JOGJAKARTA - Honda DBL DI Jogjakarta Series selalu mengumpulkan pemain-pemain basket pelajar terbaik dari berbagai sekolah. Diantara gugusan bintang itu, setiap tahunnya terpilihlah The Most Valuable Player. Kali ini forward SMA Bopkri 1 Jogjakarta Steve Richardo Christiawan menyabet gelar individu prestisius tersebut.
Sepanjang kompetisi, cowok dengan tinggi 182 cm dan berat 70 kg ini mencatatkan 86 points, 13 assists, dan 24 steals. Dengan catatan itu saja, dirinya mengaku tak berekspketasi menjadi MVP. “Secara permainan ada yang lebih baik dan bagus daripada aku. Jadi aku gak nyangka kalau ternyata bisa dapet MVP,” ujarnya selepas menjadi juara DBL DI Jogjakarta Series 2019.
Pada kesempatan itu, Steve menyelakan waktunya untuk bercerita bagaimana ia memulai segalanya. Awalnya ia tak menaruh fokus pada permainan basket. “Aku dulu malah main futsal. Tapi sama keluarga dikenalkan basket. Kakakku juga main basket. Makanya sejak kelas 6 aku mulai main basket,” ujarnya. Menurutnya olahraga yang satu ini lebih menyenangkan. “Karena lebih kompetitif,” ujarnya.
Sejak saat itulah Steve mulai jatuh cinta dengan permainan ini. Tak hanya di sekolah ia juga mulai menekuni basket secara serius dengan bergabung ke klub. Hal itu menjadi katalis positif tersendiri bagi dirinya lantaran secara intens berlatih untuk klub dan juga untuk tim sekolah. “Bedanya kalau di sekolah lebih ke tim. Tapi kalau klub lebih ngolah kemampuan individu,” ujarnya.
Dengan segala pengalaman positif yang telah ia torehkan di dunia basket, ia mengaku mulai memikirkan untuk menjadikan basket sebagai karir. “Aku sudah mulai mikir untuk jadi pemain pro,” tandasnya. Untuk bisa mewujudkan cita-citanya itu Steve mengaku akan memilih universitas dengan tim basket yang memadai. “Aku akan coba lihat mana yang memungkinkan aku memiliki banyak minutes play,” tandasnya.
Atas segala hal yang sudah ia raih di dunia basket, Steve secara khusus berterimakasih kepada mama dan papanya. Berkat kedua orang tuanya, Steve kembali ke dunia basket setelah sempat vakum satu tahun ketika duduk di kelas 8 SMP. “Karena aku ada masalah dengan pelatih lalu kedua orang tuaku mencarikan opsi lain supaya aku tetap bisa berlatih. Kalau enggak mungkin aku udah pindah ke olahraga lain,” ujarnya.
Keputusan Steve untuk kembali ke olahraga basket juga merupakan keputusan tepat. Sebab dirinya bisa menempa diri menjadi sosok lebih baik. “Basket ngajarin aku untuk ngontrol diri terutama ego dan emosiku,” ujarnya. Itulah mengapa dirinya dipercaya coach Yusuf Haryono untuk memimpin teman-temannya di lapangan.
Setelah menjadi MVP, Steve mengaku langkah tersebut hanyalah permulaan. Ia mengaku akan memanfaatkan kesempatan di Honda DBL Camp nanti dengan sebaik-baiknya. “Aku bakal latihan lebih intens dan kembangin lagi fundamentalku. Aku pengen bisa tembus jadi All-Star tahun ini,” tutupnya.
Jangan lupa update informasi menarik di mainmain.id ya