Kepangan Ibu yang Tak Pernah Membebanimu

| Penulis : 

Bagaimana rasanya berlaga di final party Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region?

Itu adalah partai puncak perhelatan kompetisi bola basket pelajar terbesar di Indonesia untuk wilayah Jawa Timur, regional utara. Penontonnya tembus 8 ribu orang.

Bagaimana rasanya menjadi pemain tim sekolah yang bakal menghadapi juara bertahan empat musim berturut-turut, SMA St. Louis 1?

Bagaimana rasanya memikul harapan seisi sekolah agar musim ini bisa kawin gelar dengan tim basket putri yang sudah tiga kali berturut-turut menjadi juara di kategori cewek?

Semua pertanyaan itu yang ingin kami gali jawabnya lewat liputan partisipatif.

Kami ingin mendapatkan jawaban itu dengan merasakan langsung sensasinya. Lewat cara mengikuti salah satu pemain tim basket putra SMA Gloria 1 Surabaya.

Pilihan itu kami jatuhkan pada Yogie Putra Darmawan, guard SMA Gloria 1 Surabaya.

Kami sebenarnya punya daftar lainnya, tapi dengan berbagai pertimbangan, termasuk izin orang tua, kami putuskan bersama Yogie.

Kebetulan penugasan itu jatuh pada saya. Louise Dewangga.

Saya senang begitu mendapatkan respon positif dari Bu Kasih, ibunda Yogie.

Saya sebenarnya beberapa kali bertemu Yogie. Beberapa kali saya mewawancarainya usai pertandingan. Atau kadang saya lontarkan sejumlah pertanyaan via chat untuk melengkapi tulisan saya di DBL.id

Tapi kali ini saya tak mau sekadar wawancara singkat. Tak ingin sekadar mendapatkan jawaban cepat dari chat.

---

Dua tahun sudah saya terlibat dalam kompetisi DBL. Selama itu pula saya banyak memotret kisah para pemain.

Kegembiraan mereka.

Kebanggaaan mereka.

Pun demikian dengan kondisi 180 derajat ketika mereka gagal. Saya kerap menangkap kesedihan dan penyesalan.

Tapi itulah bedanya DBL. Di balik luapan kegembiraan dan tangis kesedihan selalu ada sportivitas di dalamnya.

Yang menang diberi kesempatan menyampaikan respect pada yang kalah.

Yang kalah juga tetap diapresiasi bersama para pendukungnya lewat kesempatan menyanyikan anthem bersama.

***

Sabtu, 26 Agustus 2023 sekitar pukul 10, saya berangkat dari rumah di kawasan Surabaya pusat dengan menggunakan sepeda motor menuju ke Sidoarjo kota.

Begitu banyak pertanyaan yang hinggap di kepala saya. Saya tak sabar mencari jawabnya dengan sehari bersama Yogie.

Saya sampai di rumah Yogie sekitar pukul 11. Yogie tinggal di sebuah perumahan di Sidoarjo kota.

Cukup lama memang perjalanan saya. Selain karena jarak, saya juga melintasi jalur kemacetan luar biasa. Yang kata seorang komika bernama Pepeng, lewat jalan itu bisa “Tuwek Nang Dalan” (Tua di Jalan). Apalagi jika bukan jalur Gedangan, Sidoarjo.

Terik dan macet yang saya rasanya sirna begitu menerima sambutan hangat dari sang tuan rumah. Bu Kasih mempersilakan saya masuk.

Sejurus kemudian, papa Yogie, juga menyempatkan menyapa saya. Dan, Yogie menemui saya.

Tak terlihat wajah galau, apalagi risau. Begitu yang saya dapatkan ketika melihat Yogie siang itu. Padahal beberapa jam lagi ia akan menjalani laga yang cukup krusial bagi sekolahnya.

Saya meminta Yogie sesantai mungkin menghadapi saya. Saya tekankan kedatangan saya bukan sekadar ingin wawancara seperti biasanya. Tapi ingin mendeskripsikan detik-detik menuju perjuangannya melakoni laga krusial.

Yogie pun santai. Obrolan kami seperti seorang teman. Sesekali ia duduk di dekat saya. Sesekali ia sambi melakukan persiapan menuju berangkat ke tanah pembuktian (DBL Arena).

Obrolan ringan dan santai kami lakukan. Mulai dari menu sarapan. Sampai sepatu apa yang akan dipakai Yogie di pertandingan final party itu.

Tenyata, pagi itu Bu Kasih menyiapkan asupan sederhana untuk putra bontotnya.

"Tadi sarapan sayur taoge dan tahu-tempe," ujar Yogie ketika ditanya menu sarapannya hari itu.

Di tengah persiapan menuju berangkat ke DBL Arena, Bu Kasih ternyata menyempatkan melakukan ritual rutin. Yakni mengepang rambut anaknya.

Saya melihat apa yang dilakukan Bu Kasih siang itu sebagai bentuk meningkatkan kepercayaan diri putranya.

Ya, penampilan rambut kepang itu memang menemani perjalanan Yogie sepanjang bergulirnya Honda DBL with Kopi Good Day 2023 East Java Series-North Region. Tahun lalu, penampilan itu yang tak terlihat dari Yogie.

“Biar kelihatan keren,” begitu Yogie pernah mengungkapkan alasannya pada saya. Singkat. Khas anak SMA.

Yogie memang tampak begitu percaya diri dengan penampilannya yang sangat berbeda dengan teman-temannya itu.

 

Ketika rambut Yogie satu persatu dirangkai menjadi sebuah kepangan, tak ada ungkapan tuntutan dari Bu Kasih yang bisa membuat Yogie terbebani.

Tak saya dengar kata Harus begini. Harus begitu.

Harus buat berapa poin. Berapa assist. Berapa block. Ataupun harus membuat angka-angka dalam statistik permainan basket lainnya.

Sekali saya mendengar Bu Kasih memberi petuah. “Yang penting main bagus aja. Gak usah tegang, semua lawan itu sama,” ucapnya.

Setelah rambut kepangan itu tuntas, Yogie masih terlihat mondar-mandir. Ternyata ia sempat bimbang memilih sepatu. Pilihan itu akhirnya jatuh pada sepatu dengan colorway, ungu-metalik.

Ia juga sempat memilih beberapa hoodie yang bisa matching dengan penampilannya.

“Kok gak kelihatan tegang sih?” tanya saya.

“Ya sempat deg-degan juga sebenarnya. Soalnya ini lawannya juara bertahan empat tahun beruntun. Tapi terus aku mikir halah kan bisa bikin sejarah sendiri,” ungkap anak kedua dari dua bersaudara itu dengan yakin.

Sekitar pukul 13.30, Yogie sudah siap berangkat. Ia berangkat bersama rekannya, Bryant Owen dan juga kedua orang tuanya. Mereka menaiki mobil warna putih. Saya memilih menggunakan motor.

***

Rasanya, saya lebih dulu sampai di DBL Arena. Sebab saya sempat bersama tim redaksi DBL.id berada di meja media untuk menyaksikan laga pembuka di final party, yakni tim putri SMA Gloria 1 Surabaya melawan SMA Petra 1 Surabaya.

Ketika pertandingan tim putri memasuki kuarter akhir, pesan singkat masuk ke WhatsApp saya. Pesan itu datang dari Yogie. Ia mengabarkan sudah di DBL Arena.

Ia berada lantai bawah DBL Arena. Tempat para pemain dan tim dance biasanya berkumpul sebelum atau selesai pertandingan.

Saya pun langsung menghampirinya. Dari kejauhan saya lihat ia ngobrol bersama temannya yang juga sudah datang.

Beberapa tim punya cara sendiri-sendiri ketika datang bertanding ke DBL Arena. Biasanya ada yang berangkat bareng dari sekolah. Tapi ada juga yang membebaskan pemainnya datang sendiri-sendiri dan bertemu di DBL Arena.

Saya tak ingin banyak mengganggu perbincangan Yogie dan teman setimnya. Saya hanya ingin mendekat. Sedikit nguping sambil melihat raut-raut wajah di antara mereka.

Beberapa anak-anak Gloria 1 tampak mendekat ke para pemainnya yang sudah datang. Mereka saling bersalaman. Beberapa mengucapkan good luck.

Yogie menyalami teman-temannya itu dengan hangat. Mungkin baginya ucapan teman-temannya itu doa terbaik. Dan senyum itu adalah bentuk rasa syukur dan amin dalam hatinya.

Tak lama kemudian Yogie pamit ke locker room. Ia tak keberatan saya mengikutinya.

Saya lihat Yogie begitu percaya diri. Ia langsung ganti baju dan celana. Sepatunya belum dipakai.

Yogie memilih nyantai melihat ponselnya. Scroll-scroll Instagram.

Ia bahkan sempat melempar guyonan soal pola gim yang akan dijalankan timnya. Ternyata guyonan itu bermula adanya papan strategi tim cewek yang tertinggal di locker room. “Sama gak nih pola permainan kita,” candanya.

Lirih-lirih terdengar suara anthem SMA Gloria 1 Surabaya dinyanyikan. Rupanya, tim putri SMA Gloria 1 Surabaya telah juara. Mengalahkan SMA Petra 1 Surabaya dengan skor 59-24. Itulah gelar keempat beruntun yang diraih tim putri SMA Gloria 1.

Mendengarkan anthem ‘Sampai Kau Bisa’ itu membuat beberapa pemain putra yang ada di locker room terlihat ikut bernyanyi. Merinding mendengarkannya.

Beberapa di antaranya terlihat tegang. Mungkin karena menanggung beban harus menang agar kawin gelar.

***

Saya meninggalkan Yogie ketika menjelang briefing bersama pelatih. Saya agak menjauh. Saya khawatir ada yang tidak nyaman.

Yogie dan anak-anak Gloria serius mendengarkan arahan pelatih. Tak lama kemudian pemanggilan pemain dimulai.

Yogi begitu percaya diri begitu namanya dipanggil.

Laga pun dimulai.

Seisi arena begitu menikmati jalannya pertandingan yang begitu seru. Apalagi, panitia sebelumnya menghadirkan suguhan lighting show yang begitu memukau.

SMA Gloria 1 Surabaya tertinggal poin. Yogie-lah yang membuka keran poin Gloria. Sorak-sorai tribun timur DBL Arena yang ditempati Bluestar, julukan suporter Gloria 1, menyambut bahagia.

Di pertandingan ini Yogie tampak bergairah. Hasratnya begitu besar untuk memutus dominasi sang jawara bertahan.

Sayang, hasrat dan gairah tersebut belum bisa mengantarkan tim putra SMA Gloria 1 Surabaya menjadi pemenangnya. Laga berakhir dengan skor 64-46 untuk kemenangan SMA St Louis 1. Kawin gelar pun gagal dilakukan.

Tapi, Yogie telah membuktikan ia telah mengerahkan semua kemampuan terbaiknya. Terhitung 18 poin berasal dari tangannya.

Raut sedih pasti ada. Tapi Yogie bisa menyembunyikan duka itu. Saya tetap melihat ekspresi wajahnya dingin. Tidak menggambarkan kesedihan yang berlarut.

Ia mampu menahan air matanya tak berlinang. Padahal sudah dua kali pengawa Sinlui memberikan luka kepada dirinya dan kolega.

Duka dan luka itu mungkin ia simpan sendiri. Sebagai bahan evaluasi untuk kembali mengisi. Mengisi ambisi dan gairah membalaskan dendam di babak Championship Series.

Basket Tak Boleh Berhenti

Belajar dari mengikuti keseharian Yogie, menurut saya basket tidak boleh berhenti pada pembahasan tentang angka-angka dan catatan statistik.

Kegagalan dan keberhasilan seorang pemain tak selalu berbanding lurus dengan hasil akhir pertandingan.

Yogie setidaknya telah membuktikan ia harus siap menghadapi apapun. Ia juga bisa legowo menerima apapun hasil akhir. Ada ingat, ada peran orang tua seperti Ibu Kasih yang membentuk karakter seperti Yogie.(Louise Dewangga)

Profil Yogie Putra bisa dilihat di halaman di bawah ini, atau double tab untuk bisa melakukan scroll

Populer

Bener Nggak Sih Olahraga Malam Nggak Bagus Buat Kesehatan?
Menuju Musim Baru: SMAN 8 Bandung Diminta Bermain Lepas dan Menikmati Game
Mulus ke Big Eight, Coach Bayu Beri Catatan untuk Tiga Empat
Kilas Balik: Kebangkitan Al-Maruf yang Membahayakan
Menuju Championship Series: Dian Harapan Andalkan Dua Pemain Kunci