JOGJAKARTA - Edward Wirayudha, pemain basket ganteng asal SMA Kolese de Britto menjadi pilar utama di timnya. Karena kemampuannya juga, Cowok kelas XII ini kerap menjadi buah bibir buat mereka yang mengikuti keseruan Honda DBL DI Jogjakarta Series.

Kepada DBL.id ia menyempatkan diri untuk bercerita mengenai bagaimana ia nyemplung ke dunia basket. “Waktu itu, kelas 7 SMP, sempat diajak oleh kakak untuk menonton temannya tanding basket. Dari situlah ketertarikanku kepada basket mulai ada,” ujar Yudha.

Ketertarikan itu bahkan berkembang menjadi keseriusan. Menginjak tahun keduanya di SMP, Yudha mulai menempuh berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan basketnya. “Aku sampai privat basket selama setahun. Seminggu bisa latihan 3-4 kali. Itu masih ditambah aku juga ikut klub Mataram Basketball. Selain itu aku juga masih ikut ekstrakurikuler basket di sekolah juga,” ujarnya.

Hal itu tak percuma. Kemampuannya bermain basket semakin meningkat dengan membawa almamaternya, SMP Pangudi Luhur Jogjakarta dua kali menjuarai JR-DBL. Kadung basah sewaktu SMP, Yudha sudah memiliki angan-angan untuk melanjutkan kiprahnya.

SMA Kolese De Britto jadi pilihan utamanya. Terkenal sebagai sekolah favorit di Jogjakarta, Yudha sudah menyimpan angan-angan bersekolah di sana sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Tak membuang waktu, Yudha langsung tancap gas mengikuti ekstrakurikuler basket sejak kelas X.

Kiprah basketnya di SMA tak mulus begitu saja. Ia mengaku sempat kesulitan menyeimbangkan waktu antara belajar dan juga basket. Maklum, JB sendiri menerapkan standar yang ketat untuk setiap anggota tim yaitu tak boleh ada mata pelajaran yang tak lulus di rapor. “Gak ada kata ampun atau dispensasi walaupun sebagus apapun mainmu di lapangan,” ujar Yudha.

Akhirnya mau tidak mau Yudha harus mengurangi porsinya untuk mengembangkan basket. Ia tak lagi berlatih di klub dan fokusnya tertuang untuk tim basket sekolahnya. Atas loyalitas dan totalitas serta kemampuan leadership yang ia miliki, Yudha ditunjuk sebagai kapten tim.

Menurut Yudha predikat sebagai kapten tim memiliki bebannya tersendiri. “Gak hanya urusan di dalam lapangan. Tapi urusan di luar lapangan juga jadi tanggung jawabku ketika misal ada masalah dan segala macem,” ujarnya.

Meski begitu Yudha mengatakan hingga saat ini tidak ada masalah yang berarti. “Itu karena aku gak mau menganggap masalah sebagai masalah. Maksudku masalah itu bisa diselesaikan, dan maka dari itu harus dihadapi dan diselesaikan sesegara mungkin,” ujar Yudha. 

Bagi Yudha, tim basket JB tak ubahnya keluarga keduanya. “Di tim itu satu susah, susah semuanya. Kami saling berbagi. Makanya kami lebih solid satu sama lain,” kata Yudha.

Kiprah moncer Yudha di olahrga basket memang mentereng. Namun Yudha mengaku hanya menempatkan basket sebagai hobi. Tak ada dalam pikirannya untuk secara lebih lanjut menseriusi basket.

Itu karena setelah lulus SMA, Yudha ingin bisa masuk Akademi Kepolisian di Semarang. Pun tak di Akpol, Fakultas Hukum UGM jadi incarannya yang lain. “Latar belakang keluargaku cukup memengaruhi keinginanku itu,” katanya. Banyak dari keluarganya yang merupakan bagian dari aparatur seperti tentara. Sedangkan ayahnya sendiri adalah seorang pengacara.

Ketika ditanya siapa pihak yang paling berpengaruh dalam kehidupannya, terutama dalam pengembangan basketnya, ia tak ragu menyebut keluarganya. “Orang tua sangat suportif. Apapun yang aku butuhkan, terutama terkait dengan kesehatan, mereka pasti akan dukung,” ujarnya.

Sembari menunggu update hasil pertandingan DBL dari sejumlah kota hari ini, yuk baca-baca berita seru di mainmain.id

 

 

Populer

Mimpi Turun-temurun, Sachi dan Sang Ayah Solid Ingin Rasakan Indonesia Arena
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Kreatif! Buket Kopi Good Day Cocok untuk Hadiahkan Pas Doi Timnya Menang
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
11 Varian Rasa Kopi Good Day Yang Wajib Kamu Coba