SURABAYA – Memiliki keterbatasan fasilitas sekolah bukan jadi masalah bagi para pemain SMAN 1 Pacet, Mojokerto. Sehari-hari mereka latihan basket di lahan parkir sekolah yang sekaligus menjadi lapangan basket.
Mereka harus menunggu semua siswa-siswi pulang dari sekolah agar bisa berlatih di lahan parkir tersebut. Tapi hal itu tak lantas menurunkan semangat para pemain SMAN 1 Pacet, Mojokerto untuk terus berlatih untuk DBL tahun ini.
Berangkat sebagai tim yang harus merangkak dari babak penyisihan. Mereka menjalani laga demi laga hingga akhirnya bisa menginjakkan kaki ke babak play off, untuk pertama kalinya.
Kapten tim, Ramadhan Eka mengaku sangat grogi ketika laga awal. Apalagi harus berlaga di lapangan berkelas internasional seperti DBL Arena. “Beda sekali dengan lapangan di sekolah yang bergeronjal. Divsini kami bisa bermain dengan lebih leluasa. Lapangannya bagus sekali. Sempat grogi sekaligus senang,” ujarnya.
Meski harus latihan di lahan parkir, Eka dan tim sangat bersyukur karena mendapat dukungan luar biasa dari sekolah. Eka menyebut nama Pak Sutoyo, Kepala Sekolah mereka, yang sangat mendukung kemajuan timnya.
“Beliau selalu memberikan motivasi kepada kami. Sayang hari ini beliau belum bisa hadir,” kata Eka.
Kerja keras Eka dan teman-teman ternyata berbuah manis. Mereka tampil perkasa di pertandingan penentu. SMAN 1 Pacet, Mojokerto menundukan SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dengan laga overtime. Tiket play off berhasil mereka bawa pulang malam ini.
“Kami sudah biasa di keadaan sulit. Mungkin ini yang membuat kami tidak mudah menyerah,” tutup Eka bangga.
Baca juga: Drama Overtime Antarkan SMAN 1 Pacet Mojokerto ke Playoffs
Inilah profil dan perjalanan SMAN 1 Pacet, Mojokerto