DKI Jakarta-“SMA Bukit Sion itu hanya sekolah biasa, karena memang sekolah baru, mungkin baru sekitar empat tahun pas saya masuk. Bahkan, satu angkatan hanya sekitar 40 anak,” celetuk Jap Ricky Lesmana pelatih tersohor di DKI Jakarta yang juga saat ini sebagai head coach di SMA Bukit Sion.
Berbicara SMA Bukit Sion yang “sekarang” terlebih soal basket, jangan kaget kalau melihat sejarahnya dulu. Sebab, jika ditarik mundur satu dekade silam, persis saat kali pertama Jap Ricky menukangi tim basket SMA Bukit Sion, sekolah ini belum dikenal memiliki tim basket yang superior di DKI Jakarta. Bahkan, nggak sedikit yang meremehkan.
Tapi, pada dasarnya SMA Bukit Sion punya visi utama. Yaitu, Grow Together In One Heart. Lima aspek jadi pondasi utama untuk menyokong visi tersebut. “Sekolah ini menjadi suatu kerinduan dari pemiliki yayasan untuk membantu mengembangkan potensi anak didik di Indonesia,” ujar Radot Jefri selaku Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan SMA Bukit Sion.
“Kami mendukung anak-anak bisa berkembang dalam lima aspek. Pertama akademik. Lalu sosial. Ada pula fisikal yang dibarengi dengan spiritual. Serta emosional,” sambungnya. Lebih lanjut, ia mengungkapkan, kelima aspek itu nantinya akan bisa membantu anak didik. Berkembang dengan seimbang, baik secara akademik, non akademik, serta karakter.
Secara akademik, sekolah ini memang terbilang cukup unggul. Bisa bersaing dengan sekolah swasta lainnya di DKI Jakarta, terutama di Jakarta Barat. Karena, jika ditelisik lagi, anak didik di Bukit Sion mendapatkan metode pembelajaran standar Internasional, dengan merujuk pada program Cambridge Leaner.
Pun secara non akademik, sekolah sangat memafasilitasi. Memberikan kebebasan bagi para murid untuk berkembang. “Bukan hanya sebatas akademik saja. Tapi, karakter juga mendukung. Saya kira aspek fisikal yang mencakup olahraga, ada poin respect di situ. Sehingga bisa sangat membantu membentuk karakter anak,” ucapnya.
“Memang harus diakui, sejauh yang saya lihat olahraga masih mendominasi untuk kegiatan non akademik di sekolah ini, terlebih basket. Kami selalu support mereka. Kami juga membantu berkomunikasi dengan orang tua. Kami juga membantu mereka seandainya mereka tertinggal secara nilai,” tandas Jefri.
Benar saja, dalam kurun waktu 7 tahun terakhir ini, sekolah yang berada di bilangan Kebon Jeruk tersebut bisa berbenah, memperlihatkan konsistensi di bidang non akademik. Utamanya olahraga, lebih khusus di bidang basket.
Akhirnya, melalui tim basketnya, SMA Bukit Sion mulai dikenal sebagai tim bertabur prestasi. Menjelma menjadi sekolah dengan tim basket superior di DKI Jakarta. Terlebih di ajang Liga Basket pelajar terbesar se-Indonesia, Honda DBL, tanpa menyampingkan akademik.
“Setiap break time lapangan basket dibuka, anak-anak main basket pada saat break time. Dulu memang tidak terlalu banyak yang minat main basket, bisa dibilang ini terjadi sejak tahun 2014 lalu. Sampai sekarang ini, anak-anak yang di luar basket justru ikut main basket saat break time. Mungkin ini dampak positif dari prestasi Bukit Sion di DBL, mereka jadi lebih termotivasi,” tutur Jefri.
Sebagai pelatih kepala dari tim basket Bukit Sion, Jap Ricky melihat dampak positif timnya bagi sekolah. Di saat banyak sekolah swasta lain bingung karena mengalami penurunan jumlah siswa, Bukit Sion justru malah bertambah. Bahkan, hingga dua kali lipat.
“Prestasi dari non akademik itu bisa mengangkat, mengatrol sebuah sekolah loh. Bisa dilihat, sekarang ini di SMA Bukit Sion satu angkatan bisa mencapai empat kelas. Meningkat drastis, dan itu terjadi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir,” timpal Jap Ricky yang juga mengajar penjaskes di sekolah Bukit Sion. (*)
Baca Juga: Janji Pertama Jap Ricky, Bawa Buksi Jadi Tim Superior
Foto-foto: Dokumentasi DBL Indonesia