Buzzer berbunyi. Para pemain basket SMAN 2 Surabaya tertunduk lesu. Mereka lagi-lagi gagal merebut gelar juara di final party kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, Honda DBL with KFC.
Sabtu malam, 1 Oktober 2022, SMAN 2 Surabaya memang kembali berlaga di partai puncak Honda DBL with KFC 2022 East Java Championship Series. Selama tiga tahun berturut-turut, SMAN 2 Surabaya empat kali melangkahkan kakinya ke final. Empat kali pula Smada, julukan SMAN 2 Surabaya, belum berhasil mengalahkan SMA St Louis 1 Surabaya (Sinlui).
Pertemuan keempat di final itu ibarat jerawat sudah mau meletus. Gelar juara harus sedikit lagi bisa diraih. Tapi tetap saja Smada tak mampu melakukannya. Di pertemuan keempat ini mereka justru kalah jauh, 83-30.
Padahal dukungan Arek Smada, julukan suporter SMAN 2 Surabaya luar biasa. Mereka terus bernyanyi meskipun tim kebanggaannya tertinggal jauh. Arek Smada seolah berharap keajaiban bisa datang lewat semangat yang mereka gelorakan dari atas tribun. Nyatanya itu harapan itu sirna.
Tapi itu tak membuat Arek Smada marah. Apalagi anarkis.
Kenyataan pahit itu tak membuat Arek Smada meluapkan kejengkelan mereka pada lawannya. Baik ke tim basket maupun suporter Sinlui.
Tak ada umpatan.
Tak ada sindiran.
Apalagi hal-hal yang berbau rasis.
Arek Smada bahkan menaruh respek pada lawannya. Salah satunya ketika panitia memutar anthem untuk Sinlui.
Ya, memutar anthem sekolah memang menjadi salah satu tradisi di kompetisi DBL. Hal ini biasa dilakukan di akhir pertandingan.
Awalnya Smada dulu yang diberi kesempatan menyanyikan anthem. Ketika itu, Sinluiers, julukan supoter Sinlui menghormati itu dengan kompak berdiri dan menyalahkan lampu ponsel. Sinluiers menggerak-gerakan lampu ponsel itu, menyesuaikan nada-nada anthem Smada.
Setelah itu gantian kesempatan yang sama untuk Sinlui. Ketika anthem Sinlui dibunyikan, sempat terlihat beberapa suporter Smada berjalan meninggalkan tribun. Tanpa disangka, mereka yang hendak meninggalkan tribun itu diteriaki temannya sendiri.
“Woi balik, nunggu anthem Sinlui,” teriak salah satu Arek Smada.
Koreo yang dihadirkan Arek Smada, suporter SMAN 2 Surabaya.
Arek Smada yang hendak meninggalkan tribun itu pun balik. Mereka ikut berdiri dalam barisan. Ikut mendengarkan anthem Sinlui. Beberapa juga ganti menyalahkan lampu ponsel, seperti apa yang dilakukan Sinluiers.
Bukan hanya aksi di atas tribun. Usai pertandingan -yang hasilnya begitu menyesakkan bagi Smada- maskot kedua sekolah juga kompak memberikan hiburan. Maskot-maskot itu asyik berjoget menikmati alunan musik di penghujung acara.
Pemandangan yang sungguh menarik. Rasanya jarang terjadi dalam sebuah kompetisi. Apalagi di partai-partai penuh drama berlabel Big Match.
Koreo suporter Sinlui.
Ironisnya, selang beberapa menit setelah terjadi pemandangan menyejukkan di laga final DBL Seri Jawa Timur itu, tersiar kabar kerusuhan di sepak bola. Juga di Jawa Timur. Kerusuhan yang kemudian berujung tragedi kemanusiaan, karena merenggut ratusan nyawa.
Padahal di kota tempat terjadinya kerusuhan itu, pemandangan menyejukkan seperti yang ditunjukkan anak-anak Smada dan Sinlui juga biasa terjadi. Di GOR Bimasakti, Malang. Ketika perhelatan kompetisi DBL berlangsung di sana.(*)
Hasil dan statistik final party Honda DBL with KFC 2022 East Java Championship Series (pengguna Android bisa scroll dengan melakukan double tap) bisa dilihat di halaman di bawah ini, atau klik di sini.