sudah bubar. DBL membuat latihan para junior menjadi lebih semangat. Salam hormat dan terima kasih saya untuk seluruh unsur DBL Indonesia," kata Moses.
Moses Foresto merupakan pemain basket profesional di era 80an. Namun karirnya berhenti karena cidera berat. Dia pun sempat menekuni karir sebagai wasit basket. "Tapi saya lebih tertarik menekuni dunia kepelatihan. Saya memulai jadi pelatih sekitar 1989," terangnya.
Tim sekolah yang pernah dilatih Gut Moses antara lain SMAN 1 Banjarbaru. Dia pernah mengantarkan sekolah itu menjuarai lomba basket antar sekolah pada 1990. “Makanya waktu melawan SMAN 1 Banjarbaru, saya seolah flashback dengan kenangan masa lalu mengantarkan sekolah tersebut juara,” ujar Gut Moses, lalu tersenyum. (Baca juga: SMAN 2 Banjarmasin Pertahankan Gelar Juara).
Gut Moses pun bercerita bahwa ia menggunakan filosofi basket dewasa saat melatih anak-anaknya. Termasuk SMAN 2 Banjarmasin. lewat bola basket pelatih menghantarkan anak-anak menjadi lebih dewasa. "Jadi anak-anak harus berani mencoba, berani salah, mampu memperbaiki diri dan semua mendapat kesempatan," pungkasnya.