Tumbuh bersama dengan DBL Indonesia. Yup, ajang DBL telah berlangsung sejak musim 2004. Musim ini merupakan musim ke-20 DBL bergulir. Berawal dari lapangan sederhana di GOR Kertajaya, Surabaya, kini DBL sudah menggelar kompetisi basket hingga 31 kota.
Laurensius Arens Batbual Angewarmase, salah satu guru SMA Santa Agnes Surabaya menjadi salah satu sosok yang pernah merasakan amtosfer DBL Surabaya pada 2004.
Saat itu Pak Arens -sapaan karibnya- sudah berstatus sebagai seorang guru. Ia menemani siswanya langsung dari pinggir lapangan sebagai manajer tim basket. Musim 2019, karier Pak Arens sebagai manajer di tim basket yang berlaga pada ajang DBL Surabaya berhenti. Ia memutuskan untuk menepi agar bisa menikmati pertandingan basket di DBL dengan jauh lebih ekspresif.
“Saya kalau duduk di bench itu tidak bisa ekspresif seperti tadi. Harus diam aga image dan menenangkan anak-anak. Kalau duduk di kursi penonton kan bisa ekspresif. Saya bisa teriak-teriak hahahaha," ungkap Pak Arens yang menjadi guru Seni Musik di Santa Agnes.
Pak Arens lantas mengenang perjalanan DBL ketika awal bergulir. Bagaimana pertandingan yang harus digelar di beberapa GOR basket yang ada di Surabaya. Maklum saat itu DBL Arena belum dibangun.
“"Perjalanan DBL itu sama seperti perjalanan karier saya hahahahaha. Pada tahun-tahun awal mereka pindah-pindah lapangan untuk menggelar kompetisi sampai bisa punya DBL Arena,” sambungnya.
Menjadi teman bertumbuh bersama cara Pak Arens, atmosfer DBL masih tidak asing dengan Pak Arens. Meski sudah menonton laga-laga DBL sejak 2004 hingga saat ini, semangatnya untuk nribun tak pernah padam. Sama seperti semangatnya menjadi akademisi.
Tak pernah padam untuk mendidik dan menyebarkan hal-hal baik. Selamat hari guru, Pak Arens. Musim depan nribun lagi ya di DBL Arena!