Tiga hari lagi menuju keberangkatan Honda DBL Indonesia All-Star 2019 ke Amerika Serikat. Bukan hanya fisik dan skill yang digembleng oleh DBL Academy, tetapi juga mental.
Dalam kegiatan Team Building yang diadakan di Hotel Golden Tulip, Surabaya, Sabtu (15/2) skuad putra dan putri belajar banyak hal lewat games yang super fun dan menantang.
Team Building dibuka dengan game yang bertujuan supaya para pemain mengenal nama satu sama lain. Kemudian, mereka lanjut bermain gunting batu kertas.
Di tengah-tengah game, Bagus Putra Wahyu Santoso selaku Character Development Specialist di DBL Academy, menanyakan bagaimana penampilan seseorang yang percaya diri.
Coach Dhimaz Anis pun menjawab kalau pemain yang percaya diri biasanya bakal langsung terpancar dari wajah dan body language-nya.
"Biasanya memang kalau semakin banyak gerak malah kelihatan kalau nervous," kata Bagus membenarkan Coach Dhimaz.
Setelah itu, Bagus membahas tentang perlunya bermental baja ketika di lapangan. Para pemain bergantian menjawab ciri-ciri pemain yang kurang tough biasanya gelisah dan emosional.
"Benar. Emosionalnya lebih ke menyalahkan, bukan problem solve," ucap Bagus.
Kemudian, Bagus mengajak para pemain untuk mengingat kembali kondisi mental mereka ketika scrimmage kemarin, Jumat (14/2). Skuad putri menelan kekalahan dari tim Surabaya Fever. Ia bertanya kepada skuad putri apa yang mereka rasakan ketika mengalami kekalahan.
"Jaid pelajaran aja buat ke depan, buat sparring selanjutnya," jawab Jesslyn Angelique.
Bagus lalu menjelaskan pentingnya the power of positivity. Intinya, ketika mengalami kekalahan, kita tidak boleh saling menyalahkan. Justru, di saat-saat genting, tiap pemain harus saling memberi support.
"Kita sudah pernah melakukan percobaan the power of positivity. Percobaannya ada tiga coach di bawah ring, pemain yang memegang bola matanya ditutup. Di percobaan di mana coach meneriakkan support positif, pemain berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Sedangkan ketika nggak diberi support, pemain gagal," jelasnya.
Permainan selanjutnya adalah menghafalkan nama teman. All-Star dibagi dalam dua tim dan diharuskan menebak nama anggota tim yang muncul dari balik bed cover putih. Setelah itu, mereka belajar pentingnya kekompakan dengan membangun tower dari koran.
"Lewat games ini kita belajar pentingnya membangun pondasi sebelum menjalankan sesuatu," kata Andreas Marcelliono Bonfilio ketika ditanya pelajaran apa yang bisa dipetik dari challenge ini.
Bagus menutup Team Building dengan mengingatkan tiga konsep terpenting dalam menjaga keharmonisan tim. Yakni relationship, communication dan goal setting.
"Gol saya juara di Amerika!" seru Rafael Pasha yang disambut tepuk tiga kali oleh pemain lainnya. Semangat mencapai mimpi, Honda DBL Indonesia All-Star 2019! (*)