Tidak semudah itu memang beradaptasi dengan perbedaan zona waktu yang begitu signifikan. Mengingat Chicago, Amerika Serikat dan Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) memiliki perbedaan waktu hingga 12 jam.
Sani Wulandari, pelatih SMA 1 PSKD Jakarta menjadi salah satu rombongan KFC DBL Indonesia All-Star 2023 sempat mengalami jet lag dalam kurun waktu yang cukup lama. Utamanya saat baru mendarat di Chicago.
“Kemarin itu saya sempat jet lag parah, ya. Apalagi waktu awal-awal datang tuh saya mengantuk banget. Padahal di sini (Chicago) masih siang hari, masih terang. Tetapi nggak tahu kenapa saya malah mengantuk,” kata coach Sani.
“Sempat mencari-cari kopi juga, tapi nggak ketemu. Akhirnya kopi mas Donny yang diberikan ke saya. Ternyata tetap kopi Indonesia penyelamatnya,” canda pelatih berusia 37 tahun itu.
Baca Juga: Selesaikan Agenda di Indonesia, KFC DBL Indonesia All-Star Menuju Chicago!
Merasa punya tanggung jawab lebih atas tim putri KFC DBL Indonesia All-Star 2023, coach Sani juga begitu khawatir terhadap kondisi anak-anak didiknya. Beruntungnya, mereka punya batas toleransi yang cukup baik terhadap perbedaan waktu tersebut.
“Saya bingung sekali waktu itu. Sempat memantau anak-anak (All-Star) juga, ternyata memang ada beberapa yang mengalami hal serupa seperti saya. Tapi untung saja mereka adaptasinya lebih cepat ketimbang saya,” tegas coach Sani.
Setelah kurang lebih empat hari menjalani rutinitas di Chicago, satu-satunya pelatih putri di jajaran KFC DBL Indonesia All-Star 2023 ini mengaku baru bisa beradaptasi dengan cukup baik. “Sejauh ini sudah aman kalau masalah waktu. Lumayan sudah bisa beradaptasi,” tandasnya. (*)