JOGJAKARTA-SMA Stella Duce 1 Jogjakarta berhasil menjaga kegemilangannya tahun ini. Tim yang dipimpin oleh Miracle Astrid ini mampu mempertahankan gelar dan menjadi peraih juara terbanyak. Yakni tujuh gelar tim putri Honda DBL DI Jogjakarta Series. Sepanjang musim 2019 ini, tak ada yang bisa menawar permainan menekan dan cepat dari Srikandi Stece.
Kegemilangan Stece tak bisa dilepaskan dari satu atau dua orang saja. Miracle Astrid boleh jadi mesin skor bagi Stece dengan 19 points yang ia catatkan. Namun permainan tim yang satu ini juga tak bisa dilepaskan dari visi bermain guard mereka Athalia Wynne.
Sepanjang kompetisi, Wynne jadi salah satu pemain asuhan Andreas Agus Arjatmoko yang mencolok. Dari game ke game, cewek berusia 17 tahun ini menjadi motor permainan timnya. Ketika membangun serangan, ia selalu jadi playmaker cerdik yang mengoordinir pola teman-temannya.
Atas perannya itu, sepanjang kompetisi Wynne berhasil menyumbang 30 assists, angka terbanyak pemberi assists terbanyak seri Jogjakarta musim ini. Penonton juga sering dibuat berdecak kagum dengan drive yang bikin kocar-kacir defense lawan.
Tak hanya tokcer ketika membangun serangan, permainannya di atas lapangan juga cukup disiplin. Ia sama sekali tak melakukan turnover di sepanjang kompetisi ini serta rajin membantu pertahanan dengan catatan 31 total rebounds.
DBL.id sempat ngobrol langsung dengan cewek cantik satu ini, Senin (4/11). Wynne bilang catatan performanya itu hanyalah sekadar angka. Soalnya Wynne punya filosofi yang cukup altruistik ketika bermain di atas lapangan. Bagi cewek Libra ini, yang terpenting adalah permainan tim. “Buatku yang penting bisa bikin temen-temen di lapangan bermain dengan enak,” katanya.
Filosofi permainan itu sempat membikin mamanya mengkritik Wynne. Soalnya, permainan anak bungsunya itu dianggap kurang maksimal lantaran tak banyak mendulang points. Sepanjang kompetisi koleksi points Wynne sendiri hanya mencapai 25 angka.
Tapi Wynne tak ambil pusing dengan apa yang dikatakan sosok terdekatnya itu. “Kalo aku bisa points banyak tapi timku enggak maksimal dan enggak juara juga buat apa,” ujarnya sambil tertawa.
Bagi Wynne permainan dan kondisi tim lebih ia tempatkan sebagai prioritas. Ia selalu mengedepankan suasana tim yang kondusif. Soalnya, selama musim ini, konflik bukannya tidak mewarnai squad Srikandi Stece itu. “Kalo masalah pasti ada, entah karena permainan atau masalah lain di luar permainan juga ada,” ujarnya.
Jika sudah begitu, dengan diperantarai oleh tim pelatih, biasanya mereka akan mengadakan sesi forum. Sesi itu bertujuan untuk menyampaikan keluh kesah antar anggota. “Kita selalu usahain untuk saling terbuka,” katanya. Konflik demi konflik serta resolusi demi resolusi disebutnya justru menjadi cara bonding bagi tim. “Selain itu kita juga sering pergi dan main bareng juga,” kata Wynne.
Filosofi, visi permainan serta kolektifitas antar anggota itu ternyata berbuah manis bagi Stece dan Wynne. Buat Wynne gelar juara kali ini terasa begitu spesial, terlebih apabila dibanding debutnya di DBL tahun lalu dimana Stece juga meraih gelar.
Sebab ia bisa mempersembahkan titel di tahun terakhirnya bersama Stece. “Selain itu juga kita hadapi lawan yang lebih berat. Tapi kebersamaan dan kedekatan kita bisa membawa kita juara,” ujar cewek yang mengaku ingin kuliah di jurusan teknobiologi itu.
Raihan itu semakin istimewa. Sebab Wynne mampu menembus first-team Honda DBL DI Jogjakarta Series 2019 dan mengikuti camp selama beberapa hari di Surabaya. Wynne mengaku mengincar satu pos dalam squad All-Stars tahun ini. “Aku bakal latihan lebih lagi sih terutama untuk beberapa hal dasar kaya driblling dan shooting. Supaya aku bisa berangkat ke Amerika Serikat,” ujarnya.
Tak heran apabila Wynne sangat berambisi untuk bisa mengisi squad All-Stars. Bisa jadi raihan itu akan melengkapi catatan dan pengalamannya yang sudah bermain basket sejak kelas 5 SD. Berbagai kompetisi sudah pernah ia cicipi. Tak hanya di tingkat sekolah, event di tingkat daerah juga sudah ia lakoni. “Ketika aku SMP di Magelang, aku pernah ikuti Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) tahun 2015 dan 2016,” ujar Wynne. Torehan itu juga berlanjut ketika ia pindah ke Jogjakarta untuk menempuh studi di Stece dan mewakili Kota Jogja maupun Provinsi DIY.
Walau cukup aktif, tapi Wynne cukup sadar bahwa tugas utamanya adalah belajar. Ia punya cara sendiri menyiasati waktu belajar dengan waktu berlatih. Salah satu caranya adalah dengan tidak menunda pekerjaan. “Jadi aku kerjain tugas waktu pas udah dikasih. Kalau pas numpuk banget yaa bakalan sampe lembur belajar dan ngerjain tugas,” curhatnya.
Tak heran bila Wynne rela menempuh effort yang cukup tinggi. Basket terlanjur bukan sekadar permainan untuknya. Keputusannya untuk mengikuti ekstrakurikuler basket sejak SD dan bergabung ke klub di luar sekolah membuat ia memaknai basket sebagai dunianya. “Gak hanya skill. Aku juga jadi latihan sabar dan jadi punya banyak teman,” ujar cewek yang juga sering latihan fisik secara mandiri itu.
Pada kesempatan itu ia juga tak lupa berterimakasih kepada sang mama. Menurutnya, sosok yang melahirkannya 22 Oktober 2002 silam itu sangat berjasa buat perkembangan permainannya. “Soalnya beliau yang antar dan jemput aku setiap latihan. Beliau juga bela-belain nonton dan dukung aku ketika bertanding, bahkan sampai luar kota,” ujarnya.