ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Skuad De Britto merayakan keberhasilan mereka menembus Fantastic Four DBL Yogyakarta 2024

Study first. Kalimat tersebut terlihat jelas di jersei skuad De Britto -SMA Kolese De Britto Yogyakarta- pada Honda DBL with Kopi Good Day 2024 DI Yogyakarta. Bagi beberapa orang mungkin tulisan di punggung jersei para pemain De Britto tersebut terkesan biasa saja.

Sekadar aksesoris tambahan. Tapi, apa yang tertulis di sana bukan hanya soal hiasan pelengkap jersei tanding pasukan De Britto. Ajang basket DBL sendiri menjunjung konsep student athlete.

Konsep yang pada awal-awal DBL bergulir terkesan tabu dan kini menjadi standar. Konsep ini berusaha menjegal sekolah-sekolah yang hanya berloma untuk menjadi yang terbaik lewat cara instan.

Konsep tersebut yang coba diterapkan oleh Azrul pada tahun pertama DBL bergulir (2004). Menariknya di sini. Ketika menjelaskan regulasi tersebut, 95 dari 96 peserta yang hadir menyetujui konsep tersebut. Sepakat akan terobosan revolusioner bahwasannya student athlete yang berlaga juga tetap mementingkan hal-hal akademik.

Tulisan-tulisan mengenai study first juga tak hanya ada di jersei mereka. Pada laga Fantastic Four DBL Jogja kala De Britto bertemu dengan Olifant -sebutan SMA Olifant Yogyakarta-, tulisan mengenai belajar (study) juga terlihat sesekali di tribune De Britto.

Baca juga: Satu Dasawarsa BOSA di DBL Yogyakarta

Yup, pada laga tersebut, pendukung De Britto yang berbondong-bondong nribun di GOR UNY, Yogyakarta mencapai kurang-lebih 2.000 penonton. Termasuk alumni dan juga orang tua para pemain.

Sekejap GOR UNY, Yogyakarta menjadi tempat reunian teman-teman De Britto dengan koleganya yang telah lama tidak bertemu. SMA Kolese De Britto adalah sekolah yang khas. Ada tiga teladan yang berkembang di De Britto. 

Rasa memiliki terhadap sekolah, disiplin, serta religiusitas. Ketiga teladan tersebut tergambar nyata dalam pertandingan De Britto melawan Olifant. Rasa memiliki digambarkan pada banyaknya alumni yang hadir.

Disiplin tergambar jelas lewat tulisan study first yang bukan hanya sekadar tulisan. Religiusitas tergambar jelas lewat liturgi yang dipanjatkan para suporter sebelum pertandingan dimulai. Mereka berdoa dan memohon harap ke Pencipta agar langkah para penggawa diberkati hingga laga usai.

Meski hasil akhir tak sesuai rencana dan De Britto harus mencoba lagi musim depan, apa yang dilakukan pasukan De Britto musim ini menjadi sebuah anomali. Alih-alih ikut berlomba mencari calon-calon pemain bagus, mereka justru lebih mengutamakan soal pendidikan.

Baca juga: Jadi Top Skor dan Bawa De Britto ke Fantastic Four, Brandon: Ini Berkat Tuhan!

Hal tersebut diamini oleh Danny Kusuma, pelatih De Britto. “Dari awal itu kita melihat dulu akademik anak yang mau masuk ke De Britto itu bagaimana. Karena kita tidak pernah tahu masa depan mereka itu seperti apa. Dan mempersiapkan itu yang menjadi tugas kita,” ungkapnya.

Meski selalu mengedepankan urusan akademik, De Britto tetap bisa eksis di DBL Jogja. Buktinya mereka sempat menjadi juara pada musim 2009 dan 2010. Lalu kembali juara pada musim 2013 dan terakhir kalinya pada 2015.

Keberhasilan ini membuat De Britto terbilang spesial. Para pemainnya bukan hanya berjuang habis-habisan untuk bisa kembali membawa kejayaan sekolah. Mereka juga berjuang habis-habisan untuk bisa menjaga nilai pelajaran agar tidak turun.

“Mungkin di atas kertas anak-anak JB (SMA Kolese De Britto) ini kalah kalau diadu skill. Tapi, saya percaya mereka gak akan kalah kalau diadu soal akademik,” 

"Hampir semua yang ada di tim De Britto ini underratedGak ada yang tahu tiba-tiba ada yang ternyata punya bakat di basket. Semangat mereka sama sifat rendah hatinya itu yang jadi De Britto ini spesial dari yang lain," terangnya.

Kekalahan De Britto di fantastic four membuat langkah mereka terhenti pada musim ini. Namun ada begitu banyak yang bisa mereka ambil. Salah satunya adalah keberanian mereka dan sifat murah hati. Sama seperti Santo pelindung SMA Kolese De Britto, Santo Yohanes De Britto

Meski demikian, De Britto punya cukup banyak sumber daya untuk menatap setidaknya dua musim ke depan. Banyak ruki. Jangan kaget jika setidaknya pada dua musim ke depan De Britto bisa konsisten ke Fantastic Four. Syukur-syukur sampai final. Macan Demangan sedang bangkit dari tidur panjangnya. Sampai jumpa musim depan, De Britto. Bangga sekarang dan selamanya.

Profil SMA Kolese De Britto Yogyakarta bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap). 

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY