SMA Terang Bangsa Semarang tak pernah absen untuk selalu menapaki tangga juara DBL Semarang maupun DBL Central Java. Sejak musim 2022 lalu mereka selalu bisa mengirim satu wakilnya untuk tampil di partai final DBL Central Java.
Paling terbaru adalah tim putra mereka yang secara mengejutkan sukses menjadi runner up DBL Semarang 2024.
Konsistensi ini menjadi bukti bahwa tim basket Terbang -sebutan SMA Terang Bangsa Semarang- tidak boleh dianggap sebelah mata.
Di tengah gempuran sekolah-sekolah swasta yang terdapat di wilayah Semarang, kiprah Terbang di DBL Semarang dan Central Java masih eksis. Bahkan mereka masih kompetitif.
Pada musim 2022 dan 2023, tim putri Terbang selalu bisa tampil di partai final DBL Central Java. Musim ini gantian tim putra mereka yang berhasil menjadi representasi Terbang hingga babak championship DBL Central Java.
Baca Juga: Kilas Balik: Aral Rintang Putra Terbang Hingga Menuju Final Pertama
Di balik cerita prestasi dan konsistensi Terbang di basket level SMA, ternyata ada tantangan berat yang dihadapi pihak sekolah. Yakni tantangan terkait kebijakan zonasi.
Kebijakan zonasi yang diterapkan untuk sekolah negeri, diakui sangat memengaruhi eksistensi sekolah swasta dalam mendapatkan murid-murid baru. Tapi, di tengah tantangan itu, ternyata Terbang masih mampu menjawab itu dengan prestasi. Terutama prestasi di kompetisi basket selevel DBL.
DBL.id berkesempatan ngobrol dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Woro Indriastuti, terkait dengan kiprah dan tantangan Terbang selama ini.
Kata Bu Woro, begitu Woro Indriastuti biasa disapa, sudah sejak lama sekolahnya memang punya program student athlete. Dalam perjalanannya, program itu juga diadopsi banyak sekolah lainnya, baik swasta maupun negeri. Mau tidak mau, Terbang pun menghadapi persaingan dengan sekolah-sekolah lain -terutama swasta- di Semarang dan sekitarnya.
"Puji Tuhan kami masih selalu bisa bersaing. Ya, ini karena kerja keras anak-anak dan tim pelatih juga,” ungkapnya.
Bu Woro mengaku kebiajakan zonasi menghadirkan tantangan tersediri untuk Terbang. Utamanya untuk tetap menjalankan program student athlete di sekolah tersebut.
“Saya rasa aturan ini (zonasi) menjadi tantangan buat semua sekolah swasta. Kebijakan zonasi itu membuat kami harus berpikir bagaimana caranya tetap eksis dan bersaing dengan sekolah-sekolah negeri,” sambungnya.
Salah satu dampak paling nyata yang dirasakan Terbang adalah menurunnya jumlah siswa dan siswi baru.
“Di SMA Terang Bangsa sendiri pernah lho sampai satu angkatan itu delapan hingga sembilan kelas. Dan itu terakhir waktu sebelum pandemi. Setelahnya sampai sekarang ya tinggal dua sampai tiga kelas saja,” ujarnya.
Tapi Bu Woro bersyukur, hadirnya DBL Semarang mampu menjadi sarana promosi untuk SMA Terang Bangsa menggaet siswa-siswa baru.
Promosi yang dimaksud adalah promosi secara tidak langsung bahwa siswa-siswi SMA Terang Bangsa tetap bisa eksis dan berprestasi di kompetisi basket selevel DBL. Kompetisi basket pelajar yang selama disebut sebagai yang terbesar di Indonesia.
Ketika Terbang eksis dan bahkan menorehkan prestasi di DBL, secara tidak langsung hal itu menarik minat para pelajar SMP -terutama mereka yang antusias di basket- untuk bisa melanjutkan masa putih abu-abu di Terbang.
Banyak sekolah memang merasakan hal yang sama. Merasakan bahwa eksistensi di DBL mampu menarik perhatian calon siswa dan siswi pada tahun ajaran baru mendatang.
Di Jakarta, SMA Jubilee mengamini hal itu. Mereka mengaku mengalami peningkatan dalam hal jumlah murid baru ketika mereka eksis dan berprestasi di DBL.
Kami juga pernah mendapatkan cerita dari Biak. SMA YPK 2 Biak tahun ini mendadak menerima banyak murid baru karena Jacob Rubino Effect.
Ya, ketika Jacob berhasil menembus skuad Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2024, apalagi ia satu-satunya asal Biak, maka begitu banyak lulusan SMP yang ingin masuk SMA YPK 2 Biak. Mereka ingin mengapungkan mimpinya agar bisa seperti Jacob.
Baca Juga: Jacob Effect! SMA YPK 2 Biak Kebanjiran Siswa, Buka 1 Kelas Tambahan
“Puji Tuhan di SMA kami punya ciri khas kalau sekolah kami itu benar-benar dukung bidang nonakademik. Jadi sumber daya pemainnya itu gak pernah habis meskipun kita mengalami tantangan zonasi,” terangnya.
Bu Woro sendiri mengapresiasi peraturan student athlete yang ada di DBL. Bahwa setiap pemain tidak boleh meninggalkan hal-hal akademik.
“Setuju banget. Itu juga kan pada akhirnya kami mengadaptasi juga. Saya selalu menekankan ke anak-anak kalau mau sukses itu juga harus seimbang antara bidang olahraga dan bidang akademik. Gak boleh lebih besar sebelah. Harus seimbang,” cetusnya.
Prestasi Terbang adalah oase di tengah tantangan yang sedang mereka hadapi. Tantangan kebijakan zonasi dan persaingan dengan sekolah-sekolah swasta lainnya.
Namun, Terbang berhasil membuktikan bahwa sejauh ini semangat mereka masih belum padam. Sampai ketemu lagi musim depan ya!
Profil SMA Terang Bangsa Semarang bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap)