PADANG - Satu pekan bergulir, kini Honda DBL West Sumatera telah menapake fase puncak: final. Dua tim terbaik dari bumi Pariaman, bertanding demi memperebutkan sebuah mimpi membawa pulang gelar champion. Perhelatan final tim basket putri mempertemukan antara SMA Don Bosco dan SMAN 10 Padang.

Keduanya, sama-sama berambisi dapat menduduki tampuk tahta Honda DBL. Maka, tak heran jika keduanya bermain all-out sepanjang pertandingan. Ini bukan pengalaman pertama bagi SMA Don Bosco merasakan final.

Namun, bagi SMAN 10 Padang, ini adalah sejarah baru. Di tahun ini mereka tampil menjadi kuda hitam. Tak heran jika permainan agresif mereka tampilkan sejak awal pertandingan. Alhasil, saat kuarter pertama baru berjalan kurang dari satu menit, mereka telah berhasil mencetak angka lewat layup guard bernomor punggung 8, Liyana Wahyu Natasya.

Tak ingin mimpinya kembali pupus di babak akhir seperti tahun lalu, SMA Don Bosco berupaya mengejar ketertinggalan. Tak butuh waktu lama, di menit berikutnya mereka berhasil menyamakan kedudukan lewat tembakan under ring dari guard mereka, Kenya Naomi. Tahu pertahanan lawan mulai goyang, SMA Don Bosco pun menambah keungulan lewat sontekan under ring pemain bernomor punggung 10, Kenya Naomi. Skor sementara berada di angka 6-2.

SMAN 10 yang punya mimpi mengukir namanya dalam sejarah Honda DBL, pun tak mau terlewat. Mereka sebisa mungkin berupaya menambah angka. Dengan mengandalkan Liyana sebagai jendral serangan, dan komandan pertahanan, mereka terus berupaya mengikis jarak angka dengan lawannya. Kuarter pertama berjalan cukup sengit. Hingga saat peluit dibunyikan, skor kedua tim ini hanya terpaut tipis, 11-8, keunggulan sementara untuk SMA Don Bosco.

Saat turun minum, Don Bosco tampak merotasi beberapa pemain. Nama-nama baru yang mulanya dibangku cadangkan, dipasang. Momen itulah yang kemudian menjadi awal dari malapataka bagi SMAN 10 Padang. Tampil dengan strategi anyar, SMA Don Bosco mendominasi pertandingan.

Pertahanan SMA Don Bosco semakin solid, serangan mereka juga semakin sulit ditebak. Sedangkan SMAN 10 Padang tampak kehabisan napas. Mereka berkali-kali gagal meredam serangan lawan. Alhasil, SMAN 10 Padang ketinggalan lebih banyak angka, sementara SMA Don Bosco berada di atas angin.

Di kuarter berikutnya, SMAN 10 Padang berupaya mengevaluasi permainan tim dan membalikan keadaan. Permainan mereka pun cenderung lebih menyerang. Tapi, SMA Don Bosco kerap menghentikan upaya mereka dengan defensive rebound. Dengan modal pemain berpostur besar, SMA Don Bosco sering mematahkan upaya SMAN 10 Padang saat man to man.

Sementara itu, permainan SMAN 10 Padang berpusat pada seorang Liyana Wahyu Natasha. Dan Don Bosco, mengawal ketat pergerakan Liyana. Sementara, skill pemain SMA Don Bosco cenderung lebih merata. Selain Naomi, mereka memiliki Patricia Clairne yang memiliki akurasi tembakan yang moncer dan berpengalaman berlaga di final. Soal mental, pemain Don Bosco memang lebih matang.

Di kuarter ketiga, sebenarnya SMAN 10 Padang mulai bangkit. Penampilan mereka membaik daripada kuarter sebelumnya. Namun sayang, mental mereka tampaknya down di kuarter keempat. Daya juang mereka melemah. Hal itu dimanfaatkan oleh SMA Don Bosco untuk memperlebar jarak angka. Ketika peluit dibunyikan, skor diakhiri dengan angka 38-19.

Para punggawa skuad Don Bosco pun langsung tersungkur. Tangisan haru mereka pun pecah di tengah lapangan. Setelah berpuasa gelar selama tiga tahun, kini mereka bisa mewujudkan mimpi untuk membawa pulang piala ke sekolah mereka.

Sementara itu, kekecewaan sama sekali tak tampak di wajah seluruh pemain dan pelatih SMAN 10 Padang, kendati hari ini mereka kalah. Bagi mereka, menjadi runner-up saja sudah cukup membanggakan. “Karena memang target kita cuman sampai fantastic four, kalau sudah sampai final ya harus bersyukur. Kami bermain nothing to lose. Dan lawan pun memang hebat mainnya,” kata Attifan Rahmadiat, pelatih SMAN 10 Padang.

Benny Firmansyah, pelatih dari Don Bosco mengatakan, kedua tim hari ini sebenarnya kurang optimal. tak bermain dengan optimal. Para pemain terlihat kelelahan. Namun Benny dan anak-anaknya memiliki sebuah perjanjian. Kalau timnya bisa menang, seluruh pemain dipersilahkan menunjuk-nunjuk muka sang pelatih. “Kalau hari ini kalah, mereka tak hanya kalah oleh lawan, tapi kalah juga dengan saya,” ujarnya terkekeh.()

 

 

 

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya