Nama kompetisi DBL mendunia. Itu setelah General Manager DBL Indonesia, Yondang Tubangkit ditunjuk sebagai LOC Competition Manager di FIBA World Cup 2023. Anak-anak DBL angkatan awal saat kompetisi ini dijalankan pasti familiar dengan sosok yang satu ini.
Yups, Yondang terlibat di kompetisi DBL sejak 2004. Alias sejak pertama kali kompetisi ini dihadirkan oleh DBL Indonesia.
Alumnus SMAN 1 Surabaya itu juga pernah menjadi bagian dari penyelenggaraan kompetisi basket profesional NBL. Ketika itu kompetisi basket profesional di Indonesia memang sempat dihandle oleh DBL Indonesia.
Pengalaman panjang di kompetisi basket itu pula yang membawa Yondang terpilih menjadi pengurus PP. Perbasi. Sampai pada akhirnya, ketika Indonesia terpilih menjadi salah satu tuan rumah FIBA World Cup 2023, Yondang mendapatkan kesempatan menjadi LOC Competition Manager.
Baca juga: Sama Hebatnya! Inilah Dua Tim Favorit Bentley Sinlui di FIBA World Cup 2023
Penasaran seperti apa sih tugas LOC Competition Manager di FIBA World Cup 2023?
Yondang mengatakan, LOC Competition Manager di FIBA World Cup 2023 adalah menjadi representasi FIBA Head of Competition di host city. Sebagai LOC Competition Manager, Yondang bekerja sama dan koordinasi lapangan dengan FIBA Competition Manager utusan dari headquater.
Dengan pengalaman menangani liga profesional, dan daily bersama DBL Indonesia, Yondang merasakan ada pengalaman baru yang ia dapat.
"Piala Dunia ini adalah internasional event. Top tier kejuaraan basket dunia. Mereka (FIBA) memikirkan setiap every little detail. Jadi setiap detail itu dipikirkan," katanya.
Ia memberikan contoh sederhana terkait set up pada game operation. "Semua itu ada diagramnya. Di mana kita meletakan kursi. Di atasnya kursi ada handuk, dan di belakangnya meja. Di atas meja ada botol minum. Botol minumnya berapa. Jaraknya berapa antara botol satu dengan yang lain. Itu semua diatur. Hal-hal seperti itu yang membuat this is the World Cup. Top tier international event in basketball," terangnya.
Baca juga: Dukung Kanada di FIBA World Cup, Nathania Nicole Tetap Idolakan Yuki Kawamura
Dari penyelenggaraan Piala Dunia, Yondang mempelajari bahwa semakin tinggi level penyelenggaraan, semakin detail yang dipikirkan. Semakin banyak checklist atau guidelines yang ada.
"Sebenarnya semua orang bisa melaksanakan. Pasti ada alasan mengapa (FIBA) melakukan seleksi dan melakukan assesment untuk ajang sebesar ini. Dan Indonesia juga melakukan itu," ujarnya.
Dalam proses assesment itu, reputasi dan kredibilitas DBL Indonesia sebagai besar. Ia mewakili DBL, kemudian diajukan oleh LOC dan Perbasi menjadi Competition Manager.
Proses itu makin mulus karena sebelumnya Yondang juga berpengalaman di FIBA Asia Cup 2022. "Kinerja di FIBA Asia Cup 2022 sangat mempengaruhi rekomendasi dari FIBA," katanya. Proses assessment terus dilakukan sejak koordinasi dengan FIBA sebelum dan saat pelaksanaan.
Sejauh ini FIBA menganggap Indonesia bisa menjalani tugas sebagai tuan rumah. "Semalam setelah hari pertama dilaksanakan, kami melakukan evaluasi. Ada beberapa apresiasi yang diberikan dan itu sangat mengejutkan bagi kami," ujarnya.
Apa yang sudah berjalan di Piala Dunia ini membuat Yondang tersadar bahwa orang-orang Indonesia sebenarnya mampu menggelar FIBA World Cup dengan baik. "Jadi kita memang harus bisa menaikkan level. Bahwa kita bisa jadi penyelenggara dan mampu menjadi penyelenggara level ini," pungkasnya.
Ditanya mengenai pesannya untuk adik-adik DBL yang bermimpi bisa mengambil bagian di FIBA World Cup tahun-tahun berikutnya, Yondang menyebut apa yang sudah ditanamkan lewat kompetisi DBL sebenarnya mengajarkan soal detail, konsistensi, taat aturan.
"Semua itu menunjukkan level kemampuan kita menghadapi atau berperan dalam penyelenggaraan acara kelas dunia seperti FIBA World Cup," ucapnya.
Tahun ini FIBA World Cup 2023 diselenggarakan di tiga kota dari tiga negara. Okinawa (Jepang), Manila (Filipina), dan Jakarta (Indonesia). Pemain-pemain kaliber NBA, Shai Gilgeous-Alexander, Rudy Gobert, hingga Dillon Brooks tampil di Jakarta membela negaranya masing-masing.(*)