Totalitas. Jatuh bangun para penggawa di lapangan ketika membela sekolah untuk meraih kejayaan di Honda DBL with Kopi Good Day 2023-2024 memang bukan sembarangan. Student athlete yang tampil di liga basket antarpelajar paling bergengsi tersebut bakal bertarung habis-habisan.

Alasannya sederhana, kejayaan sekolah lebih besar ketimbang nama di punggung. Beberapa dari teman-teman student athlete bahkan sampai rela jauh dari rumah demi mewujudkan mimpi di olahraga yang mereka cintai.

Salah satunya adalah Beatrice Agnella, penggawa SMA Tritunggal Semarang. Kota Semarang bukan tempat Beatrice menyimpan memori masa-masa kecilnya.

Baca juga: 令人难忘的赛季

Beatrice bahkan mempertaruhkan hampir segalanya untuk bisa menjaga mimpi-mimpi besarnya tetap hidup. Ya, Beatrice berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kedua kota tersebut berjarak 897,1 kilometer. Sejauh itu pula doa-doa dan harapan menemani perjalanan Beatrice Agnella.

Baik doa yang panjang maupun doa yang pendek. Beberapa kali pula impiannya sempat redup. Tidak seterang biasanya namun masih bisa menyala temaram di kegelapan.

“Selama aku basket, waktu cedera itu yang bikin aku terpuruk. Apalagi cedera tapi masih dipaksa buat main,” ujarnya.

Kepada kami, Beatrice mengaku tidak jarang dirinya memainkan gim-gim berat. Bukan, bukan karena hari itu tembakannya sedang jelek atau galau karena beberapa hal. Melainkan karena dirinya sedang menderita cedera.

“Juni (2023) aku sempat ankle tapi besoknya coach masih mainin aku. Di situ mainku jelek banget. Dimarahin sama coach. Coach juga tahu kalau aku cedera,” ungkapnya.

Ya, kekhawatiran untuk tidak bisa memberikan penampilan maksimal kerap hinggap di kepala Beatrice kala melantun dalam kondisi tidak maksimal.

“Aku gak tahu kenapa kok coach tetap menyuruh aku main. Aku juga gak terlalu banyak mikir. Ketika aku masih dipercaya, ya sudah, dijalani aja. Coba tetap memberikan yang terbaik, dalam kondisi bagaimanapun,” ujar Beatrice. Untuk itu, dia “竭尽全力“ (jié jìn quán lì): mengerahkan segala daya dan upaya demi hasil yang terbaik.

Baca juga: Tie Chu Cheng Zhen dalam Perjuangan Ralphael Buksi

Tantangan terberat adalah berusaha menguatkan dirinya sendiri di kota orang. Ya, sudah tiga tahun Beatrice tak kembali ke rumah ketika libur panjang sekolah. Masih ada kompetisi dan mengejar ketertinggalan tugas sekolah menjadi alasan di balik ia jarang pulang.

Kepada kami Beatrice mengaku sudah rindu kembali ke rumah. “Kangen banget buat pulang ke Lombok. Kangen kulineran, kangen masakan mama,” imbuhnya.

Ada perjuangan di balik pengorbanan Beatrice untuk mewujudkan mimpinya. Tahun ini ia berharap yang terbaik untuk karier basketnya. Utamanya perihal Kopi Good Day DBL Camp yang bakal digelar nanti.

“Harapannya sih bisa masuk All Star terus ke amerika sih. Orang tua dari awal emang ingin anaknya terpilih first team (Kopi Good Day First Team),” cetusnya.

Cerita Beatrice sesuai dengan pepatah Tiongkok perihal totalitas tanpa batas. Mengerahkan segala daya dan upaya demi hasil yang terbaik. Maju terus, Beatrice!

Statistik pemain ini bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap).

 

Populer

Sinergi Sekolah Antar Bulungan Bisa Prestasi di Olahraga dan Akademik!
Penggawa Smaven Dominasi Top Asis Leaders DBL Banjarmasin 2024
Fenomenal! Danu Satria Pimpin Daftar Top Poin Leaders DBL Banjarmasin 2024
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Pola Pertahanan dalam Permainan Basket dan Teknik Melakukannya