Jauh sebelum kompetisi DBL hadir, olahraga bola basket memang sudah mengudara di Tanah Air. Bahkan hampir di semua sekolah, baik dari jenjang SD sekalipun punya ring basketnya sendiri. Meski tak dilengkapi dengan lapangan yang memadai.

Dari situ saja, sudah membuktikan bahwa olahraga bola basket sebenarnya cukup populer di kalangan pelajar Indonesia. Tak jarang dari mereka yang akhirnya tertarik untuk menjajalnya. Hanya saja belum ada pemantik yang pas kala itu. 

Dahulunya, basket mungkin hanya olahraga biasa. Sesekali kompetisi kelas daerah juga hadir, seperti Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda), Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (Popwil), dan masih banyak lagi. Sayangnya, tim yang diturunkan kadang tak terikat dalam kurun waktu yang lama. 

Hal tersebut membuat regenerasi atlet basket Indonesia berjalan kurang baik. Oleh karena itu, kompetisi antarsekolah dinilai sebagai jalur paling tepat dalam mencari bibit berkualitas.

Baca Juga: 20 Tahun DBL di Mata Ferry Setiawan: Goals dan Arah Kompetisi DBL Sangat Jelas!

Sebelum kompetisi DBL lahir di beberapa kota, memang sempat ada kompetisi lain yang serupa. Memang tak bertahan lama. 

“Jadi dulu sejak saya SMP, bahkan sampai saya SMA itu ada kompetisi antarsekolah SMA. Memang saat itu gaungnya sudah gede banget,” buka I Gusti Ngurah Teguh Putra Negara, pelatih SMA Soverdi Tuban yang dulunya sempat mengemban gelar DBL Indonesia All-Star 2018.

“Kompetisi ini juga terbagi di beberapa region, dan juara region berkompetisi lagi di tingkat nasional. Saya sempat berkesempatan untuk merasakannya. Atmosfernya bagus, suporernya juga bagus, terorganisir dengan baik, hanya saja hype-nya belum sebaik DBL sekarang,” sambungnya.

Lebih dari 20 tahun berkiprah di dunia basket, membuat coach Ngurah Teguh secara tidak langsung mengamati perkembangan basket Tanah Air. Beberapa peran sempat ia rasakan. Mulai dari pemain profesional, hingga pelatih SMA.

Pensiun dari dunia profesional, tak membuat Ngurah Teguh kehilangan atmosfernya ketika di lapangan basket. Meski kini hanya berstatus pelatih. Bahkan dirinya sempat menimba ilmu langsung di Amerika Serikat, lewat kariernya sebagai pelatih. Padahal, kala itu dirinya baru menahkodai SMA Soverdi Tuban dalam satu tahun terakhir. 

“Ini juga sebagai pembeda DBL dengan kompetisi lainnya. Ada First Team dari setiap daerah yang diberangkatkan ke DBL Camp dan berkesempatan untuk terpilih lagi ke Amerika Serikat. Alhasil bukan hanya tim-tim juara saja yang punya peluang, semua yang lagi perform punya kesempatan,” celetuh coach Ngurah Teguh.

Baca Juga: 20 Tahun DBL Menurut Risdianto Roeslan: Popularitas Basket Indonesia Meningkat!

Melihat kemegahan kompetisi DBL di setiap kota, membuat coach Ngurah Teguh ikut bangga. Lantaran, turut membangkitkan semangat student athlete Indonesia untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas mereka sebelum melantai di panggung DBL.

“Dari sisi penyelenggaarannya, DBL memang lebih meriah menurut saya. Karena di koran sampai media sosial itu publikasinya memang besar-besaran sekali,” ungkap pelatih yang sempat membela Stadium Jakarta.

“Dari situ tentu jadi pemicu anak-anak untuk bisa menjadi sorotan dan lebih dikenal. Secara tidak langsung, kualitas basket makin berkembang. Malah sekarang banyak kan yang sampai dapat beasiswa di Amerika. Itu keren sekali,” tutupnya. (*)

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya