Oleh: Zulfikar Hamid*
Melihat Fikran Fattah pada pertandingan final kemarin (6/9), saya merasa sangat bangga padanya. Meskipun dia belum bisa meraih gelar juara bersama timnya SMAN 2 Bandung, tapi itu merupakan langkah awal yang baik baginya. Apalagi Fikran saat ini masih kelas X dan perjalanannya masih panjang.
***
Fikran mulai mengenal basket sejak SD, ketika itu saya ajak dia untuk bermain bersama. Maklum karena saya dulu juga pemain basket sejak SMA. Setelah saya ajak itu, dia makin tertarik dan ingin mendalami dunia basket. Sejak saat itu keinginan saya pun terpenuhi agar punya anak yang juga suka main basket.
Sebagai orang tua apapun akan saya lakukan sebagai bentuk kecintaan saya pada Fikran. Apalagi dia adalah anak tunggal. Jadi keinginannya untuk mendalami basket selalu saya dukung bagaimana caranya. Mulai mengajari Fikran berlatih di rumah, hingga memasukannya pada salah satu klub di Kota Bandung.
Semua itu seakan terbayar perlahan, terutama saat ia mulai menginjak bangku SMP. Fikran masuk ke SMP Al-Azhar langsung mengikuti ekstrakulikuler basket. Waktu demi waktu berjalan, prestasi di bidang basket pun berhasil ia tunjukan saat duduk di kelas VII SMP. Saat itu ia berhasil membawa SMP Al-Azhar menjadi juara di salah satu turnamen lokal. Tak hanya itu, dalam turnamen khusus sekolah Al-Azhar, Fikran juga berhasil mengatarkan sekolahnya menjadi juara.
Hingga akhirnya dia bisa dipercaya klubnya untuk jadi tim inti. Bahkan Fikran masuk ke dalam list pemain yang berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) KU-14. Saya sangat bangga sekali mendengar berita itu. Seakan-akan semua terbayar lunas meskipun ini masih awal.
Hal yang sempat bikin dia down adalah saat mengalami sakit tulang punggung. Jadi Fikran punya penyakit di tulang punggungnya sehingga tidak bisa tegap. Sebagai orang tua yang sangat sayang anak, tentu segala upaya saya coba demi mengembalikan minat Fikran dalam basket. Saya berjuang mencarikan dokter yang terbaik buat dia.
Bahkan saya sudah membawa Fikran ke tujuh dokter yang ada di Kota Bandung ini. Hanya satu keinginan saya, supaya Fikran bisa sembuh dan meraih cita-citanya. Fikran sudah mengalami penyakit itu sejak dia kelas IX SMP. Sampai sekarang dia masih dalam tahap pemulihan jadi belum sembuh total.
Meskipun Fikran dalam masa penyembuhan, ia mampu dipercaya oleh pelatih SMAN 2 Bandung, Yudhistira Suparman, untuk mengisi satu slot di tim inti. Fikran mampu buktikan meskipun dia kelas X tapi punya kualitas dan permainan yang bagus sehingga berhasil membawa timnya ke final Honda DBL West Java Series 2019.
Sehari sebelum final, saya coba kasih wejangan kepada Fikran. "Partai final besok ayah cuma minta kamu kuatkan mental. Karena itu pertandingan yang menentukan dan apapun hasilnya kamu harus siap". Meskipun Fikran masih belum bisa jadi juara, tapi ia sudah berhasil membayar semuanya dengan penampilannya yang baik.
Usai final, Fikran sangat sedih dengan kekalahannya. Saya pun hanya berusaha untuk memberikan motivasi kepadanya. "Tidak perlu menangis, ayo yang kuat. Kamu masih punya perjalanan panjang, ini awal yang bagus buat kamu yang kelas X. Tahun depan kamu pasti bisa buktikan".
Walaupun saya juga ikut sedih karena dia kalah, namun di sisi lain saya juga bangga karena dia masuk ke first team. Selanjutnya saya akan memotivasi agar bisa tampil lebih baik lagi dan supaya bisa berangkat ke Amerika.
*Penulis Ayah dari Fikran Fattah, center dari SMAN 2 Bandung.