Gemuruh suporter tiap tim yang bertanding di liga DBL menjadikan pertandingan tersebut lebih berwarna. Suntikan semangat mereka di atas tribune kerap kali membuat pertandingan semakin panas. Belum lagi aksi-aksi mereka di tribune yang mencuri perhatian lewat koreografi yang dibawakan.
Kehadiran para suporter di tribune tidak boleh dianggap sebelah mata. Mereka sama berjuangnya dengan teman-teman yang berlaga. Rela meluangkan waktu demi menjaga kekompakan barisan di atas tribune. Demi selarasnya irama bunyi perkusi yang nantinya menyalurkan semangat untuk para penggawa di lapangan.
Tak sedikit para pemain di lapangan takjub dengan apa yang dilakukan suporter di tribune. Barangkali begini kalimat yang kerap dilontarkan oleh para pemain selepas laga. “Deg-degan lihat suporternya yang banyak, ngefek banget dukungan dari mereka (kelompok suporter)".
Baca juga: 20 Tahun DBL Indonesia: Dahan Itu Terus Tumbuh dan Tak Tertebak ke Mana Arahnya
Biasanya rasa deg-degan tersebut dialami juga oleh lawan tanding tim yang didukung oleh suporter sekolah yang militan. Bahkan, tak jarang kehadiran suporter lawan sungguh mengintimidasi kubu sebelahnya.
Intimidasi lewat nyanyian dan koreografi yang seringnya tak berhenti selam 40 menit pertandingan tak jarang menentukan hasil akhir pertandingan. Utamanya di saat genting, suporter bisa menjadi pemain keenam di lapangan lewat keberadaan mereka.
Uniknya, tak sedikit barisan suporter ini yang bisa menjelaskan alasan mereka ikut nribun dengan segala perjuangannya. Bagi mereka, ini tak ubahnya panggilan hati untuk mendukung sekolah mereka. Untuk mendukung rekan-rekan mereka yang berjuang di lapangan.
Setiap sudut tribune menjadi wadah bagi para suporter untuk berkreasi dan berinovasi tiada henti. Jika pada awal tahun 2010-an, tribune DBL Arena akrab dengan koreo kertas bertuliskan pesan moril dan semangat. Berbeda lagi satu atau tiga tahun kemudian.
Tribune diisi dengan jalan cerita para suporter. Koreo kertas masih menjadi salah satu yang utama. Namun mereka juga mulai menghadirkan sosok-sosok dalam bentuk koreo tiga dimensi. Terobosan demi terobosan terus dikeluarkan. Inovasi demi inovasi disuguhkan oleh teman-teman suporter. Mulai dari bercerita mengenai satu tema pada setiap perjalanan tim basket mereka hingga mengingat hari-hari penting di momen pertandingan.
Salah satu contoh inovasi dibawakan oleh kelompok suporter SMAN 16 Surabaya. Nama mereka, Sixteenagers yang musim lalu sempat menutupi satu tribune di belakang ring dengan koran-koran yang telah mereka siapkan sejak lama. Belum lagi koreo-koreo empat dimensi yang dibawakan oleh beberapa sekolah! Banyak.
Musim lalu teman-teman suporter menyulap tribune DBL Arena bak seperti lautan. Inovasi ini dibawa oleh teman-teman Nineteen Mania yang terpilih sebagai Supporter of The Year 2023!.
"Nribun itu sudah menjadi panggilan hati bagi anak-anak Nineteen. Kami menganggap nribun itu sebuah refreshing di saat suntuk banyak tugas. Nineteen Mania selalu solid untuk mendukung basket kebanggaan," ujar Bapak Drs. Moh. Zainuri, M.Si, Kepala Sekolah SMAN 19 Surabaya.
Contoh lainnya datang dari kelompok suporter SMAN 2 Surabaya, Arek Smada. Musim lalu salah satu koreonya mereka menembus batasan. Jika dilihat dengan kasat mata koreo tersebut tampak biasa saja. Tapi, jika para penonton yang hadir melihatnya dengan efek negatif di kamera ponsel, maka koreo tersebut terlihat berbeda. Dan jauh lebih berwarna!
“Arek Smada harus berani berinovasi sih. Kita itu gak boleh cuman suporter saja. Harus ada seninya. Koreo itu temanya negatif foto gitu,” ungkap Rafi Sakti capo dari Arek Smada. Fenomena-fenomena seperti ini merupakan bentuk nyata bahwa siapa saja bisa menikmati sebuah pertandingan DBL.
Bukan hanya menikmati pertarungan di lapangan, aksi menawan tim dance saja. Tapi, juga pertunjukan teatrikal yang dibawakan suporter di tribune arena. Menarik untuk ditunggu terobosan apalagi yang dibawakan teman-teman suporter di atas tribune untuk musim depan. Satu yang bisa menjadi jaminan adalah siapkan smart phone untuk mengabadikan setiap momennya.