Bagaimana rasanya jadi student athlete, alias jadi pelajar sekaligus jadi atlet basket? Setiap orang yang membaca kata ‘student-athlete’ sudah pasti menerka kalau status ini begitu berat tanggung jawabnya.

Ya, memang. Status student-athlete yang melekat pada pemain-pemain DBL memang tidak mudah untuk dipertanggung jawabkan. Mereka harus menjaga nilai akademiknya di dalam ruang kelas, juga mempertahankan performanya di lapangan.

Tim putri SMA 1 Penabur Jakarta punya cerita soal ini. Kisah ini datang dari Eugenia Livia, pemain dari tim yang berjulukan Kriza itu mengatakan, seluruh pemain basket Kriza punya syarat utama sebelum diizinkan bertanding di DBL.

Syarat itu berbentuk nilai minimal yang harus mereka penuhi di semua pelajaran. “Kalau ada nilai yang kurang dari 75 di semua mata pelajaran di rapor, kita nggak boleh ikut DBL sama sekali. Karena wali kelas nggak kasih izin buat ikut,” tuturnya.

Baca juga: Dramatis! Kriza Kembali ke Final Setelah Comeback Atas Quattro

Yap, SMA 1 Penabur Jakarta sendiri memang dikenal sebagai salah satu sekolah di bilangan Jakarta yang sangat memperhatikan nilai akademis anak didiknya. Tak ayal, beberapa media kerap menyebut kalau SMA 1 Penabur Jakarta termasuk dalam salah satu sekolah unggulan di Jakarta. Itu diambil dari data nilai para pendaftarnya, pilihan studi lanjutan para lulusannya, hingga sistem dan kurikulum sekolahnya.

Lalu, bagaimana cara mereka menyeimbangkan pendidikan dengan olahraga?

Meskipun dikenal sebagai salah satu sekolah yang sangat memperhatikan nilai akademis, anak-anak Kriza juga sebenarnya sangat andal di lapangan. Contohnya ada dua alumnus mereka, yakni Joanne Herslin Lee dan Jennifer Colin. Dua anak ini berhasil membawa Kriza menjadi juara DBL Jakarta Barat dua musim beruntun (2022-2023).

Ditanya soal torehan anak asuhnya ini, Daniel Hutauruk, pelatih Kriza, mengaku, sebenarnya tidak mudah bagi pemain dan pelatih Kriza bisa mencapai titik ini. Daniel, sebagai pelatih, mewajibkan setiap anak didiknya harus punya nilai yang baik di dalam kelas jika ingin turun ke lapangan.

Selaras dengan pernyataan Livia sebelumnya, Daniel juga diberikan syarat dari sekolah sebelum ia memilih pemain dalam tim. “Sekolah menekankan, boleh menjadi pemain basket di DBL, asal nilai mereka nggak turun. Soalnya dari sekolah juga nggak ngebolehin pemain basketnya nggak pintar di kelas,” ujarnya.

Baca juga: Dari DBL, Jennifer Colin Bisa Wakili Jakarta di POPNAS XVI

“Di situ lah tantangan saya. Saya harus membuat program yang cocok untuk pemain-pemain ini. Supaya mereka tidak tertinggal di kelas, tetapi tetap bisa memenuhi jadwal dan porsi latihan yang telah ditentukan,” lanjutnya.

Untuk memenuhi syarat itu, Daniel pun membuat program latihan yang begitu rinci. Sebelum mulai pertandingan, ia mewajibkan anak didiknya datang latihan tanpa terkecuali, tanpa absen atau izin, juga memberikan tugas individu (latihan individu) di rumah masing-masing di luar dari jadwal latihan bersama di lapangan.

Perjuangan Daniel tidak hanya sampai di sana. Ia mengatakan dirinya juga pernah bernegosiasi dengan sekolah agar anak-anak SMA 1 Penabur Jakarta tidak hanya menjadi jagoan di dalam kelas. Melainkan juga di lapangan.

“Ya, itu tadi, ketika saya bernegosiasi dengan sekolah, pihak sekolah memberikan syarat kepada anak-anak supaya nilainya bagus dulu. Makanya, saya sering kali terlihat galak ketika di lapangan atau di luar lapangan. Saya pengin anak didik saya tetap disiplin. Karena itu lah prinsip student athlete,” tegas Daniel.

Baca juga: Menangi Partai Sengit, Buksi Akui Kriza Lawan yang Kuat

Kondisi anak-anak SMA 1 Penabur Jakarta boleh jadi tidak hanya terjadi di dalam lingkungan mereka saja. Melainkan juga terjadi di setiap sekolah yang mengikuti DBL di kota mereka masing-masing. Ya, karena sejatinya, status student athlete sendiri memang menjadi tanggung jawab yang cukup besar bagi para pemain DBL.

Semangat DBL mengusung konsep student athlete di kompetisinya juga selaras dengan program pemerintah yang ingin mewujudkan generasi emas Indonesia di 2045. Yakni generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi.

Bersamaan dengan cerita dari SMA 1 Penabur Jakarta ini, diperingati pula Hari Olahraga Nasional XLI tahun 2024 tepat pada 9 September 2024. Hari Olahraga Nasional tahun ini juga bersamaan dengan diselenggarakannya Opening Ceremony penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara Tahun 2024. 

Ada total 183 pemain DBL (baik yang sudah lulus maupun masih aktif) yang membela masing-masing provinsinya di PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024. (*)

Populer

Trilogi Final DBL Jakarta: Bulungan Makin Komplet dengan Kombinasi Pemain!
Drama Overtime Antarkan SMAN 1 Pacet Mojokerto ke Playoffs
Awaluddin Hatta Ingin Kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM Makassar
Pantang Menyerah, Zikra Ingin Tutup Masa SMA dengan Manis di DBL Camp
Akhirnya Smansa Denpasar Kawin Gelar Lagi!