ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Opening Ceremony Honda DBL East Nusa Tenggara Series 2019

Pertama kali DBL melakukan ekspansi adalah di tahun 2008. Saat itu, DBL menyasar ke 10 kota di Indonesia. Yaitu kota Semarang, Pontianak, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Jogjakarta, Mataram, Manado, Pekanbaru, dan Malang. 

Di tahun 2009, menambah 5 kota lagi, di antaranya Jayapura, Denpasar, Bandung, Bandar Lampung, dan Samarinda. Total ada 16 kota (ditambah Surabaya) di Indonesia yang sudah dikunjungi DBL.

Soal ekspansi ini, kru DBL saat itu menyimpan banyak cerita. Ya, bagaimana tidak, setiap kota pasti punya tantangannya. Dan tantangan ini lah yang bisa menjadi cerita di kemudian hari.

Yondang Tubangkit, General Manajer DBL Indonesia, punya cerita menarik soal ekspansi awal DBL ke kota-kota di Indonesia. Salah satunya adalah saat DBL ekspansi ke Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kota Kupang, pada 2013 lalu.

Saat itu, Kupang menjadi salah satu kota terakhir yang menjadi tujuan ekspansi DBL. Karena menjadi kota terakhir, tim DBL Indonesia sebenarnya punya banyak ‘modal’ buat ekspansi di sana.

Tetapi, untuk masalah Kupang ini berbeda. Di sana, Perbasinya tidak aktif selama kurang lebih 44 tahun. “Setelah kita diskusi, kita akan ke Kupang dan cek kondisinya. Ternyata selama itu Perbasinya gak aktif. Tapi ada, kok,” ujar Yondang.

GOR Flobamora, Kupang, full house saat pertandingan babak 8 besar Honda DBL 2019 East Nusa Tenggara Series antara tim putra SMAN 1 Kupang melawan SMA Giovani Kupang

Untuk melaksanakan kompetisi di kota-kota Indonesia, DBL memang butuh dukungan dari Perbasi. Terutama dalam hal penugasan wasit. Perbasi harus memberikan izin dan surat penugasan untuk wasit. Sedangkan Perbasi di Kupang tidak aktif saat itu.

“Akhirnya kita ke Perbasinya. Kita menghidupkan dulu Perbasinya. Barulah sambil berjalan, sambil dilakukan penyegaran. Yang belum punya lisensi wasit bisa ikut penataran, kalo sudah punya lisensi bisa ikut pendaftaran,” jelas Yondang.

Dari sana lah, DBL Indonesia turut membantu ‘menghidupkan kembali’ Perbasi di Kupang dari akarnya. Membantu melakukan penyegaran untuk wasit-wasit di sana. Lewat penataran dan program-program lainnya bersama Perbasi.

“Kita sangat paham bahwa kota-kota butuh suatu kegiatan. Kita juga melihat kota ini butuh kehebohannya. Butuh dihidupkan dengan kegiatan yang punya standar bagus, benar, dan bisa dinikmati oleh anak muda,” jelas Yondang ketika ditanya mengenai alasan ekspansi DBL di Kupang.

Meskipun pada saat itu tidak langsung terlihat dampaknya, tetapi Kupang menjadi salah satu kota penyelenggaraan DBL dengan gejolak yang menggairahkan. Perbasinya aktif kembali, antusiasme anak mudanya meningkat, kultur basketnya pun positif.

Terbukti, sejak digelar tahun 2013 lalu, DBL Kupang kini telah diikuti lebih dari 3000 peserta, 211 tim basket, dan 133 sekolah. Total ini belum ditambah dengan jumlah tim dance serta ribuan penonton yang selalu hadir di setiap pertandingan.

“Besar antusias orang-orang di daerah sama seperti di Surabaya. Mungkin lebih besar di beberapa daerah. Mungkin hal itu terjadi karena DBL jadi aktivitas paling heboh buat anak mudanya saat itu di masing-masing daerah,” ucap Yondang soal antusiasme partisipan DBL Kupang.

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY