Aku masih ingat pada hari itu, ketika namaku berada di laman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMAN 8 Malang jalur prestasi lomba.
Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), aku berhasil mengukir prestasi di FLS2N tingkat Kota, Provinsi, dan Nasional untuk perlombaan gamelan. Aku juga pernah menjuarai Festival Panji Internasional di bidang teater.
Sebagai siswa yang diterima di SMAN 8 Malang, aku sangat bangga dengan membawa impian dan harapan, aku melangkah masuk ke gerbang sekolah yang penuh prestasi.
Baca juga: Smarihasta ke Final DBL Malang, Akhiri Penantian Tiga Musim!
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMAN 8 Malang terasa begitu menyenangkan. Berbagai kegiatan dilakukan untuk memperkenalkanku pada lingkungan baru.
Di sini, aku bertemu teman-teman baru yang juga bersemangat untuk belajar dan berprestasi. Aku mengenal banyak hal, mulai dari tata tertib sekolah, wilayah sekolah, dan diadakannya game-game yang seru untuk menumbuhkan kekompakan kita sebagai siswa baru.
Setelah MPLS, aku resmi menjadi siswa SMA. Hari-hari di SMAN 8 Malang tidak pernah membosankan. Meskipun ini adalah suasana di sekolah baru, SMAN 8 Malang memiliki suasana yang sangat nyaman dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya.
Di tengah kesibukan belajar dan menikmati status baru sebagai anak SMA, aku diajak oleh kakak kelasku untuk ikut bergabung dalam perkusi supporter dari Smarihasta (SMAN 8 Malang). Terkejut bukan main!
Karena selain barisan suporter Smarihasta yang memang sudah dikenal oleh khalayak karena kreativitasnya, aku juga merasa bangga bisa bergabung dan berkontribusi.
Baca juga: 100 Persen Tripoin, Smarihasta Melaju ke Big Eight DBL Malang!
Aku diajak untuk bermain alat musik perkusi, yaitu quatro. Alat musik ini terlihat sulit untukku yang tidak pernah bermain perkusi sama sekali.
Awalnya aku ragu, karena aku belum pernah bermain perkusi sebelumnya. Tapi, semangat dari mereka membuat diriku yakin untuk ikut serta dalam supporter tersebut.
Dengan bimbingan mereka, aku belajar bagaimana cara bermain quatro. Banyak hal yang diajarkan oleh mereka kepadaku, mulai dari cara bermainnya, chants yang dinyanyikan saat supporter hingga akhirnya aku mulai bisa bermain quatro secara freestyle.
Salah satu kompetisi yang sangat ingin aku ikuti adalah DBL. Tempat di mana semua anak SMA menuangkan bakatnya. Baik di lapangan dengan tim basketnya, menari bersama tim dance, juga barisan suporter yang menuangkan kreativitas mereka lewat koreo, yel-yel, ataupun seni pertunjukan lainnya.
Ketika DBL semakin dekat, semangatku meningkat. Jantungku selalu berdebar setiap malam sebelum pertandingan. Rasanya seperti ingin ditembak gebetan sendiri! Nggak sabar, deg-degan, dan menantang!
Kami berlatih keras memberikan dukungan terbaik untuk tim basket Smarihasta. Momen-momen latihan supporter menjadi kenangan berharga buatku, di mana aku berlatih supporter bersama dengan kakak kelas 11 dan 12, yang berarti ini adalah DBL terakhir bagi mereka kakak kelas 12. Semua saling membantu dan tertawa bersama dalam kegiatan supporter.
Baca juga: Babak Baru Mico Tanpa Ranno, Mikael Solo Punya Ernest Bramastyo
Kurang lebih satu bulan lebih kami latihan. Tidak cuma latihan saja. Beberapa supporter juga ada yang ditugaskan untuk membuat koreo 3D, merchandise, sampai mondar-mandir mengurus perizinan untuk supporteran. Ada pula yang sibuk mengurus akomodasi dan logistik.
Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba. Pertama kali nribun di DBL!
Smarihasta memulai DBL pertandingan pertama pada tanggal 9 September 2024. Ketika tim basket kami masuk ke lapangan, seluruh siswa yang ikut serta mulai bersemangat bernyanyi menyanyikan chants sekolah.
Saat itu, aku tidak ikut bermain perkusi, hanya kakak kelas saja yang memainkan perkusi dan membangun suasana di dalam GOR Bima Sakti. Pertama kalinya aku nribun, antusias supporter ternyata luar biasa!
Perutku serasa dipenuhi berbagai macam jenis kupu-kupu. Menggelitik dan menyenangkan. Belum pernah rasanya aku seantusias dan sesenang ini berada di bangku tribun yang padat dan meriah.
Pada tanggal 13 September, Smarihasta memulai pertandingan kedua. Ini waktunya aku menunjukan kebolehanku. Waktunya aku buktikan hasil dari latihan setiap pulang sekolah dan bentuk baktiku untuk Smarihasta.
Di pertandingan kedua Smarihasta, aku bermain perkusi. Tidak hanya quatro saja, melainkan aku bisa bermain alat musik perkusi lainnya yaitu bass drum dan snare.
Kalau ditanya perasaanku, aku merasa senang dan semangat! Pokoknya, bikin ketagihan! Semua siswa meneriakkan lantang chant-chant kebanggaan Smarihasta sambil kuiringi dengan tabuhan perkusi.
Energinya begitu positif. Kami saling berkomunikasi lewat tabuhan perkusi, yel-yel, dan kreativitas lain di bangku tribun. Aku berharap tim basket dan dance bisa menangkap sinyal komunikasi yang kami sampaikan dengan sepenuh hati ini.
Tak terasa, Smarihasta berhasil melaju ke pertandingan-pertandingan selanjutnya. Di mana, aku juga selalu mengiringi mereka dengan bermain perkusi.
Sampai akhirnya di partai Fantastic Four, pertandingan penentu ke babak final, dan hari di mana aku merasa bangga menjadi pemain perkusi dari Smarihasta.
Akhirnya, Smarihasta ke final! Tangisku pecah. Tidak. Tangis semua pendukung Smarihasta pecah. Doa-doa yang kuutarakan sambil menabuh perkusi dijawab oleh Yang Maha Kuasa.
Terima kasih, Smarihasta. Terima kasih, Tuhan!
Hingga saat ini, Smarihasta bisa mencapai final karena suara kami semua menjadi penyemangat bagi para pemain dan penonton.
Melihat tim kami berjuang, hatiku penuh dan bangga. Momen itu menjadi salah satu yang tak terlupakan.
Namaku Dini. Lengkapnya Nur Soraya Diniyah, kelas X-4 dari SMAN 8 Malang. Ini adalah cerita pengalamanku sebagai pemain perkusi dari suporter Smarihasta yang bangga bisa mengiringi tim basket kami ke final DBL Malang.
Aku yakin bahwa ini baru awal ceritaku dari perjalanan yang lebih seru di SMAN 8 Malang.
(Cerita ini ditulis langsung oleh Nur Soraya Diniyah, siswi kelas X-4 dari SMAN 8 Malang. Editor: Rena Dwi Astuti/DBL Indonesia)
