Gambaran yang tepat untuk cerita ekspansi DBL ke luar Surabaya adalah perjalanan para misionaris ke tempat baru. Bagaimana Tuhan memanggil para misionaris untuk melakukan kegiatan misi. Perjalanan tersebut juga menjadi perjalanan spiritual para misionaris.
Pun demikian dengan beberapa kru awal ketika DBL melebarkan sayapnya di tahun 2008. Salah satunya adalah Yondang Tubangkit yang kini menjabat sebagai General Manager DBL Indonesia. Yondang Tubangkit adalah salah satu dari lima kru awal yang menyebarkan filosofi DBL ke sepuluh kota baru setelah Surabaya.
Perjalanannya sama seperti misionaris. Menuju ke suatu kota dengan membawa pemahaman filosofi baru perihal menggelar liga basket antarpelajar. Masuk ke kota tersebut dan menyebarkan pemahaman yang ia bawa.
Misi tersebut berasal dari langkah sederhana. Perlunya kegiatan positif bagi anak-anak muda penerus bangsa. “Kita sangat paham bahwa kota-kota itu butuh suatu kegiatan (kompetisi basket). Kegiatan yang punya standar bagus dan bisa dinikmati sama banyak anak muda. Bisa seru-seruan bareng,” buka Yondang Tubangkit.
Siapa yang menyangka paham yang awalnya sempat membuat banyak orang kaget justru menjadi pedoman paling dasar untuk menggelar kompetisi basket yang tepat dan benar.
Baca juga: Respect The Game, Aturan Khusus DBL yang Penuh Makna untuk Pengembangan Basket
Hal ini terbukti dari antusiasme partisipan di delapan kota awal. Membludak dan melebihi dari kuota yang telah ditetapkan sebelum para misionaris berkelana.
“Tim basket yang daftar hampir selalu melebihi kuota yang telah ditentukan. Sebetulnya kita gak cuman buka pendaftaran. Kita keliling sekolah juga. Ketemu kepala sekolah lalu kita jelasin filosofi DBL itu seperti apa,” ungkapnya.
Di sini tantangannya. Meyakinkan para peserta bahwa DBL merupakan sesuatu yang berbeda. Entitas yang unik dan dikemas dengan begitu megah. “Tantangan terbesar ya menjelaskan ke sekolah-sekolah. Makanya kita bikin standar yang tinggi. Sederhananya mungkin itu menjadi refleksi diri bahwa langkah awal menyebarkan ideologi DBL ya lewat momen-momen itu,” sambungnya.
Mataram sempat menjadi kota pembuka rangkaian satu musim DBL pada tahun 2008. Pemilihan Mataram kala itu juga bukan tanpa sebab. “Antusiasnya sama kayak Surabaya ketika itu. Bisa jadi lebih besar ketimbang beberapa daerah,” kenangnya.
Baca juga: Kata Mereka, Respect The Game di Kompetisi DBL Menguntungkan, Kok Bisa?
Kisah persebaran paham DBL ini juga menyebar ke Pulau Kalimantan utamanya di Pontianak dan Banjarmasin.
Khusus di Pontianak gambaran mengenai kisah perjalanan Mas Yondang dan teman-teman sebagai misionaris awal sama dengan kisah Santu Petrus yang menjadi nama salah satu sekolah di Pontianak, SMA Santu Petrus Pontianak. Kisahnya barangkali mirip dengan perjalanan DBL ketika mengudara untuk pertama kali.
Pencapaiannya tidak bisa dibangun dalam satu malam. Lebih dari satu dekade SMA Santu Petrus menjadi penguasa DBL Pontianak. Meski kini SMA Santu Petrus menuai apa yang mereka tanam, ternyata banyak batu sandungan pada setiap prosesnya.
Potret SMA Santu Petrus Pontianak di DBL Pontianak 2023
Banyak lika-liku tentunya untuk menyamakan visi antara tim basket mereka dan sekolah. Toh, mereka juga sempat gagal kawin gelar di tahun 2016, 2014, 2010, dan 2008.
Kesabaran dan keteguhan hati untuk percaya akan proses adalah menjadi bukti bahwa warga Santu Petrus juga memiliki teladan yang sama dengan Santo Petrus.
Baca juga: Skill Utama, Namun Attitude Jadi yang Pertama Dalam Kompetisi DBL, Mengapa?
Belajar dari teladan hidup Santo Petrus, bahwa Allah dapat bekerja dalam diri seseorang terlepas dari segala kelemahan yang terdapat di dalam dirinya. Petrus sebagai pribadi adalah seorang pekerja keras.
Kembali pada konsep misionaris tadi. DBL mengudara karena ada panggilan dari alam semesta untuk menjawab tantangan. Untuk menyebarkan hal-hal baik yang dibawa para kru ke kota baru yang dituju. Membuat daerah tersebut punya kegiatan positif untuk anak mudanya. Punya wadah untuk putra daerah berani bermimpi lewat olahraga bola basket.
"Buat saya melihat mereka senang mencapai sesuatu (bermain dan sampai juara di DBL) itu menyalakan api dalam diri saya. Karena saya pemain basket dulu. Kemudian menjadi bagian yang berkontribusi besar untuk basket Indonesia rasanya memang berbeda. Melebihi apa yang saya bayangkan," tandasnya.
Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini