Bagi Mohammed Aofar Hedyan, bermain basket tak hanya melulu soal poin. Menjadi fasilitator atau penyuplai finisher juga tak kalah krusial dalam sebuah permainan. Hal ini terbukti dari 14 assists yang ia bukukan selama tiga pertandingan bersama SMA-nya, Kharisma Bangsa.
Bahkan, menurut Dhimas Aniz, head coach Honda DBL Indonesia All-Star 2019, Aofar merupakan salah satu pemain dengan passing yang sangat bagus. Beberapa kali passingnya cepat tak terdeteksi oleh lawannya.
“Aku pengin beda dari yang lain. Orang-orang pengin dikenal karena cetak poinnya. Kalau aku pengin buktiin pemain basket handal itu dilihat dari visi bermain dan assitsnya,” ujar Aofar.
Menurut Aofar, ada beberapa poin yang harus diperhatikan saat akan menjadi fasilitator. Apa aja sih?
“Menurutku berposisi jadi guard itu punya tugas satu, kasih passing sebaik mungkin ke temanku,” ujar Aofar. Ia pun menjelaskan bahwa penglihatan dan kecepatan dalam merespon adalah kunci menjadi guard. Ketika melihat teman kosong harus segera memberikan bola ke temannya. Apalagi ia punya kesempatan besar dalam mencetak poin. “Hal ini juga harus diimbangi sama latihan dan jam terbang sih nggak cuma sekedar teori aja,” tambahnya.
Sebagai fasilitator, passing nggak boleh sekedar memberi atau mengalirkan bola. Harus memberikan “pelayanan” yang terbaik sesuai tipikal pemainnya. “Kalau aku, ketika yang aku passing shooter sebisa mungkin pasingnya ke dada. Tapi kalau bigman aku berinya overhead atau alley oops biar mereka bisa langsung finishing. Intinya yang bisa easy point lah,” ujarnya.
Sama seperti pemain basket pelajar pada umumnya, Aofar juga suka menonton NBA. Namun, yang membedakan adalah Aofar menonton dan mempelajari tekniknya. Bukan sekedar melihat pemain bintangnya. “Aku selalu amati bagaimana guard melakukan passing dan mengatur serangan. Aku inget poin pentingnya dan terus aku lakuin selama latihan. Akhirnya jadi kebiasaan,”