Pertama kali DBL melakukan ekspansi adalah di tahun 2008. Saat itu, DBL menyasar ke 10 kota di Indonesia. Yaitu kota Semarang, Pontianak, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Jogjakarta, Mataram, Manado, Pekanbaru, dan Malang. 

Di tahun 2009, menambah 5 kota lagi di antaranya Jayapura, Denpasar, Bandung, Bandar Lampung, dan Samarinda. Total ada 16 kota (ditambah Surabaya) di Indonesia yang sudah dikunjungi DBL.

Soal ekspansi ini, kru DBL saat itu menyimpan banyak cerita. Ya, bagaimana tidak, setiap kota pasti punya tantangannya. Tantangan ini lah yang bisa menjadi cerita di kemudian hari.

Baca juga: Menjawab Tantangan dan Ekspektasi Publik Lewat NBL Indonesia

Yondang Tubangkit, General Manajer DBL Indonesia, punya cerita menarik soal ekspansi awal DBL ke kota-kota di Indonesia. Salah satunya adalah saat DBL ekspansi ke Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kota Kupang pada 2013 lalu.

Saat itu, Kupang menjadi salah satu kota terakhir yang menjadi tujuan ekspansi DBL. Karena menjadi kota terakhir, tim DBL Indonesia sebenarnya punya banyak ‘modal’ buat ekspansi di sana.

Tetapi, untuk masalah Kupang ini berbeda. Di sana, Perbasi Kupang sudah tidak aktif sekitar 30 tahun lebih. “Setelah kita diskusi, kita akan ke Kupang dan cek kondisinya. Ternyata selama itu Perbasinya gak aktif. Tapi ada kok,” ujar Yondang.

GOR Flobamora, Kupang, full house saat pertandingan babak 8 besar Honda DBL 2019 East Nusa Tenggara Series antara tim putra SMAN 1 Kupang melawan SMA Giovani Kupang

Untuk melaksanakan kompetisi di kota-kota Indonesia, DBL memang butuh dukungan dari Perbasi. Terutama dalam hal penugasan wasit. Perbasi berperan memberikan rekomendasi pelaksanaan dan penugasan untuk petugas pertandingan.

Sedangkan Perbasi di Kupang tidak aktif saat itu.

“Akhirnya kita ke Perbasi sana. Kita menghidupkan dulu Perbasinya. Barulah sambil berjalan, sambil dilakukan penyegaran. Yang belum punya lisensi wasit bisa ikut penataran, kalo sudah punya lisensi bisa ikut penyegaran,” jelas Yondang.

Dari sana lah, DBL Indonesia turut membantu ‘menghidupkan kembali’ Perbasi di Kupang dari akarnya. Membantu melakukan penyegaran untuk wasit-wasit di sana. Lewat penataran dan program-program lainnya bersama Perbasi.

Baca juga: Perjalanan Spiritual Misionaris DBL ke Sepuluh Kota Awal

Marthen Bana, Sekretaris Perbasi NTT, mengatakan kehadiran DBL di Kupang tahun 2013 lalu tidak hanya bermanfaat untuk memberikan gejolak pada event anak muda. Tetapi juga menguatkan kembali Perbasi kabupaten, kota, hingga provinsi sampai ke akarnya.

"Perbasi itu tidak aktif lama, lebih dari 30 tahun. Semuanya, Perbasi kabupaten, kota, sampai provinsi tidak aktif. Karena tidak aktif malah sampai dibekukan dua tahun," jelas Marthen.

Dampak dari datangnya DBL ke Kupang justru meluas hingga ke seluruh penjuru kota. Kata sekretaris Perbasi NTT yang sudah menjabat sejak 2013 itu, kedatangan DBL berhasil membuat Perbasi membuka pelatihan untuk wasit dan pelatih. Sehingga, wasit dan pelatih di NTT saat ini punya lisensi yang sah untuk bertugas.

“Kita sangat paham bahwa kota-kota butuh suatu kegiatan. Kita juga melihat kota ini butuh kehebohannya. Butuh dihidupkan dengan kegiatan yang punya standar bagus, benar, dan bisa dinikmati oleh anak muda,” jelas Yondang ketika ditanya mengenai alasan ekspansi DBL di Kupang.

Meskipun pada saat itu tidak langsung terlihat dampaknya, tetapi Kupang menjadi salah satu kota penyelenggaraan DBL dengan gejolak yang menggairahkan. Perbasinya aktif kembali, antusiasme anak mudanya meningkat, kultur basketnya pun positif.

Baca juga: Soal Reputasi dan Awal Timnas Basket Indonesia Kembali Bersuara

Kehadiran DBL tahun 2013 baru terasa dampaknya di tahun 2019. Basket NTT mulai menggeliat, mereka mengirim 12 pemain untuk mengikuti Pra-PON 2019. 

Ada nama Faldo Payon di dalam roster tim basket putra NTT. Pemain lulusan SMAN 1 Kupang itu sempat mengikuti Honda DBL Camp 2018. 

Ia pernah memegang rekor beep test saat mengikuti DBL Camp di DBL Academy, Pakuwon Mall, Surabaya. Faldo memegang rekor beep test dengan total 139 lap.

“Besar antusias orang-orang di daerah sama seperti di Surabaya. Mungkin lebih besar di beberapa daerah. Mungkin hal itu terjadi karena DBL jadi aktivitas paling heboh buat anak mudanya saat itu di masing-masing daerah,” ucap Yondang soal antusiasme partisipan DBL Kupang.

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

Populer

Ukir Sejarah! Putri Olifant Tiga Kali Jadi Ratu DBL Yogyakarta
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Lagu dengan Tipe ini Bisa Memompa Adrenalinmu Sebelum Tanding Basket
Daftar Kota Penyelenggaraan DBL 2024-2025 di Indonesia
Tio Kristian, Cerita Awal Terjun Melatih Hingga Rencana Pensiun...