Kenapa Murid Pindahan Gak Boleh Bermain di DBL?

| Penulis : 

Salah satu regulasi kompetisi DBL turut mengatur soal persyaratan pemain basket dan dance. Selain mengatur nilai minimal rapor dan jumlah minimal anggota tim, DBL Indonesia juga mengatur soal status siswa yang menjadi anggota tim.

Bagi sebagian orang, mungkin sudah familiar dengan regulasi mengenai murid pindahan yang tidak diperbolehkan mendaftar di kompetisi DBL. Namun, sebagian lainnya sering kali bertanya, kenapa harus ada aturan tersebut?

Baca juga: Skill Utama, Namun Attitude Jadi yang Pertama Dalam Kompetisi DBL, Mengapa?

Azrul Ananda, CEO dan Founder DBL Indonesia, bercerita, sebenarnya aturan ini dibuat dan disepakati oleh tim yang mengikuti kompetisi DBL pertama di 2004 lalu.

Saat itu, DBL Indonesia menyampaikan kalau peraturan pemain di DBL adalah tidak boleh ada pemain yang tidak naik kelas. Semuanya juga harus merupakan pemain yang masih aktif (bukan alumni).

“Supaya gak ada pemaksaan, akhirnya kita diskusikan dari awal siapa saja yang nggak boleh main di DBL. Waktu technical meeting, ada satu sekolah yang langganan juara kompetisi basket kala itu marah karena mereka punya pemain umur 19 tahun dan sudah menjadi pemain klub profesional,” papar Azrul.

Untuk memagari "kecolongan-kecolongan" tersebut, akhirnya disepakai aturan tentang pemain. Termasuk pemain pindahan tidak boleh mengikuti DBL.

Baca juga: Respect The Game, Aturan Khusus DBL yang Penuh Makna untuk Pengembangan Basket

“Kita bikin regulasi, kalau kamu mau main maka pemainnya harus anak sekolah beneran. Jangan ngejar juara doang,” tuturnya.

Berangkat dari sana, sebenarnya DBL Indonesia juga menjaga agar liga berjalan dengan sehat. Artinya, tidak ada praktik kecurangan dengan memindah-mindahkan pemain.

DBL juga ingin mengajarkan sekolah dan siswanya lebih berintegritas. Selain itu, ada tujuan lain, yakni mendorong pebasket muda di sekolah bisa mengembangkan kemampuannya agar lebih merata.

Pertandingan tim putra SMA Terpadu Pahoa melawan SMAN 1 Tangerang di Honda DBL with Kopi Good Day 2023 Banten

Benar saja. Dampak dari regulasi ini langsung dirasakan di final tahun pertama DBL. Kemampuan tim finalis berhasil membuat laga berjalan hingga babak overtime.

“Kalau dihubungkan dengan fenomena sekarang seperti kejuaraan antarklub, pemain bisa pindah-pindah sekolah buat bisa ikut DBL aja. Tapi, kenapa sih harus dengan cara seperti itu? Berproses aja dengan cara yang benar,” ujar Donny Rahardian, Wakil Direktur DBL Indonesia.

Ia melanjutkan, DBL Indonesia sejak awal mengedepankan soal partisipasi dan prinsip student athlete. Di mana pemain harus mewakili sekolahnya dan mereka bangga dengan hal itu. 

Baca juga: 20 Tahun DBL Dance Jadi Wadah Berkreasi Anak Muda

“Kamu bersekolah di situ, bertanding dengan bawa nama sekolah, you have to be proud with that,” lanjutnya.

Prinsip partisipasi yang ditekankan oleh DBL Indonesia yang membuat aturan murid pindahan atau alumni sekolah tidah diperbolehkan bermain di DBL. Supaya sekolah tetap bisa mengembangkan kemampuan mereka. 

Pemain yang andal dalam tim bisa membantu rekannya dalam meningkatkan talenta mereka. Sementara pemain yang butuh pengembangan punya kesempatan dan ruang lebih besar dalam kemampuan bermain basket. 

Berbicara soal regulasi-regulasi di DBL Indonesia, DBL Play akan membahasnya lebih lengkap di artikel selanjutnya. 

Nantikan konten dan artikel DBL Play berikutnya, spesial dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia! (*)

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

Populer

UBS Gold Dance Competition 2019 Usung Tema Disney Princess
Unggul Setengah Bola, SMAN 1 Tuban Amankan Kemenangan Kedua
BeAT The Record: Nathanael Alexander, Irit Bicara Tapi Banyak Poin!
Mimpi Turun-temurun, Sachi dan Sang Ayah Solid Ingin Rasakan Indonesia Arena
Nicko Andrean, Pelatih yang Pentingkan Edukasi Bagi Anak Asuhnya