ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Konsisten. Kata yang paling sering terucap dari mulut Jackson Suwargo, kala membahas perkembangan 20 tahun DBL Indonesia.

Bertepatan pada 4 Juli 2024 lalu, DBL Indonesia telah resmi menginjak dua dekade. Artinya, liga basket pelajar SMA Indonesia satu ini telah menjembatani ribuan student athlete Tanah Air dalam meraih mimpinya.

Begitupun Jackson, alumnus SMA Gloria 1 Surabaya. Meski tak berakhir sebagai pemain profesional, kini dirinya justru terikat sebagai partner sponsor DBL Indonesia lewat brand sepatu miliknya bernama Jackson. 

Keduanya melebur menjadi AZA by Jackson dan menggapai tujuan yang sama, bersama mewujudkan pemenuhan kebutuhan sepatu basket Indonesia dengan harga terjangkau.

Baca Juga: Tumbuh Bersama DBL: Jackson Suwargo dari Peserta Sampai Partner Sponsor

Jauh sebelum bergabung sebagai partner sponsor, Jackson pernah menyandang status sebagai peserta DBL pada 2009 sampai 2013. Ia juga pernah berlabel kru DBL Indonesia All-Star pada 2017 sampai 2019, saat dirinya menempuh pendidikan di Amerika Serikat. 

Secara total, 15 tahun sudah Jackson terlibat bersama pasang surut DBL Indonesia. Hal itu membuatnya terkesima. Utamanya terhadap konsistensi yang dibangun perusahaan olahraga terbesar di Indonesia ini.

“DBL benar-benar konsisten sih. Gak cuma building hype, gak cuma building trend, tapi pure karena grassroot. DBL berkembang sampai ke akar-akarnya,” buka Jackson. “Poin itu yang akhirnya aku pelajari dan adaptasi ke brand-ku saat ini.” lanjutnya.

Sudah berjalan di 31 kota dan 23 provinsi, Jackson menganggap bahwa DBL masih jauh dari puncaknya. “Kalau kata orang-orang tuh, DBL kan sudah terkenal dan gede banget. Menurutku, DBL malah belum ada apa-apanya sekarang,” tegas Jackson.

“Karena aku melihat DBL itu baru aja kan gede di Jakarta, dan bisa tanding di Indonesia Arena, aku melihatnya perjalanan DBL baru aja dimulai. Ke depannya masih bisa lebih besar lagi.”

“Mungkin Indonesia Arena adalah lapangan basket di Indonesia yang paling besar saat ini. Kalau kita bicara penonton, percobaan pertama DBL di Indonesia Arena aja sudah sepenuh itu, padahal kompetisi kelas SMA. Jadi kalau bicara soal besarnya penonton, mau sampai berapa banyak lagi?” tanya Jackson.

“Jadi besar yang dimaksud bukan dari penontonnya, tapi dari orang-orang yang terlibat, terus stake holder-nya, attention orang-orang di sekitar seperti apa, hal-hal itulah yang membuat DBL bisa lebih besar ke depannya,” imbuhnya menggebu.

Baca Juga: Sepatu AZA by Jackson Resmi Rilis, Usung Semangat 'Semua Bisa'

Lebih dalam soal perkembangan DBL Indonesia dari kacamata Jackson Suwargo, dirinya juga terkesima dengan konsistensi DBL Indonesia All-Star. “Paling gampangnya, dulu tuh konsep All-Star cuma jalan-jalan, terus meningkat lagi jadi pelatihan dan mulai cari pelatih profesional kayak Jordan Lawley,” terangnya. 

“Nah, sekarang beda lagi. DBL All-Star kalau ke Amerika Serikat malah coba ikut ke kompetisi. Pemain-pemainnya juga bisa dapat tawaran beasiswa. Menurutku, kalau bisa ambil mah ambil aja, karena itu membuka peluang teman-teman yang lain.”

“Siapa tahu suatu saat ada pemain Indonesia juga yang bisa main di NBA? Menurutku, satu-satunya jalan yang bisa membawa anak Indonesia ke sana ya cuman DBL. Itulah alasanku bilang DBL belum apa-apa,” tutupnya. (*)

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY