Kota Madiun memiliki tempat tersendiri bagi teman-teman DBL Indonesia. Ya, pada Honda DBL with Kopi Good Day 2023-2024, Kota Madiun kembali menggelar kompetisi antarpelajar terbesar di Indonesia. Ini merupakan tahun kedua DBL Madiun bergulir.

Hadirnya panggung DBL di Madiun juga menjadi wadah bagi para student athlete untuk merawat mimpi mereka. Setidaknya itu yang diamini oleh Muksin Hery Saputera, pelatih SMAN 1 Madiun.

Baca juga: Sejam Bersama Suk Ateng, Legenda Basket dan Asisten Pelatih SMA Cita Hati East

Sebelum terjun ke dunia kepelatihan, coach Muksin sempat juga melantun. Mencoba untuk merawat mimpinya dengan fasilitas dan sorotan yang tidak sebesar sekarang. Kepada kami, coach Muksin berbagi cerita. Cerita perihal sudut pandang soal basket pada era 1980-an.

Sebelum jadi pelatih, apa coach Muksin ini sempat jadi pemain juga?

Sebenarnya basket ini hobi saya sejak SMP. Sekitar tahun 1980-an ya. Waktu itu saya sudah bermain di tingkat pelajar baik lokal maupun daerah. Masih lanjut sampai kuliah. Kebetulan waktu itu saya kuliah di Atmajaya Yogyakarta (Universitas Atmajaya Yogyakarta) yang juga ikut kompetisi. Mungkin sekarang nyebutnya Limanas gitu ya.

Panjang juga ya perjalan menekuni basket. Apa yang bikin coach Muksin pada akhirnya memilih untuk ke sana (menekuni basket)?

Ya awalnya cuman hobi aja. Lama-lama jadi suka dan kebablasan. Waktu itu hampir setiap hari saya latihan. Sempat ada libur latihan gitu, efeknya ke saya malah badan jadi sakit semua. Ini juga berkat dukungan orang tua saya yang besar saat itu. Mungkin itu yang bikin saya demen sama basket.

Saat itu pandangan orang-orang tentang olahraga basket bagaimana?

Kalau di Madiun sendiri basket dimainkan oleh semua anak. Tidak ada cap olahraga mahal atau eksklusif yang cuman bisa dimainkan sama etnis tertentu. Malah waktu saya SMP SMA mayoritas adalah orang-orang pribumi yang main bareng.

Berarti bisa dibilang basket itu juga menjadi alat buat mendobrak batasan-batasan gitu ya coach?

Betul sekali.

Kendala terbesar waktu itu apa coach?

Yang paling kelihatan adalah minimnya materi sama SDM (Sumber Daya Manusia). Ya bisa dari pelatih bisa juga dari pemainnya sendiri. Sama kuantitas kompetisi yang gak sebanyak sekarang.

Perbedaan yang paling mencolok dengan basket sekarang coach?

Zaman saya ya hanya sekadar main basket aja. Karena mungkin waktu itu tidak ada goals seperti sekarang. Dulu kan cuman sekadar prestasi aja. Kalau sekarang kan lewat basket bisa ke mana aja. Dapat beasiswa juga bisa lewat basket. Gak cuman prestasi aja.

Berarti bisa dibilang sistem basket yang sekarang itu membuka jalan ke banyak hal ya coach?

Betul. Itu juga bikin pemain-pemain itu berani buat bermimpi. Sekarang dari basket bisa untuk mengejar cita-cita.

Kalau di dunia kepelatihan sudah sejak kapan coach?

Saya sendiri sudah melatih sejak 20 tahun yang lalu. Ternyata menjadi seorang pelatih adalah sesuatu hal yang luar biasa. Kita bisa berkarya buat pemain.

Salah satu contohnya coach?

Ya ketika pemain-pemain saya bisa berprestasi itu termasuk berkat sih. Senang juga rasanya. Salah satu contohnya adalah dua anak saya sekarang (Kevin dan Thasya) yang sudah bermain di tingkat Porprov, Kejurnas, Limanas, dan PON.

Harapan coach Muksin sendiri untuk basket Madiun seperti apa?

Harapannya agar semua pemain itu selalu giat dan rajin dalam berlatih. Karena pencapaian prestasi tidak bisa didapat secara instan. Harus melewati proses yang panjang serta butuh pengorbanan. Percayalah tidak ada semua itu yg mustahil selama kita ada niat.

Baik, terima kasih coach Muksin

Sama-sama, Mas.

Profil coach Muksin bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap).

Populer

Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya
Bulungan Siap Mati-matian Hadapi Misi Revans Jubilee di Final DBL Jakarta!
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Shuttle Run: Pengertian, Manfaat dan Cara Melakukannya