Bola Basket merupakan olahraga kesukaan saya semenjak saya SMP. Namun tidak pernah terpikir pada akhirnya saya akan menjadi seorang pelatih.
Semua ini bermula dengan problematika motorik pada anak saya. Problem yang pastinya mirip dengan banyak anak-anak sekarang. MAGER alias malas gerak. Bawaannya maen gadget berlebihan. Sehingga membuat anak-anak menjadi susah dan memiliki keterbatasan gerak.
Hal ini yang membuat saya memutuskan untuk mengajak anak saya bermain basket. Tujuannya memperbaiki motorik anak lewat permainan bola basket.
Namun, saya tidak ingin melatih anak-anak hanya berdasarkan pengalaman saya saja. Karena buat saya keilmuan adalah sangat penting. Dari sana saya menjalani beberapa pelatihan baik secara online dan offline.
Mulai dari belajar dari RAI Institute, membeli course-course online seputar pelatihan untuk anak, dan mengikuti penataran lisensi kepelatihan di Perbasi. Semua itu membuat saya terbuka terhadap permasalahan anak-anak zaman sekarang.
Hal itu juga dibantu dengan latar belakang saya sebagai pengusaha -yang banyak bertemu dengan ribuan klien- di mana membuat saya bisa mengkombinasikan seluruh ilmu tersebut untuk memahami apa yang harus diubah dari anak-anak saya.
Dan ketemulah satu permasalahan, yaitu VISI dari seorang anak. Yes, visi.
Kadang kita sebagai orang tua, melupakan ini karena mungkin dulu kita terbentuk sendiri, dan akhirnya kita menjadi anak yang memiliki VISI.
Namun hal yang kita lupakan adalah zaman sekarang anak-anak terpapar dengan berbagi informasi yang mudah mereka dapatkan dari mana saja. Tentunya dengan kemampuan kognitif mereka yang belum berkembang, membuat mereka tak mampu menentukan mana yang benar, mana yang salah.
Informasi bersebaran di mana-mana, namun mana yang benar dan mana yang salah mereka tidak akan memahaminya. Inilah akhirnya kenapa saya memfokuskan latihan kepada anak anak saya untuk membentuk visi hidup mereka melalui BOLA BASKET.
“Meracuni” mereka dengan visi hidup yang saya sampaikan membuat mereka memiliki semangat baru untuk menjadi lebih baik.
Komunikasi yang intens dan latihan yang terarah akhirnya membantu anak-anak saya menjadi sangat jauh lebih baik. Dan ini juga melalui latihan-latihan dalam permainan bola basket.
Kenapa saya memilih bola basket? Karena bola basket memiliki tiga gerakan motorik kasar. Bukan hanya melatih gerakan tersebut, tapi di basket juga diwajibkan bisa mengkoordinasikan tiga gerakan tersebut. Apa gerakan itu? Berlari, melompat, dan melempar.
Dan betul sekali, pada akhirnya anak-anak saya banyak terbantu dengan latihan tiga gerakan itu. Bahkan setelah 3 tahun, mereka berubah menjadi anak yang kuat dengan gerakan-gerakan yang cepat.
Tidak hanya itu, karena kita melatihnya melalui permainan bola basket, anak-anak juga menjadi anak yang lebih percaya diri. Tentu juga menjadi lebih bisa beradaptasi dengan keadaan.
Saya bersyukur di Indonesia memiliki kompetisi DBL sebagai ajang yang sangat baik bagi anak-anak kecil. Mereka bisa hadir dan melihat kakak-kakaknya berkompetisi. Apalagi kompetisi itu didukung dengan event yang keren dan menghibur. Dari sana mereka jadi bermimpi bisa bermain di kompetisi DBL.
Dengan adanya DBL, saya menjadi lebih gampang mengarahkan visi anak-anak saya menjadi lebih tajam. Membuat mereka memiliki mimpi untuk menjadi sesuatu dalam jangka waktu dekat ke depannya.
Saya merasa sejauh ini cukup berhasil mengubah anak-anak saya lewat basket. Dari sana akhirnya saya juga mulai melatih anak-anak lainnya untuk bertransformasi dengan visi ke depan yang jelas. Lewat sebuah akademi bernama DRIMZ (baca: dream atau mimpi).
Saya menekankan pada mereka bahwa basket bukan soal menang dan kalah. Tapi tentang bagaimana mereka belajar tentang menghargai diri mereka sendiri.
Tentang bagaimana mereka berjuang untuk mengejar sesuatu.
Tentang bagaimana NO PAIN, NO GAIN.
Tentang bagaimana mereka mempersiapkan diri mereka di "pertarungan" sesungguhnya, yaitu di saat mereka dewasa nanti.
Dan semua itu, bisa mereka pelajari lewat permainan bola basket. Maju terus anak anak muda Indonesia. Teruslah menjadi anak anak yang luar biasa.
*Kolom Ini Ditulis Azman Shadiqi, head coach DRIMZ Basketball Academy, Pekanbaru, Riau yang siswanya banyak bermain di DBL lewat sekolahnya masing-masing.