ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Foto: Akun Instagram Persona Management Indonesia (@persona_mgt)

Membiasakan generasi muda belajar profesional sejak dini adalah salah satu tujuan DBL. Tak sekadar dari sisi basket, segala aturan dan kebiasaan di DBL bisa membuka banyak pintu untuk generasi muda Indonesia menjadi profesional di berbagai bidang.

Apa yang terjadi pada Viknes Waren Mahaputra mungkin bisa jadi contohnya. Alumnus SMA Budi Mulia 2 Yogyakarta ini bersinar saat berlaga di DBL. Namun, ia kini memiliki jalur karier yang cukup berbeda dari dunia basket. 

Sekadar pengingat Viknes -sapaan karibnya- pernah berlaga di DBL Yogyakarta selama dua musim (2017 dan 2018). Perjalanannya di DBL Yogyakarta juga terbilang konsisten. Viknes sukses membawa sekolahnya berlaga di partai final selama dua musim beruntun.

Ia pernah sekali terpilih sebagai MVP Honda DBL DI Yogyakarta. Tepatnya pada tahun terakhirnya berseragam SMA Budi Mulia 2 di DBL Yogyakarta pada 2018 lalu. Gelar ini pula yang membawa Viknes datang ke Surabaya untuk DBL Camp 2018. 

Sejatinya catatan prestasinya di basket terbilang mentereng. Saat itu Viknes bahkan ada beberapa kampus yang menawarinya beasiswa lewat jalur basket.

“Sempat dapat beberapa tawaran beasiswa di beberapa kampus, salah satunya di Yogyakarta. Aku sempat dilema itu mau tetap lanjut ke basket atau gimana,” buka Viknes.

Dilema seperti ini biasanya wajar terjadi pada para pelajar SMA yang bakal melanjutkan studi lanjutan. Kebanyakan dari mereka pasti bimbang, pun demikian dengan Viknes kala itu.

“Banyak banget dilemanya itu. Sempat ragu juga kalau gak bisa lanjut basket. Waktu itu aku cuman pengen buat coba kuliah di luar negeri. Sambil tetap basket siapa tahu bisa main buat tim-tim di Eropa juga kan,” ujarnya.

Butuh waktu lama bagi Viknes untuk memantapkan hati. Ia lantas memilih melanjutkan studi ke luar negeri dengan segudang impian. Impian yang nanti membawanya membuka lebih besar pintu masa depannya.

“Akhirnya aku decided buat lanjut kuliah di Prancis. Aku mau di Prancis itu karena ada tiga opsi. Pilihan pertama aku mau ambil arsitektur. Lalu pilihan kedua dan ketiga itu aku milih seni murni sama seni rupa,” sambungnya.

Menariknya di sini. Setiap keputusan yang diambil Viknes kala itu tak ada paksaan atau tuntutan dari kedua orang tuanya untuk terus bermain basket atau berhenti dan fokus ke pendidikan.

“Aku sendiri yang mau pilih di Prancis. Orang tua gak pernah menuntut aku untuk harus ini harus itu. Mereka bebasin aku sejak kecil mau melangkah ke mana,” ungkapnya.

Sayang harapannya sempat tertunda karena pandemi melanda. Viknes pun mengubur mimpinya untuk bisa ke luar negeri lewat jalur kuliah.

“Aku sudah siap semua tinggal berangkat intinya, eh pandemi dateng dan gak kelar-kelar sampai dua tahun. Akhirnya aku coba cari jalan lain selain kuliah,” ujarnya.

Viknes Waren, alumnus SMA Budi Mulia 2 Yogyakarta di DBL Camp 2018Viknes Waren (depan paling kanan) ketika melahap salah satu drill di DBL Camp 2018

Ya, momen-momen seperti itu bukan kali pertama menimpa Viknes. Di DBL ia terbilang akrab dengan momen-momen menerima kenyataan seperti itu. Gagal menjadi juara DBL selama dua musim. Gagal menembus All-Star padahal langkahnya sudah begitu dekat (terhenti di Top 28 Campers).

Pada situasi tersebut Viknes selalu memegang pesan pengingat dari mamanya. Sebuah pesan yang kerap kali keluar ketika Viknes berada pada situasi-situasi yang tak ia inginkan.

“Mama selalu bilang kalau gak dapet bukan berarti aku berhenti di situ. Aku yakin banyak jalan lain buat menuju ke apa yang aku mau,” ungkapnya.

Benar saja. Ucapan sang mama bukan hanya menjadi pengingat melainkan juga pengisi bahan bakar untuk tak patah semangat. Karena banyak jalan yang bisa ia lewati untuk menuju hal yang disuka.

“Waktu itu aku coba cari jalan lain selain kuliah. Kakak aku sempat ingetin kalau dulu sempat ada tawaran dari Persona Management Jakarta semacam agensi gitu (sekarang menjadi agensi Viknes di Indonesia). Aku coba kontak mereka dan ketemu. Dari situ karier modeling berjalan,” terangnya.

Pada tulisan sebelumnya Viknes menganggap bahwa bisa berangkat ke Amerika Serikat lewat DBL Camp merupakan mimpinya. Mimpi sederhana sekadar bisa ke luar negeri lewat hal-hal yang ia suka.

Baca juga: Viknes Waren: Gagal Tembus All-Star, Sukses Jadi Model Internasional

Viknes Waren di Blue Marble Paris 2024

Perlahan namun pasti ia mewujudkan mimpi masa SMA-nya. Tidak lewat basket, melainkan lewat hal baru yang ia tekuni.

“Awalnya itu aku coba-coba aja karena gak ada kegiatan. Sampai akhirnya sekarang sudah jadi pekerjaan utama dan bisa ke Eropa,” imbuhnya.

Usut punya usut ternyata Viknes menekuni dunia mode secara otodidak. Tak ada rekam jejak dari keluarganya yang berkecimpung di sana.

“Keluarga gak ada yang into di dunia arts gitu. Cuman kakak aku dari kecil sering ngelukis. Jadinya secara gak langsung aku kena influenced dia,” cetusnya.

Kala awal-awal menekuni dunia mode, Viknes tak pernah terbayang bahwa ia bisa seperti sekarang ini. Saat itu tujuannya hanya ingin mencoba sesuatu yang baru, memanfaatkan kesempatan dengan semaksimal mungkin.

“Dulu itu aku jalaninnya gak pernah kebayang kalau bisa seperti ini. Cuman sekarang baru sadar everythings happened for a reason,” sambungnya.

Ya, kini Viknes bisa dibilang sebagai wajah baru mode Indonesia. Viknes merupakan salah satu model Indonesia yang tampil di Milan Fashion Week 2023 dan beberapa parade fashion ternama lainnya.

Viknes merupakan salah satu contoh alumni DBL yang profesional di bidangnya. Terus melaju, Kak Viknes!

Foto: Akun Instagram Viknes Waren (@viknes_waren) dan dokumentasi pribadi DBL Indonesia

 

Tonton wawancara Viknes Waren bersama Mainbasket di sini

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY