"Saya ingin melihat dia main di DBL." Itulah kalimat yang diucapkan berulang-ulang. Kalimat itu pula yang ditulisnya di kolom komentar unggahan akun DBL Indonesia Official yang membahas "Emang DBL Seistimewa Itu?"

Dia adalah Nyimas Dewi Arimbi. Seorang ibu luar biasa asal Palembang, Sumatera Selatan.

Rupanya, Nyimas selama ini memendam hasrat luar biasa agar anak lelakinya, Zaki Novan Saputra bisa main di kompetisi DBL.

Harapan itu diapungkan Nyiman di tengah doa-doa yang dipanjatkannya dari atas tempat tidur. Doa agar Tuhan masih memberikannya kekuatan.

Ya, perempuan 44 tahun asal Palembang itu sedang terbaring sakit. Nyimas mengalami komplikasi. Banyak organ tubuhnya bermasalah.

Katup jantungnya bocor. Saat ini sudah didiagnosa selebar 4,5 cm. Ginjalnya tidak berfungsi. "Sama sekali. Sudah mati total," ujarnya. Kondisi itu membuatnya kini harus cuci darah tiga kali dalam seminggu.

Di tengah kondisi kesehatannya yang seperti itu, Nyimas masih terus memantau anaknya. Agar cita-cita sang anak bisa main di DBL bisa terwujud tahun ini.

Tahun ini, Zaki memang resmi menjadi siswa SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI), Palembang.

Sejak kecil, Zaki memang sudah akrab dengan basket. Sejak kira-kira kelas 4 SD, Zaki sudah bermain basket.

DNA main basket itu memang mengalir di keluarga besar Nyimas. Tedy Marta Reza, pemain basket yang kini menjadi Ketua Perbasi Banyuasin, Sumsel tak lain merupakan keponakan Nyimas. Atau Om dari Dzaki.

Selain Tedy, ada juga Anggun Annaila Zahra, pemain tim putri SMA BSI Palembang yang kini masuk Timnas U18 dan sempat merasakan Kopi Good Day DBL Camp 2024, Mei lalu.

Dari Tedy dan Anggun itu juga, Zaki sangat terobsesi bisa bermain di DBL. Sang bunda, tentu sangat ingin mewujudkan mimpi itu. Apalagi Nyimas selama ini juga tidak sekadar mengikuti basket, ia juga tak pernah absen nonton DBL seri Palembang. 

Di DBL seri Palembang, Nyimas selalu memberi dukungan untuk Anggun. Apalagi ia merasa menjadi "wali" untuk Anggun. Anggun selama ini jauh dari orang tuanya yang tinggal di luar Palembang.

"Asal badan saya kuat. Asal saya tidak sedang di rumah sakit, saya selalu sempatkan nonton langsung untuk menyemangati Anggun. Sekalipun beberapa kali harus berangkat dengan kursi roda," kata perempuan 44 tahun itu.

DBL.id membuktikan semangat Nyimas itu. Ternyata benar. Galeri foto di DBL Play menunjukkan ada foto Nyimas di tribun penonton saat SMA BSI main.

"Pokoknya ada emak-emak di tribun saat BSI main, harusnya di situ ada saya," candanya.

Perjuangan Nyimas sampai di venue DBL Palembang tidaklah mudah. Apalagi rumahnya di selatan Palembang. Tepatnya di Perumnas Sako. Sementara venue DBL Palembang di Jakabaring Sport Center. Ada di sisi utara Palembang.

Jarak dua lokasi itu sekitar 13 kilo. "Kadang kalau ada tumbangan mobil, saya pasti bawa kursi roda. Tapi kalau harus naik motor ya dipapah," cerita Nyimas.

Baca Juga: 20 Tahun DBL: Konsisten dengan Regulasi Detail


Jarak antara rumah Cik Nyimas menuju venue DBL Palembang di Jakabaring Sports Center.

Dari tak pernah absen menyemangati Anggun, Nyimas memahami betapa banyak anak Indonesia -termasuk Zaki putranya- sangat mendambakan, sangat memimpikan, bisa bermain di DBL.

"Ini kompetisi terbaik dan bergengsi. Saya tahu banget DBL. Apalagi saya juga ngikuti ke mana pun Zaki ikut-ikut turnamen basket," puji Nyimas.

Hobi basket memang mengantarkan Zaki wira-wiri bermain basket di banyak kompetisi dan turnamen. Baik mewakili sekolahnya, maupun klub basketnya. 

Nyimas selalu berupaya bisa ikut menemani ke mana Zaki bertanding. Sekalipun harus ke luar kota dengan kondisi sakitnya itu.

"Saya yang tidak ikut itu ke Bali. Waktu itu ikut Merpati Cup. Saya juga tidak bisa mendampinginya di turnamen di Lampung yang sedang berlangsung saat ini. Saat ini saya harus istirahat karena baru saja keluar dari rumah sakit," cerita Nyimas.

Pada lebaran haji (Idul Adha) kondisi Nyimas memang sempat drop. Ia harus masuk ICU beberapa hari. "Ketika itu Zaki hanya bisa pamit di rumah sakit. Saya minta maaf tidak bisa mendampinginya dan hanya bisa mendoakannya," ucap perempuan asli Palembang itu.

Semangat Nyimas untuk terus mendukung anaknya tak pernah padam karena juga dukungan banyak pihak. Nyimas mencontohkan saat ia masuk ICU beberapa hari lalu.

Saat itu ia dihubungi via video call oleh Tedy Marta Reza bersama guru, para orang tua, dan siswa-siswi SMA BSI. 

"Saya disemangati. 'Ayo Cik (Tante) semangat. Cicik kan ingin Zaki main di DBL. Ini semua sudah dipersiapkan sekolah. Ayo bangun Cik'," ucap Nyimas menirukan suntikan semangat yang ia dapat kala itu.

"Selama ini banyak yang mendukung saya mewujudkan mimpi Zaki bermain di DBL. Termasuk sekolahnya. Karena suami saya kan hanya kuli bangunan," terang Nyimas.

Sejak SMP, apalagi sejak melihat Anggun bermain di DBL, Zaki sangat ingin bisa bermain di DBL. Ia sempat khawatir tak bisa main karena SMA BSI dalam dua tahun belakangan tidak mengirim tim cowok.

"Saya tekankan ke dia sejak awal. Kalau mau main di DBL itu tidak hanya soal basket. Tapi nilai akademik juga berpengaruh," kata Cik Nyimas.

Zaki pun termotivasi untuk belajar. Tidak hanya basket. Tapi ia juga harus perhatian benar terhadap akademisnya.

Cowok kelahiran 14 November 2009 itu membuktikan ia layak main di DBL. Nilai akademisnya, kata sang Bunda, tak ada yang di bawah 70. Tak hanya itu, Zaki menamatkan SMP-nya dengan menyelesaikan hafalan Juz 30.

"Saya bangga padanya. Makanya saya harus bisa mengantarkannya mewujudkan mimpinya main di DBL. Bagaimanapun kondisi saya," kata Nyimas.

Baca Juga: Tahu-tahu sudah Sampai di Langit


Status WA Cik Nyimas yang terlihat sangat bangga pada Zaki. Ia tidak bisa mendamping yang saat ini Zaki ikut turnamen di Lampung karena harus menjalani terapi cuci darah, Kamis 27 Juni 2024.

Hidup-Mati Demi Zaki

Kata di atas tepat untuk menggambarkan betapa besar sayangnya Nyimas pada anak cowok semata wayangnya, Zaki.

Zaki merupakan anak kedua dari pasangan Nyimas Dewi Arimbi dan Muhammad. Pasutri itu sama-sama berasal dari Palembang.

Zaki punya kakak perempuan. Namanya Aisya Aulia. Mereka berdua terpaut hampir 6 tahun.

Pada awal 2009, pasangan Muhammad dan Nyimas mendapatkan berkah. Nyimas hamil anak kedua.

Namun cobaan berat dirasakan pasangan ini menjelang kelahiran Zaki pada November 2009. Nyimas mengalami hipertensi. Kondisi itu sangat rawan untuk kehamilan dan persalinannya.

Cobaan itu dilalaui Nyimas dengan tabah. Ia terus berdoa agar sang buah hati bisa dilahirkan dengan selamat dan normal.

"Zaki akhirnya bisa dilahirkan normal. Tapi saya katanya ketika itu kejang dan seketika koma tiga bulan," kenang Nyimas. Nyimas tak ingat apa-apa saat itu. Ia hanya ingat sempat mendengar tangis bayi yang baru dilahirkan.

Nyimas baru benar-benar bisa bertemu dengan wayah bayi tercintanya ketika Zaki sudah berumur delapan bulan. 

Baca Juga: Bicara 20 Tahun DBL, Azrul Ananda: Prestasi Tak Dihasilkan dari Cara Instan

Selama Nyimas sakit, Zaki kecil dirawat oleh ayah dan neneknya. "Baru usia dia dua tahun, dia saya rawat sendiri. Saat itu kondisi saya sudah harus cuci darah seminggu dua kali. Sejak saat itu saya tak pernah pisah dengan Zaki. Saya rawat betul dia sampai bisa mewujudkan cita-citanya," kata perempuan berkerudung itu.

Kini, Nyimas dengan kondisi fisiknya yang sedang sakit tengah berharap Zaki bisa bermain dan menunjukkan seluruh kemampuannya di DBL. Ia berharap Zaki bisa seperti sepupunya, Anggun. Membanggakan orang tua dengan membela negara lewat timnas basket.

"Saya ingin melihat Zaki bisa mewujudkan mimpinya," pungkas Nyimas. Lekas pulih Cik Nyimas. Semoga prestasi Zaki menjadi obat untuk ibunda tercintanya.(*)

Populer

Mulus ke Big Eight, Coach Bayu Beri Catatan untuk Tiga Empat
Bener Nggak Sih Olahraga Malam Nggak Bagus Buat Kesehatan?
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Menuju Championship Series: Dian Harapan Andalkan Dua Pemain Kunci