JAKARTA - Perjalanan SMAN 28 Jakarta menorehkan back-to-back di Honda DBL DKI Jakarta Series-South Region musim ini sungguh fenomenal. Jelas, SMAN 28 menunjukkan konsistensinya dalam kurun dua tahun belakangan ini. Keberhasilan SMAN 28 merengkuh juara tahun ini tak terlepas dari salah satu pemainnya. Adalah Odelia Talitakum Christabel.

Pemain yang akrab disapa Abel ini menutup kompetisi dengan moncer. Torehan akhir 57 poin, 37 rebounds, 12 blocked shots, dan 12 steals jadi bukti betapa impresifnya center andalan SMAN 28 ini. Keberhasilannya membawa SMAN 28 menjadi back-to-back champion merupakan hasil perjuangan hebatnya dalam melawan cedera yang menimpanya pada tahun 2018 silam. Tepatnya, pada bulan September 2018. Abel harus menjalani operasi pada meniskusnya yang robek demi mencegah cedera yang lebih parah.

“Waktu itu meniscus aku tear karena akumulasi dari over practice sama bertanding. Hasil MRI-nya dibaca dokter lalu, dokter bilang harus dioperasi. Kalau maksain, nanti malah merambat ke ACL, jadi aku operasi,” ujar Abel.

 

Ketika mengetahui dia terkena cedera yang berujung operasi, Abel merasa kecewa. Bahkan siswi kelas XI ini sempat merasa putuh asa pada saat proses pemulihan. Namun, akhirnya dia mampu melewati segalanya berkat Tuhan. Serta dukungan dari orang tua dan teman-temannya.

“Aku mikirnya basket aku udah putus karirnya. Aku kecewa banget pasti, tapi karena kekuatan Tuhan dan dukungan orang tua dan teman-teman, puji Tuhan aku bisa jalanin operasi sama pemulihannya. Tapi kadang-kadang suka putus asa waktu pemulihan karena capek banget. Aku nggak tau bisa comeback stronger apa engga,” jelasnya.

Setelah menjalani pemulihan yang berlangsung selama tiga bulan, Abel akhirnya dapat kembali bermain tahun ini. Tepatnya pada bulan Februari tahun ini. Meski senang dapat kembali bermain, Abel tidak datang tanpa rasa trauma. Pemain nomor punggung 9 ini mengakui bahwa dia sempat merasa trauma pada satu bulan awal setelah recovery.

“Pas bisa main lagi aku excited, tapi nervous dan takut. Satu bulan pertama aku masih trauma. Aku takut ada gerakan yang tiba-tiba salah dan takut ada yang sakit,” ungkap student athlete berusia 15 tahun ini.

 

Saat rasa trauma itu muncul, Abel selalu memotivasi dirinya untuk melawan rasa takutnya. Dia yakin bahwa dirinya mampu melewati masa-masa tersebut. Sebab, dia pernah melihat senior-seniornya yang mampu comeback dengan cedera yang lebih parah darinya. Yang paling penting, basket sudah menjadi sebuah passion bagi Abel. Dia terus semangat untuk kembali menunjukkan performa terbaiknya.

“Aku berdoa sama Tuhan dan yakin kalo semuanya tuh oke, nggak ada masalah. Ketakutan aku cuma ada di pikiranku doang. Banyak senior yang bisa lewatin semuanya bahkan cederanya lebih parah. Mereka bisa, masa aku gak bisa? Apalagi aku tuh cinta banget sama basket. Basket for life,” ucapnya.

Selain memotivasi dirinya sendiri, Abel juga senang dan bersyukur mendapat dukungan dari orang tua, Abel sering mendapat artikel tentang orang-orang yang mampu come back stronger pasca cedera sebagai penyemangat. Mereka pun kerap menemani Abel saat menjalani terapi. Teman-teman Abel juga tak kalah memberi dukungan baginya meski dengan gestur-gestur sederhana. Abel sudah membuktikan. Dia berhasil melawan rasa takutnya. Kembali ke lapangan. Dengan torehan gemilang. ()

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya