4 Juli 2024. DBL Indonesia akhirnya resmi berusia dua dekade. Perjalanan panjang, juga penuh tantangan. Dari yang bukan apa-apa, kini menjadi kiblat perbasketan Indonesia.

Perjalanan 20 tahun yang tak mudah. Bahkan jauh dari angan-angan. Bukan, bukan tak sesuai rencana. Justru melebihi ekspektasi semula.

Pertumbuhan yang luar biasa. Berpartisipasi di kompetisi DBL adalah mimpi sebagian besar anak muda. Seolah-olah menjadi suatu hal yang membanggakan.

Jika ditarik ke belakang, Azrul Ananda,CEO sekaligus founder DBL Indonesia, tujuan dari digelarnya kompetisi basket kelas SMA ini tidak setinggi langit. 

"Saya selalu ingatkan bahwa DBL ini bukan hanya untuk menang-menangan, bukan hanya untuk jaga gengsi antarsekolah. Hebatnya, pertandingan bukanlah selling point. Pemain bintang bukanlah tontonan utama. Yang utama dan penting itu fun dan experience," tulis Azrul Ananda.

Baca Juga: 20 Tahun Perjalanan DBL Indonesia, Move Up!

Namun, tepat pada 20 tahun setelahnya, siapa sangka kompetisi DBL justru begitu kompetitif. Justru menjadi jembatan bagi banyak orang untuk meraih mimpinya.

Contoh yang terdekat saja. Bagaimana DBL Indonesia menggelar pertandingan final DBL Jakarta di Indonesia Arena. Di sana anak-anak SMA bertanding dengan disaksikan puluhan ribu mata.

Benar-benar sebuah mimpi bagi anak-anak muda karena mereka bisa bermain di venue kelas Piala Dunia FIBA. Disaksikan penonton yang jumlahnya sama seperti pertandingan Piala Dunia FIBA.

Mimpi itu diwujudkan ketika banyak cabang olahraga lain, termasuk liga basket profesional, belum pernah merasakan bermain di Indonesia Arena.

“15 tahun lalu saya ngomong ke teman-teman kalau ini belum apa-apa. Sekarang tahun ke-20 DBL, saya masih bilang kalau ini belum apa-apa. Ujungnya masih belum kelihatan,” ucap Azrul, menggebu.

Azrul menyebut itu karena ada banyak yang belum diraih DBL. Mulai dari penyelenggaraan kompetisi yang belum berjalan di semua kota. Juga masih banyak hal-hal yang bisa dieksplorasi lagi dari DBL.

"Saat ini DBL juga punya cabang ke SAC (atletik). Jadi ibarat pohon yang tumbuh, kita belum bisa menebak dahan berikutnya ke mana,” lanjut Azrul.

Baca Juga: Kontribusi Besar Alumni DBL, Jaminan Masa Depan Basket Indonesia

Dapat bergulir di 31 kota dan 23 provinsi adalah buah dari konsistensi. Semuanya tak instan. Perjalanan 20 tahun, bukanlah waktu yang singkat.

Puas atas pencapaian ini? Tentu belum. Seperti kata Azrul, “Semua ini belum apa-apa!” Masih banyak gebrakan yang harus diciptakan. Masih banyak mimpi anak muda yang harus dijaga.

Gaung DBL Indonesia pada dekade berikutnya harus lebih besar. Tunggu saja. “20 tahun lalu saya gak terpikirkan kalau bakal seperti ini. Pokoknya jalan saja,” singkat Azrul.

“Dulu kita gak akan pernah tahu kalau bakal ada Indonesia Arena, gak akan tahu bakal pegang NBL, gak akan tahu bakal pegang timnas junior. Dari situ terlihat, kalau banyak pintu yang terbuka untuk kita. Selagi kita jalan terus, konsisten, dan komitmen.”

“Sebagai CEO, saya cuma bisa memastikan supaya DBL ini tumbuh. Jadi kalau ditanya ke depannya mau seperti apa, ya tergantung ide-ide dari kalian. Tergantung manusia-manusia di dalamnya ini mau tumbuh seperti apa,” tutup Azrul Ananda.(*)

Populer

Bener Nggak Sih Olahraga Malam Nggak Bagus Buat Kesehatan?
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game
Mulus ke Big Eight, Coach Bayu Beri Catatan untuk Tiga Empat
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Menuju Championship Series: Dian Harapan Andalkan Dua Pemain Kunci