JOGJAKARTA-Perempuan berpakian ungu di sisi lapangan tim putri SMAN 4 Jogjakarta itu tampak sangat bersemangat saat Patbhe, julukan mereka, berlaga di babak Fantastic Four Honda DBL DI Jogjakarta Series 2019. Meski bukan merupakan coach maupun asisten coach, beberapa kali perempuan itu turut memberikan instruksi kepada Aimee Tampu dan kolega. Ia adalah Suzanna Tazar, bagian dari offical Patbhe yang mengemban peran sebagai medis.
Keterlibatan Suzan sebagai medis dari Patbhe sendiri cukup menarik. Suzan adalah orang tua alumnus yang sempat membela panji Patbhe di gelaran DBL tahun 2015 dan 2016, Jaidra Ayesa. “Saya ingin memberikan dukungan kepada anak-anak yang main basket. Itu gak bisa lepas karena saya dulu juga pemain basket,” kata Suzan.
Bagi beliau ada kepuasan tersendiri melihat anak muda bermain basket. Tak hanya bermain, namun ia juga sangat menginginkan anak asuhnya untuk bisa berprestasi. Suzan mengatakan, jika anak muda ingin mengembangkan diri, olahraga basket bisa jadi alternatif yang tepat.
“Basket sebagai olahraga itu mengajarkan banyak hal, terutama bagaimana pemain menekan ego dan bermain sebagai tim. Mengatur diri dan ego itu salah satu kunci penting hidup,” ujar perempuan 48 tahun itu. Apa yang Suzan katakan itu tak sekadar isapan jempol belaka. Soalnya apa yang ia katakan merupakan hal yang ia dapatkan dari permainan basket.
Kedekatan Suzan dengan basket tak baru-baru ini saja. Ia berkisah, dirinya juga cukup aktif bermain basket ketika masih muda. “Saya sudah main basket sejak SMP,” akunya. Bahkan beliau sempat bergabung ke sebuah klub di Jakarta bernama Citra Satria. “Makanya ketika anak saya ternyata punya ketertarikan di basket dan bergabung ke tim inti Patbhe, saya pengin support lebih,” ujarnya. Sejak saat itulah, ia resmi bergabung sebagai medis Patbhe.
Meski tugasnya sebagai medis, namun pengalaman khatam ibu yang satu ini di olahraga basket membuat ia punya peran penting dalam permainan tim Patbhe. “Coach dan asisten kerap meminta masukan saya secara strategi. Mungkin karena saya sebagai pihak luar dianggap lebih bisa lihat sesuatu secara objektif ya,” tandasnya.
Selain berkontribusi bagi tim, beliau juga menularkan semangat positif kepada setiap punggawa tim Patbheelum. “Pemain juga sering saya ajak bicara. Saya beri masukan dan motivasi, jadi secara psikologi juga coba saya kasih treatment,” ujarnya.
Meski mimpi tim putri Patbhe untuk melangkah ke babak final party dikandaskan oleh SMA Stella Duce 1, namun Suzan tetap mengapresiasi anak-anak asuhnya itu. “Patbhe adalah tim yang selalu mengedepankan permainan tim. Anak-anak sudah menunjukkan itu dengan semangat juang luar biasa sepanjang kompetisi,” tandasnya.