Filosofi Masa Depan di Balik Ketatnya Regulasi Jersey DBL

| Penulis : 

Salah satu perbedaan kompetisi DBL dengan kompetisi basket antarpelajar sebelumnya ada pada filsafat yang kuat. DBL memiliki poin-poin yang sangat ditekankan kepada seluruh pesertanya.

Beragam regulasi dibuat sangat detail untuk memastikan semua pihak mengerti dan menjalankannya dengan seksama. 

Salah satu regulasi yang paling banyak dibicarakan, pasti soal aturan di lapangan. Mulai dari aturan respect the game, minute play, dan beberapa aturan istimewa lainnya yang mungkin hanya tersaji di kompetisi basket kelas SMA ini.

Tak sekadar aturan tentang bermain, aturan di luar permainan juga diperhatikan dengan detail. Termasuk di dalamnya adalah aturan berpakaian.


Pertandingan pembuka Honda DBL with Kopi Good Day 2023 D.I. Jogjakarta Series

Mungkin, bagi sebagian orang beranggapan bahwa aturan ketat yang diberlakukan oleh DBL Indonesia terbilang rumit dan berlebihan. Sekadar pakaian saja, diatur sampai sebegitunya. Apalagi untuk basket level SMA.

Rupanya, kebijakan ini hadir bukan tanpa alasan. Donny Rahardian, Wakil Direktur DBL Indonesia menyebut bahwa cara berpakaian menggambarkan cerminan diri seseorang.

“Berpegang pada ucapan mas Azrul (Ananda), sekitar 99 persen pemain DBL gak akan jadi pemain profesional. Tapi mereka bakal jadi sosok profesional di bidang apapun. Ini salah satu nilai yang ingin kami tanamkan untuk para pemain ini sejak dini", buka Donny. 

Baca Juga: 10 Syarat dan Aturan Jersey di DBL 2024-2025, Pemain Wajib Catat!

Selain bicara soal profesionalitas kala di lapangan, aturan jersey juga mengajarkan untuk disiplin. Disiplin terhadap peraturan yang sedang diberlakukan. Utamanya urusan jersey para pemain.

Bicara soal aturan jersey, DBL memang punya persyaratan tersendiri. Setiap tim harus berseragam. Yap, berseragam dari segala aspek. Warna jersey harus seragam, yakni mengandung satu warna dominan.

Bahkan urusan nomor sampai penamaan jersey pun diatur. Sejak 2021, DBL kembali memperbarui aturan soal jersey. Warna abu-abu dilarang digunakan. Tentu saja ada alasannya yakni karena menyerupai seragam wasit.

Terdengar rumit. Namun, selayaknya bagaimana peraturan dibuat, pasti penuh pertimbangan. DBL pun "menggodok" aturan ini sedemikian rupa. Bahkan terus melakukan perbaikan jika memang ada poin-poin yang harus diperbaiki. 

“Bagian aturan yang ketat, memang juga diterapkan untuk jersey pemain. Gak boleh ada tempel-tempel pakai lakban. Harus sesuai peraturan,” tegas Donny.

“Kalau Anda rapi, Anda menghormati diri sendiri, Anda akan terlihat profesional dan lebih baik,” tutupnya, sekaligus menjadi pesan untuk calon partisipan Honda DBL with Kopi Good Day 2024-2025.

Berbicara soal regulasi-regulasi yang ada di DBL Indonesia, DBL Play akan membahas di artikel selanjutnya. 

Nantikan konten dan artikel DBL Play berikutnya, spesial dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia! (*)

Lihat cerita-cerita menarik DBL dalam seri 20 Tahun DBL Indonesia selengkapnya di sini

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game
Fenomenal! Danu Satria Pimpin Daftar Top Poin Leaders DBL Banjarmasin 2024