ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Henry Lakay sewaktu DBL Camp 2015

Sudah begitu banyak kisah menginspirasi dan heroik membersamai perjalanan 20 tahun DBL Indonesia mengudara. Mulai dari kisah perjalanan suatu tim yang harus rela menempuh jarak waktu lebih dari 12 jam untuk bisa bermain di liga DBL.

Perjalanan sang pemain yang harus rela jauh dari keluarga demi bisa mewujudkan mimpi di DBL. Hingga perjalanan satu rombongan yang harus menempuh waktu dua hari demi bisa berangkat ke DBL Camp.

Sadar atau tidak kisah-kisah tersebut selalu muncul dan tumbuh bersama seiring perjalanan DBL setiap musimnya. Selalu ada cerita baru yang disuguhkan pada setiap kota penyelenggaraan. Cerita-cerita tersebut abadi dan akan selalu dikenang dan diingat dengan baik. Baik bagi mereka maupun DBL Indonesia.

Salah satu cerita yang kembali ingin diwartakan datang dari salah satu alumnus SMA 23 John Merauke, Henry Lakay.

Baca juga: Jalan Hidup Jerhemy Owen, dari Basket Bersinar sebagai Konten Kreator Lingkungan

Sekadar pengingat, SMA John 23 Merauke merupakan penghasil pemain-pemain besar dari ujung timur Indonesia. Prestasi luar biasa dicatatkan SMA John 23 Merauka pada tahun 2013 sampai 2016. Kala itu mereka sukses mengukir catatan manis dengan meraih empat kali gelar juara beruntun.

Rekor ini belum bisa ditandingi oleh sekolah manapun di panggung DBL Papua hingga saat ini.

Lakay -sapaan karibnya- masuk dalam skuad bersejarah SMA John 23 Merauke pada tahun 2015. Yup, ia turut andil membawa sekolahnya meraih gelar juara DBL Papua.

Namanya jadi salah satu dari beberapa pemain asal Papua yang bisa tembus menjadi seorang DBL All-Star. Kala itu Lakay terpilih sebagai penggawa DBL All-Star tahun 2015.

Berbeda dengan beberapa pemain-pemain DBL All-Star yang memilih jalan lain (tidak di basket) selepas tamat SMA, Lakay tetap melantun bola. Prestasinya justru semakin meningkat selepas ia tak lagi berstatus sebagai anak SMA.

Baca juga: Abraham Yoel, DBL All-Star Pertama yang Bermain di Liga Profesional!

"Momen berkesan saya waktu di DBL itu ya tahun 2015. Pertama kali saya menjadi juara DBL Papua lalu terpilih first team dan Puji Tuhan pertama kali ikut (first team) bisa langsung lolos All-Star," buka Henry Lakay.

Lakay lolos seleksi memperkuat timnas basket Indonesia di berbagai ajang turnamen internasional baik di level kelompok umur maupun senior kala itu.

Ia juga sempat membela Timnas 3X3 Indonesia di FIBA 3X3 Asia Cup 2018 bersama M. Reza Guntara, Nuke Tri Saputra, dan Rivaldo Pangesthio.

Menariknya di sini. Kisah perjalanan Lakay menjadi bukti bahwa semua bisa dilakukan asal memiliki tekad yang bulat dan semangat pantang menyerah. Bagi sebagian orang mungkin tak tahu jika Lakay bermain dengan satu mata. Definisi sesungguhnya kalau keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk mengejar mimpi.

Kisah perjalanannya barangkali menjadi rujukan yang pas perihal keteguhan dan ketabahan untuk terus melaju. Pada tahun 2018 ia harus menepi selama satu musim di liga profesional. Ia harus naik meja operasi karena cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament).

"Sebenarnya tantangan terberatnya itu bagaimana saya harus bisa membuat orang tua percaya kalau saya bisa bikin mereka bangga lewat basket," ungkapnya.

Sudah tiga kali ia menderita cedera lutut jelang musim reguler 2018-2019 dimulai. Padahal, pada musim 2017-2018 ia menjadi salah satu nominasi Rookie of The Year.

Baca juga: Cerita Nahal Rizaq: Di DBL Jadi MVP, di Akpol Raih Adhi Makayasa

Tak mudah menyikapi batu sandungan dan cobaan-cobaan yang datang. Mungkin saja Lakay bisa berhenti setelah terus bertubi-tubi dihadapkan dengan permasalahan berat. Ia justru memilih untuk melanjutkan jalan terjal tersebut.

Kesabaran dan keteguhan bukti bahwa api dalam dirinya masih dan akan terus menyala. Hengky ingin menorehkan prestasi. Ia ingin menjadi bukti bahwa orang daerah juga bisa berkarya di kota besar. Berprestasi dan menjadi berkat untuk orang sekitar.

"Dulu (sekitar tahun 2014-an) orang tua masih kurang yakin sama olahraga basket. Saya cuma mau menunjukkan kalau dengan basket saya bisa membanggakan mereka. Susah, terkadang gak dapat izin untuk latihan atau tanding juga," terangnya.

Saat ini Lakay masih bermain untuk Satya Wacana Salatiga. Di sana senter dengan tinggi 196 sentimeter tersebut menjadi salah satu pemain andalan Satya Wacana untuk membongkar pertahanan lawan di bawah ring. Terus melaju, Kaks Torang bangga!

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY