Panggung Honda DBL with Kopi Good Day 2024 Central Java memang telah berakhir. SMA Tritunggal Semarang keluar sebagai jawara sektor putri dan SMA Warga Surakarta menjadi kampiun sektor putra.
Meski gelaran DBL Central Java telah usai sejak 8 Oktober 2024 lalu, namun ada satu cerita perjuangan yang layak mendapat sorotan lebih.
Cerita mengenai perjuangan dan pengorbanan salah satu tim yang harus menempuh waktu selama kurang lebih dua jam setengah hanya untuk bertanding di DBL Semarang dan DBL Central Java. Tim tersebut adalah skuad putri SMAN 1 Jekulo Kudus.
Jika melihat rekam jejak penggawa Saloku -sebutan SMAN 1 Jekulo Kudus- di DBL Semarang, sejak musim 2022 mereka selalu bisa menang di laga perdana. Tapi mentok prestasinya selama ini hanya sampai Big Eight.
Kala itu format kompetisi DBL Semarang masih memakai sistem gugur. Hal tersebut menjadikan setiap laga yang dihadapi penggawa Saloku sangat berharga. Menang untuk melaju ke fase krusial selanjutnya atau kalah untuk kembali lagi ke Kudus dan mencoba kesempatan pada musim depan.
Baca juga: Prestasi dan Konsistensi Terang Bangsa di Tengah Kebijakan Zonasi
Musim ini format gugur diubah menjadi setengah kompetisi. Setiap partisipan dibagi menjadi tiga grup terlebih dahulu sebelum bertarung di babak playoffs. Saloku berada satu grup dengan SMA Satya Wacana Salatiga dan SMA Kolese Loyola Semarang pada DBL Semarang 2024.
Sebagai tim yang selalu bisa menang di gim pertama, Saloku di atas kertas diprediksi bisa melenggang lebih jauh pada musim ini.
Benar saja, mereka berhasil keluar sebagai jawara grup B dan bahkan terus melenggang hingga partai final DBL Semarang dan DBL Central Java!
Ekspresi bahagia putri Saloku ketika tampil di babak championship DBL Central Java 2024
Selama perjalanan menuju partai final, putri Saloku selalu bisa menang dengan selisih lumayan besar.
Hanya satu kali mereka sukses menang dengan selisih delapan poin saja. Kala itu menghadapi SMA Kolese Loyola Semarang di laga penentu babak grup.
Terhitung ada enam laga yang dimainkan putri Saloku selama musim ini. Selama enam kali itu pula mereka menempuh perjalanan darat berangkat dan pulang dengan total waktu tempuh enam jam. Dari Kudus ke Semarang, pulang-pergi (PP).
Yup, putri Saloku lebih memilih melakukan perjalanan pulang-pergi ketimbang menginap. Hal ini jelas membuat mereka bukan hanya berjuang untuk bisa mengharumkan nama sekolah saja. Melainkan juga perjuangan nonteknis lainnya.
Mohammad Fais, manajer Saloku mengungkapkan bahwa para pemainnya bukan hanya bertarung untuk bisa menjadi yang terbaik saja di lapangan. Melainkan pula berjuang untuk tetap menjaga kondisi fisik dan badan agar tetap fit untuk bertanding.
Baca juga: Yan Novi, Tentang Ketabahan, Rasa Penasaran, dan Target Karangturi Musim Depan
“Kita istilahnya bolak-balik Kudus-Semarang setiap dua hari sekali. Melihat anak-anak yang benar-benar berjuang karena jarak tempuh itu saya apresiasi sekali,” ungkapnya.
Menariknya, jarak tempuh perjalanan tersebut sudah dianggap sebagai angka saja oleh skuad Saloku. Karena mereka sudah terbiasa dengan fenomena tersebut.
“Tantangannya kita itu memang seperti itu. Dalam arti kita kalau cari ilmu atau cari pengalaman ya di Semarang. Mau di Solo, di Salatiga kita tetap berangkat. Mungkin itu yang bikin perjalanan tahun ini sedikit gak kerasa karena sudah kebiasa ya,” sambungnya.
Ekspresi bahagia penggawa Saloku ketika berhasil memastikan satu tiket partai final Honda DBL with Kopi Good Day 2024 Central Java
Pak Fais -begitu ia kerap disapa- bahkan mengungkapkan jarak yang ada sudah menjadi bagian dari perjuangan sekaligus resiko yang harus ditempuh penggawa Saloku. Karena beliau merasa tak ada perjuangan yang sia-sia.
“Mau gak mau kita harus berkorban untuk bolak-balik. Berkorban untuk materi dan tenaga. Tapi, kita jadikan itu sebagai tantangan lah. Soalnya kan bukan cuman adu strategi sama skill, tantangan kita juga ada di fisik. Kita butuh waktu empat jam untuk bisa bertanding lho,” ujarnya.
Keberhasilan putri Saloku tampil di partai final merupakan suatu hal yang ditanam oleh setiap penggawa Saloku sejak lama. Ikhtiar, kesabaran, serta kerja keras lah yang membuat Saloku menuai apa yang mereka tanam sejak lama di DBL Semarang.
Baca juga: Coach Wempi Wiyanto, Sosok di Balik Kembalinya Aura Juara Warga Surakarta
Grafik peningkatan yang apik plus berhasil tampil di partai final DBL Central Java adalah pencapaian yang tidak boleh dianggap sebelah mata.
“Setelah kita hampir lima tahun lebih mencoba buat ikut DBL ini, Alhamdulillah bisa tampil di partai final itu bersyukur sekali,” ungkapnya.
Menariknya skuad Saloku tidak dibangun dalam satu malam saja hanya untuk bisa mendobrak pada musim ini. Perlu waktu 10 tahun lamanya bagi Saloku untuk bisa menuai hasil apik tersebut. Untuk bisa menjadi salah satu tim yang disegani dan ditakuti di wilayah Jawa Tengah.
“Sejujurnya kami itu sudah menaruh fokus pembinaan basket itu sudah lebih dari sepuluh tahun. Fokus kita memang pembinaan tim putri dan wilayahnya bukan cuman Kudus melainkan di Jawa Tengah. Teman-teman di Jawa Tengah pasti sudah tahu kalau tim putri SMAN 1 Jekulo itu seperti apa,” terangnya.
Lantas bagaimana cara Saloku menjaring dan membina student athlete sektor putri? Cara paling sederhana adalah mereka biasanya membuat kompetisi basket tingkat SMP dengan nama Saloku Cup. Dari sana pemain-pemain yang memiliki potensi bakal ditarik untuk melanjutkan studi di SMAN 1 Jekulo Kudus.
“Kami punya agenda sekolah namanya Saloku Cup. Itu semacam ajang kita buat membina pemain-pemain baru. Memang apa yang ditawarkan tidak seperti yang bisa ditawarkan sekolah-sekolah swasta lainnya. Tapi, Alhamdulillah sejauh ini kita selalu punya bibit-bibit penerus,” imbuhnya.
Ada satu hal yang membuat Pak Fais yakin bahwa semangat juang putri Saloku di kompetisi DBL tak pernah padam adalah semangat kedaerahan yang diusung anak asuhnya.
“Kami itu banyak anak daerah. Anak daerah itu punya motivasi lebih. Dalam arti mereka ingin menunjukkan kalau mereka itu bisa. Ketika bisa sampai Jawa Tengah ya mereka semakin menggebu semangatnya untuk bisa menunjukkan kalau gak kalah dengan kota-kota besar,” cetusnya.
Buktinya 9 dari 12 pemain Saloku musim ini berasal dari berbagai daerah yang tersebar di Jawa Tengah. Mulai dari Grobogan, Pati, hingga Ambarawa. Hanya ada tiga pemain yang berasal dari Kudus.
“Karena kami dari berbagai daerah itu yang bikin kita semakin kompak. Semangat kita buat pengen ikut DBL itu besar banget memang,” ungkap Naznin Aqilanajya, penggawa Saloku bernomor punggung tujuh yang ternyata berasal dari Pati.
Keberhasilan Saloku di DBL Semarang dan Central Java merupakan pencapaian terbaik sekolah negeri yang pernah berpartisipasi di ajang DBL Semarang dan Central Java. Sekaligus menjadi pembuktian bahwa setiap partisipan punya kesempatan yang sama untuk bersaing di tangga juara.
Sampai ketemu musim depan girls!
Profil SMAN 1 Jekulo Kudus bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap)