ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

JOGJAKARTA-Princess Jasmine, Snow White, Cinderella, Pocahontas, Mulan hingga Elsa sudah hilir mudik bermunculan hingga hari ketigabelas penyelenggaran UBS Gold Dance Competition 2019 Jogjakarta. Namun ada satu tim dance yang sejak awal mengadaptasi karakter yang cukup berbeda. Tim itu mengadaptasi karakter Princess Merida dari salah satu film milik Disney yaitu Brave.

Adalah tim dance SMAN 9 Jogjakarta yang tampil dengan perbedaan cukup kentara. DBL.id menyempatkan diri untuk berbincang dengan Yosephin Florentina Rachel, siswi kelas XI Trappsila yang dipercaya menjadi kapten tim dance. Rachel menyebut adaptasi Princess Merida itu dipilih lantaran ia dan teman-temannya ingin tampil berbeda.

“Karena karakter princess yang lain sudah banyak dipakai,” ujarnya. Selain itu, tokoh Merida juga cukup unik. “Meski perempuan, sisi maskulinnya kuat sekali. Dia kuat, cerdas dan berani. Kita terinspirasi olehnya,” kata cewek yang akrab disapa Rachel itu, Kamis (24/10).

Lebih lanjut Rachel berkesempatan untuk cerita banyak mengenai tim dancenya tersebut. Ia mengaku tim dance Trappsila, julukan SMAN 9 Jogjakarta, khusus dibentuk untuk menghadapi kontes UBS Gold Dance Competition tersebut. “Beberapa waktu lalu, tim dance yang lebih senior yaitu kelas XII membuka open recruitment bagi para siswi untuk mengikuti seleksi,” ujarnya.

Para calon anggota tim dance diberi dua contoh gerakan beserta musik. “Aspek yang diseleksi mencakup power, ekspresi, dan detail gerakan,” terang Rachel. Dari hasil seleksi itu dipilihlah 10 orang untuk mengisi tim utama dance Trappsila.

Setelah tim terbentuk, Rachel dan kawan-kawan butuh waktu hampir dua bulan untuk menyiapkan segala hal mulai dari koreografi, musik, properti hingga kostum. Ikhitar Rachel dan kawan-kawan sangatlah serius. Demi memastikan penampilan yang prima dan atraktif, mereka sampai harus mencari pelatih khusus. Pelatih itu sendiri memiliki tugas untuk membuat koreografi, menata musik hingga mengajarkannya kepada Rachel beserta kawan-kawan. “Meski begitu kami para dancer juga berkontribusi dengan memberikan usul dan alternatif gerakan kepada pelatih,” katanya.

Sedangkan untuk properti serta kostum sendiri merupakan tanggung jawab para dancer. Beberapa properti seperti tongkat mayoret, diperoleh dengan membeli. Sedangkan properti lain seperti sayap penari, disebut Rachel merupakan hasil karya mereka. Untuk kostum, Rachel bercerita bahwa ia dan teman-temannyalah yang merancang desainnya.

“Untuk bahan kita konsultasi dengan pelatih, kira-kira bahan pakaian apa yang cocok untuk kami ketika tampil,” ujarnya. Rachel mengaku butuh waktu dua pekan sebelum akhirnya pakaian tersebut rampung.

Bisa dibilang seluruh effort tim dance Trappsila sudah dikerahkan. Tak hanya ide dan waktu, mereka juga harus rela menyisihkan uang jajan untuk mendanai berbagai keperluan. “Selain menyisihkan uang jajan, kami juga usaha dana dengan berjualan makanan pas istirahat sekolah,” tandasnya. Tapi itu mereka lakukan demi nama besar Trappsila, meski di satu sisi pada awalnya pihak sekolah tak mendukung.

Selama proses persiapan, Rachel menyebut jalan yang mereka lalui tak mulus-mulus saja. Kendala demi kendala selalu saja datang. Namun sepanjang itu pula, kendala itu bisa mereka entaskan. “Kendala mulai dari kesiapan fisik, miss komunikasi, antar anggota saling ngrasani itu biasa,” kata Rachel. Buktinya hingga tampil ketiga kali mereka masih tetap solid. “Karena biasanya setelah itu ya kami bercanda seperti biasa lagi,” kata Rachel.

Terkait dengan target tim, Rachel mengaku sangat ngebet untuk bisa lolos ke babak 10 besar. Di tahun lalu, tim dance Trappsila belum bisa menggenapi target itu. “Makanya kami akan siapkan seluruhnya lebih total untuk tahun ini,” kata Rachel optimis.(*)

Sambil nunggu berita-berita hasil pertandingan hari ini, yuk baca berita-berita ringan tapi seru di mainmain.id

 

 

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY