"99 persen anak DBL pemain DBL tidak akan jadi pemain profesional. Tapi, dengan program kami yang mengedepankan filsafat-filsafat kerja keras dan profesionalisme, 100 persen bisa menjadi profesional dalam bidang apa pun," kira-kira begitu kalimat yang terus dikatakan Azrul Ananda, CEO sekaligus Founder DBL Indonesia.
Setelah menggelar liga basket pelajar selama lebih dari 15 tahun, DBL kerap melahirkan alumnus yang luar biasa. Tidak sedikit mereka yang berjuang dan berperan penting dalam Timnas Basket Indonesia.
Paling mutakhir, Timnas Putri Indonesia berhasil membawa medali emas pertama kali dalam sejarah pada SEA Games. Di mana 8 pemain dari 12 roster merupakan alumni DBL. Komitmen dan profesionalitas yang menjadi napas dari penyelenggaraan DBL akhirnya membuahkan hasil.
Di tahun yang sama, DBL juga melahirkan sebuah kolaborasi baru dengan salah satu alumnus mereka. Sekaligus menjadi bentuk dari buah komitmen dan profesional yang menjadi napas DBL selama ini. Kolaborasi itu berbentuk sepatu, AZA by Jackson.
Jackson Suwargo, Founder produsen sepatu dan sandal 'Jackson', merupakan seorang alumnus yang pada tahun 2013 pernah merasakan atmosfer DBL sebagai pemain dari tim basket putra SMA Gloria 1 Surabaya. Hubungannya dengan DBL pun tak berhenti di sana. Jackson pernah membantu DBL All Star, menjadi volunteer sekaligus guide, mulai tahun 2016 hingga 2018 saat bertandang ke Amerika Serikat.
Baca juga: AZA by Jackson, Kolaborasi AZA dan Alumnus DBL untuk Indonesia
Saat itu, Jackson sendiri tengah melanjutkan studinya di San Francisco, California. Ia membantu penggawa All-Star untuk berlatih dan bertanding di sana dengan menyediakan akomodasi, fasilitas transportasi, merencanakan tempat-tempat makan, mengantarkan pemain apabila ada yang sakit, dan lain sebagainya.
Jackson memang lahir sebagai sosok yang berbakat di bidang organisasi dan berdiplomasi. Ketika kuliah, dia juga sempat menjadi ketua Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat). Bayangkan kesibukannya yang harus membagi waktu antara kuliah, berorganisasi, dan mengurus anak-anak All-Star pada saat itu.
Namun, saat itu, lagi-lagi Jackson menikmati setiap prosesnya. Hitung-hitung bisa membuatnya lebih berpengalaman dalam menghadapi orang-orang yang umurnya jauh di bawah atau di atasnya. Juga dengan belajar memutuskan dan mencari solusi masalah.
"Memang cukup sulit berhadapan dengan student athlete yang kebutuhannya banyak. Justru dari sana saya jadi punya pengalaman buat treat orang lain dengan baik. Efeknya ketika saya menjadi guide lagi untuk kunjungan bisnis dan pemerintahan, saya lebih bisa menghandle semuanya. Jadi terasa lebih mudah," ungkap Jackson lewat wawancara dengan DBL Play.
Setelah itu, Jackson fokus dengan studi dan perkembangan bisnisnya. Sama dengan DBL yang terus menjalankan liga hingga saat ini. Di tahun 2023, Jackson dan DBL kembali mempunyai relasi yang kini sifatnya lebih mengikat, jangka panjang, dan tentunya mempunyai visi yang lebih solid.
Perjalanan panjang Jackson sebagai alumnus DBL berhasil mengantarnya menjadi sosok yang menginspirasi. Dari sana, terbentuklah sebuah kolaborasi bersama DBL. Dengan niat sebagai wujud konsistensi, kerja keras, dan profesionalitas yang menjadi hasil dari proses perjalanannya bertahun-tahun.
Melalui kolaborasi sepatu AZA by Jackson, sebenarnya ada misi khusus yang secara tidak langsung dimiliki oleh Jackson. Terlepas dari perkembangan bisnis dan kerja sama jangka panjang. Yakni menularkan filsafat kerja keras, profesionalitas, dan komitmen kepada student athlete.
"Sebenarnya, hubungan saya dan DBL itu memang cerita yang sangat panjang. Saya juga nggak bikin kolaborasi ini dengan tujuan-tujuan spesifik, maksudnya mengalir secara alami saja. Namun, kalau yang bisa diambil adalah profesionalitas dan komitmen jika ingin menggapai tujuan," ujarnya.
Sejak awal, sepatu AZA mempunyai visi untuk mendobrak batasan-batasan yang menghalangi seseorang mewujudkan impiannya untuk bermain basket. Dengan kolaborasi AZA by Jackson, DBL bersama Jackson akan berinovasi untuk terus melanjutkan napas visi tersebut.
Kolaborasi ini kemudian, harap Jackson, bisa menularkan nilai-nilai positif yang bisa diterapkan oleh student athlete ketika mereka sudah menjadi alumnus DBL. "Kalau ditarik cerita panjangnya, sebenarnya saya sendiri lebih menekankan soal mental ke semua student athlete. Bukan artinya saya sebagai tokoh atau sosok yang begitu berpengaruh. Justru saya ingin student athlete lebih menikmati prosesnya ketika mereka berjuang," jelas Jackson.
"Hasil dari proses ini sebenarnya yang paling mahal adalah mental pantang menyerah. Kalau di basket, sebelum kuarter empat berakhir, pokoknya jangan sampai menyerah. Saya berharap student athlete bisa mengambil nilai-nilai itu dari perjalanan panjang saya," tukasnya. (*)