ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

The Untold Story of Jap Ricky & Bukit Sion Basketball

Mulai Dari Nol Hingga Bisa Hidup Dari Basket

Hakiki Tertiari - 08 February 2020
Jap Ricky Lesmana nahkoda SMA Bukit Sion yang berhasil membawa timnya juara

Mungkin, tak pernah terbesit oleh seorang Jap Ricky Lesmana yang kini bisa meniti karir dari dunia basket. Sebab, nyatanya bukan basket yang jadi awal karirnya hingga saat ini. Melainkan sepak bola. Dirinya menyadari, ini jadi semacam blessing buatnya yang patut disyukuri.

Ceritanya banting stir menjadi seseorang yang konsisten di bidang basket penuh akan lika-liku. Tidak seperti yang kebanyakan melihat dirinya adalah seorang “Jap Ricky Lesmana” saat ini.

“Saya basket udah kenal dari SD, karena sepupu saya itu pebasket. Dulu dia itu pemain PON. Pokoknya dari kelas 6 SD saya udah diajarin dribble,” cetus pelatih kelahiran 30 Maret 39 tahun silam itu. Uniknya, basket nggak membuat dirinya jatuh hati begitu saja. Saat menginjak jenjang SMP, ia malah membelot dari basket beralih dunia sepak bola.

“Sebenarnya saya SMP udah mulai tuh main-main basket di sekolah. Tapi lebih tertarik sepak bola. Soalnya, nge-goalinnya susah. Udah gitu senang aja kan ngegocek orang-orang di lapangan, jadi kelihatan keren banget kan gue,” tungkasnya semringah.

Saking seriusnya, pelatih berdarah Jakarta itu sampai masuk sekolah sepak bola (SSB) MBFA di daerah lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Ia pun sempat membeberkan kenangan masa keemasan dirinya saat berkarir di sepak bola dulu.

“Pas SMP saya masuk YSK (Yayasan Kemurnian). Saya pernah jadi pemain terbaik pas lagi ikut SPH cup (Sekolah Pelita Harapan), ya walaupun tim saya kalah di perempat final sih. Tapi seenggaknya gue jadi pemain terbaik pas lagi tanding kan,” cuapnya sembari tertawa.

Meski cintanya lebih ke sepak bola, Jap Ricky remaja yang kala itu masih mencari jati diri, mencoba kembali ke basket. Beranjak ke SMA, tepatnya saat menginjak kelas XII, ia mencoba peruntungan lebih di basket. Meninggalkan beragam kenangan indah di sepak bola.

Dirinya coba memantapkan tekad masuk klub Buana Jaya saat SMA, demi bisa berkarir di basket. Pernah suatu kali, ia ikut kompetisi antar klub. Masuk di kategori junior (U-18). Namun, hasilnya kurang memuaskan. Sebab, ia tidak jadi pilihan utama. Tapi, ia selalu belajar. Mengakui dirinya memang belum kompeten untuk masuk tim.

“Nah, di SMA saya mulai nih coba ninggalin sepak bola kembali ke basket. Tapi saya masih belom jago, karena bisa main bola, gue punya modal buat bisa lari lah. Jatuh bangun lagi, terus jaga lagi. Pokoknya berani hustle deh. Nggak ada tuh nyerah di kamus gue,” pungkasnya.

Seiring berjalannya waktu, ia pun berproses. Sekali-sekali pelatih memainkan ia dalam pertandingan. “Gue itu penghuni bench. Pernah gue main nih. Terus pelatih suruh marking satu pemain. Eh pas dia diganti, gue juga diganti. Terus aja begitu, sampai dia nggak main, gue juga nggak main,” kenangnya sembari tertawa.

“Tapi saya seneng aja kalau tim menang. Di situ saya belajar banyak untuk sabar melewati proses. Yang terpenting terus fight deh dalam kondisi apapun, sekalipun elo cuma main beberapa menit doang,” sambungnya.

Meski bermental baja, Jap Ricky juga pernah merasa jatuh ke dalam titik yang paling rendah. Iya, dia pernah merasa gagal menjadi pemain. Frustasi, hampir kehilangan arah. Itu terjadi kala dirinya sudah lulus dari SMA dan mulai masuk fase pendewasaan diri.

“Saya bingung, kok gue nggak jago-jago. Oke, gue coba banting stir jadi wasit basket, belajar basket dari sudut pandang yang berbeda. Tapi saya ini orangnya penasaran, dalam hati cuma bilang, masa sih nggak bisa ngejar pemain yang jago-jago. Gue latihan terus, buat kejar jadi kayak pemain jago deh pokoknya,” cetusnya dengan semangat.

Jap Ricky pun sempat berkuliah di Universitas Bina Nusantara (Binus) buat mengejar pendidikan, biar menyeimbangkan dengan akademik. Hanya saja, memang nasib berkata lain. Ia tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena tak ada biaya. Dari situ titik awal dirinya memutuskan untuk berjuang di basket.

“Sekitar tahun 2002, saya masuk kuliah tapi nggak bisa lanjut karena nggak ada biaya. Sempet juga putusin kerja buat nyambung hidup, tapi sebentar banget, nggak nyaman. Akhirnya saya yakinkan untuk konsisten di basket aja deh. Orang tua sempet meragukan, terlebih soal hidup saya di masa depan kalau hanya dari basket,” paparnnya.

Dari situ karir kepelatihannya mulai dipecut. Ia mengawali karir, ikut mentornya Rifky Antolyon, menjadi asisten di Klub Buana Jaya. Bersamaan dengan itu, ia juga melatih SMA Trinitas. Karinya belum semulus saat ini.

“Saya awal jadi asisten bang Rifky, belajar melatih di Buana Jaya. Waktu itu ngelatih pemain pemula yang nggak punya skill deh. Jadi, dari pemain yang nggak bisa main, bisa jadi main basket. Karena pemain yang udah bisa main basket bisa naik ke tim utama, from zero to hero gitu lah,” tandasnya.

Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2004, ia mulai benar-benar melatih sendiri, jadi seorang pelatih kepala. Timnya saat itu SMA Kalam Kudus. Ia mulai menemukan formula melatih. Tangan dinginnya berhasil membawa Kalam Kudus eksis, di kancah perbasketan ibu kota. Timnya, mampu bersaing dengan tim kuat saat itu, macam SMAN 116, SMAN 3, SMAN 22, maupun SMA PSKD 1.

Sentuhan tangannya mulai membuktikan, ia bisa melahirkan bibit berbakat pemain basket Indonesia yang berlaga di level profesional basket Indonesia. “Ada pemain saya dari Kalam Kudus, Hendru Ramli, dia main di NBL main bareng Pelita Jaya. Terus dari SMA Trinitas ada Ary Chandra yang juga main di NBL,” paparnya.

Baca Juga: Prinsip Jap Ricky Bentuk Karakter Seorang Pemain

Beberapa tim SMA di Jakarta Barat mulai ingin ditangani dirinya. Ia pernah berlabuh ke SMA Notre Dame, juga menangani SMA Providentia. Memasuki tahun 2006, ia mulai membangun klub basket sendiri. Dengan nama Gading Muda.

Mulai mendulang keberhasilan bersama tim sekolah dan klub, hasrat Jap Ricky bermain basket masih ada dalam benaknya. Tepat pada tahun 2008, ia berkesempatan bermain bersama klub Aliansi di kompetisi semi pro, Kobatama divisi 1, walaupun tidak dalam jangka waktu yang lama.

“Dulu saya sering cadangan, tapi saya buktiin nih dengan usia yang agak terlambat. Saya ingin berbagi, ternyata dari pemain yang nggak bisa apa-apa, cadangan mati, di bench mulu, selagi kita mau usaha, mau kerja keras, saya buktikan saya masih bisa bermain. Main di divisi 1 level semi pro,” tungkasnya penuh gelora.

Meski sempat kembali menjadi pemain, ia lebih memilih menjadi artsitek sebuah tim. Jap Ricky mulai konsisten menjadi pelatih. Hingga pada tahun 2010 ia masuk ke SMA Bukit Sion, sekolah yang nggak punya basic basket sama sekali. Berbekal pengalaman dan prinsipnya ia menghantarkan Buksi menjadi tim bertabur prestasi saat ini di basket, khususnya di Honda DBL.

“Saya suka pegang tim underdog. Seneng aja pegang tim yang nggak dikenal orang. Itu jadi tantangan buat saya, Itu juga bikin kita lebih fokus dan semangat,” cuapnya. Nama Jap Ricky lambat laun makin naik daun. Pada Honda DBL DKI Jakarta edisi 2013 ia berhasil membawa Buksi melenggang ke final. Meski Buksi harus puas jadi runner up, dirinya terpilih menjadi pelatih skuad Honda DBL Indonesia All Star 2013.

Bersamaan dengan statusnya menjadi pelatih Buksi, pada tahun 2013 hingga 2015 ia menerima pinangan untuk menjadi asisten pelatih klub Sahabat Semarang berlaga di ajang WNBL (Women National Basketball League) Indonesia. Dan bisa membawa Sahabat menjadi Runner-up.

Selang setahun masa bakti di klub Sahabat, tepatnya pada tahun 2016, ia dipercaya menjadi asisten pelatih tim putri PON DKI Jakarta dan keluar sebagai runner up di kejuaraan PON Bandung. Karirnya terus meroket.

Pada tahun 2018 dan 2019 ia kembali membawa Buksi back to back champion Honda DBL seri ibu kota untuk kali kedua. Sebelumnya back to back champion juga diraihnya pada edisi 2014 dan 2015. Ditambah, di tahun 2018, ia juga terplih kembali menjadi pelatih skuad Honda DBL Indonesia All Star.

Dan pada 2019 lalu, ia dipercaya untuk menjadi asisten pelatih Timnas KU-18 di Asean School Games dan Indonesia International Junior Basketball Invitation Tournament. Bukan itu saja. Luar biasanya, sekarang ini Ko Ricky juga punya akademi basket sendiri. Namanya Three Musketeers Basketball Academy. Itulah Jap Ricky Lesmana from nothing to something (*)

Foto-foto: DBL Indonesia dan Dokumen pribadi Jap Ricky

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY