Walau sudah 11 tahun berlalu, ingatan Kadek Rima Anggen Suari masih sangat tajam. Bergabung dalam skuad elite DBL Indonesia All-Star selama dua musim berturut-turut masih menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan. 

Perjalanan Rima dimulai saat menginjak bangku SMP. Waktu di mana ia mulai meraba dan berfokus pada dunia basket. Tak berselang lama, Rima langsung catatkan prestasi membanggakan.

Bersama SMAN 1 Denpasar, Rima sukses membawakan predikat juara DBL Bali 2012 dan 2013 untuk sekolah tercinta. Di waktu yang bersamaan, Rima juga mengisi bangku DBL Indonesia All-Star. 

Tak pernah terlintas di benaknya dapat lolos dari seleksi panjang DBL Camp. Bahkan Amerika Serikat merupakan hadiah luar negeri pertamanya. “DBL Camp adalah event nasional pertamaku,” singkatnya.

“Cukup membanggakan dan berkesan, karena sebenarnya aku dari daerah kan, yang akhirnya bisa bergabung dengan anak-anak basket terbaik dari seluruh Indonesia dan bisa diberangkatkan ke US,” lanjut Rima

Baca Juga: Rima Anggen Tegaskan Pentingnya Attitude dalam Dunia Kerja

Awalnya tak diperhitungkan. Rima membuktikan bahwa dirinya layak memakai jersey bertuliskan “Indonesia” bersama dengan barisan DBL Indonesia All-Star. Bahkan hal tersebut menjadi awal mula Rima terjun di dunia basket profesional.

“DBL All-Star tuh secara gak langsung jadi batu loncatan buat aku, karena setelahnya bisa sampai terpilih Timnas juga kan. Agak gak menyangka sih, jujur aja. Karena pas DBL Camp 2012 tuh seleksi bareng pemain-pemain senior, kayak Citta and the gang. Banyak overthinking-nya, tapi ternyata bisa lolos tuh bersyukur banget,” tegas Rima.

Sudah dua dekade DBL Indonesia berjalan. Ditambah ratusan student athlete berhasil diberangkatkan untuk menggapai mimpinya terbang ke Amerika Serikat. Rima pun tak henti-hentinya terkesima. Atas segala konsistensi yang telah terbangun selama ini.

“Yang bikin aku amaze dengan DBL adalah alumni yang akademis dan non-akademisnya selalu seimbang. Aku juga melihat langsung junior dan seniorku tuh pendidikannya masih terjaga banget, kayak benar-benar balance. Bukan yang dituntut buat basket terus.”

“Seingatku, DBL juga perlu melampirkan rapor. Dan itu menurutku sangat bagus. Karena kamu mau sampai kapan cuma main basket dan mengesampingkan pendidikan? Apalagi di Indonesia latar belakang pendidikan masih dilihat banget. Jadi jangan sampai penyesalan di akhir,” sambung Rima.

Baca Juga: Viknes Waren, dari Lapangan Basket Hingga Catwalk Milan Fashion Week

Bagi Rima, DBL bukan sekadar kompetisi basket kelas SMA. DBL adalah panggung bagi anak muda untuk menyalurkan hobi dan kreativitasnya. Juga tempat mencari teman dan menambah relasi.

“Sebelum pandemi tuh DBL bukan cuma lomba basket aja kan? Seingatku ada kompetisi mading juga, dan sampai sekarang juga ada kompetisi dance. Menurutku itu balance sih, memberikan ruang anak muda buat bebas berkreasi, aku pribadi senang melihatnya.”

“Boleh deh kata lain selain luar biasa, karena DBL lebih dari luar biasa. Dikemas dengan sangat profesional, tapi juga memperhatikan aspek-aspek kecil kayak attitude pun dinilai. Semoga bisa konsisten terus, biar makin banyak alumni DBL yang berkualitas,” tutupnya. (*)

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa