Perlu strategi yang intens untuk membimbing generasi muda di seluruh dunia saat ini. Menurut US Department of Education, pengaruh teknologi, keluarga, sekolah, circle pertemanan, budaya-sosial, kepada anak muda telah meningkat dibandingkan dua puluh tahun sebelumnya. 

Salah satu yang sering disoroti oleh publik adalah penggunaan media sosial. Bukan hanya di lingkungan sekolah dan rumah, melainkan dalam kepelatihan. Tentunya hal ini juga sering dirasakan oleh student athlete. Terutama bagi mereka yang telah fokus pada bidang tertentu, seperti basket.

Mainbasket baru-baru ini berkesempatan untuk berbincang dengan Shane Froling, mantan pemain NBL Asutralia selama 20 tahun, yang juga aktif dalam kepelatihan basket. Pun memiliki putra-putri yang saat ini menjadi pemain basket profesional di tim nasional Australia. 

Dikutip oleh dbl.id dari Mainbasket, Shane Froling menjelaskan apa yang bisa dilakukan orang tua dan dukungan seperti apa yang bisa diberikan orang tua ketika anak-anak mereka tidak bisa memenuhi target dan ekspektasi selama kepelatihan, di tengah pengaruh dan dorongan yang besar terhadap media sosial. 

Baca Juga: Kenalan Sama Shane Froling Pelatih KFC DBL Camp

Apa saja? Berikut 5 pelajaran penting soal media sosial dan orang tua oleh Shane Froling. 

1. Cintai Anak Apa Adanya

Fondasi pertama yang bisa dilakukan agar anak dapat melalui proses kepelatihan yang baik adalah dukungan orang tua. 

Menurut Shane Froling, menjadi orang tua yang supportive untuk anak itu penting. Sehingga, anak tersebut merasa memiliki seseorang yang akan terus mendampingi mereka ketika mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan. 

"Jadi orang tua yang baik itu penting, artinya bagaimana mendukung anak, mendorong anak, nah anakku kebetulan punya orang tua seorang pelatih basket, yang tidak seperti orang tua normal, jadi aku melatih mereka lebih intens, dan kadang juga menuntut mereka lebih banyak, tapi di saat yang bersamaan sebagai orang tua aku juga harus mencintai dan peduli," kata Shane. 

2. Bangun Komunikasi yang Baik antara Pelatih, Orang Tua, dan Anak

Kedua, Shane Froling menjelaskan bahwa membangun komunikasi yang baik antara pelatih, orang tua, dan anak adalah suatu keharusan. Khususnya bagi mereka yang memiliki anak sebagai student athlete, maupun yang saat ini sedang fokus berkarier di dunia olahraga. 

Dalam proses kepelatihan, tidak semua anak memiliki performa yang bagus setiap waktu. Adakalanya mereka tidak bisa mencapai target dan membutuhkan proses pemulihan mental maupun fisik yang cukup lama. 

Salah satu cara agar dapat mengembalikan semangat dan melanjutkan proses kepelatihan yang baik adalah membangun komunikasi yang baik antara pelatih, orang tua, dan anak. 

"Orang tua yang kurang aware biasanya membicarakan hal tersebut di media sosial, dan koar-koar ke publik kalau 'ini adalah proses seleksi yang jelek', 'para coach ini kayaknya bikin keputusan keliru', dan lain-lain, kalau kamu sedih, terhadap keputusan pelatih, bilang saja ke pelatih," kata Shane.

Secara umum, komunikasi yang baik juga dapat menghindari kesalapahaman. Ini juga dapat menyiapkan mental anak agar dapat menerima apapun hasil kerja keras mereka dengan lapang dada. 

Baca Juga: Ke Amerika! Ini Skuad Elite Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2024

3. Stop Oversharing ke Media Sosial dan Orang Lain

"Media sosial bisa menyebabkan dampak serius," kata Shane. 

Siapa yang masih suka oversharing ke media sosial dan orang lain? Itu juga bisa menyebabkan dampak yang serius. Shane mengatakan bahwa orang tua yang buruk biasanya tidak terima dengan hasil yang diperoleh anaknya. Lebih parah lagi, para orang tua ini terkadang menceritakan hal tersebut ke semua orang, melalui media sosial. 

"Kalau orang tua melakukan itu tentunya itu nggak membantu masa depan anak, dan ada publikasi jelek yang harus anakku hadapi,"ujarnya. 

"Jangan mengunggah apapun di media sosial, karena bisa menyebabkan masalah lebih besar, dan ketika aku bertemu orang tua para pemain yang aku latih, aku selalu bilang, kalo kamu punya masalah, jangan nangis dan koar-koar ke orang lain, katakan saja padaku, kalo kamu menaruhnya di media sosial, kamu berarti nggak profesional."

Bahkan, menurut Shane, Australia punya bylaws yang mengatur soal penggunaan media sosial bagi para atlet. Dalam titik tertentu, kamu bisa di-banned main basket di Australia jika melanggar aturan penggunaan media sosial. 

4. Kalau Gagal, Pasti Akan Ada Kesempatan Kedua

Jangan khawatir jika kamu gagal dan gagal. Sedih boleh, tetapi pasti ada kesempatan kedua. Shane mencontohkan dengan adanya Wild Card dalam program DBL Camp. 

"Di DBL Camp ada Wildcard sebagai salah satu cara menaruh harapan kesempatan kedua, ini akan membangun karakter student athlete, kalau hasilnya tidak memuaskan, dan mereka nggak main dengan cukup baik, itu bakal bikin mereka berusaha lebih keras. Jadi saranku adalah kamu boleh merasa ada yang tidak sesuai harapan, tapi harus berusaha lebih keras," kata Shane.

Nah, itu tadi beberapa pelajaran penting yang bisa dilakukan oleh orang tua di tengah pengaruh media sosial yang besar dan kurangnya aware terhadap komunikasi antara pelatih, anak, serta orang tua itu sendiri. (*)

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa