Perjuangan para penggawa SMAN 2 Surabaya sudah hampir mencapai garis finish. Tiket Final Party Honda DBL with KFC 2022 East Java Series - North Region berhasil mereka amankan usai menumbangkan SMAN 1 Waru dengan skor meyakinkan 79-42.
Kini anak asuhan Dhimas Aniz harus mengulang akhir yang sama seperti dua musim terakhir. SMA St. Louis 1 Surabaya atau Sinlui kembali menjadi rivalnya. Malam ini akan menjadi hari yang bersejarah bagi kedua tim. Ambisi besar Smada untuk meraih kemenangan tahun ini akan terus diperjuangkan.
“Unfinished business sih, masih belum selesai urusannya sama Sinlui. Nanti kita memang harus lebih fokus lagi karena target kita nggak muluk-muluk kok cuman pengen juara aja,” pungkas Coach Dhimas.
Baca Juga: Kilas Balik: Asa Smada Wujudkan "Wayahe Juara"
Konsistensi Smada -julukan SMAN 2 Surabaya- selama beberapa tahun ke belakang memang layak diacungi jempol. Bagaimana tidak, mereka sukses mengimbangi permainan Sinlui meski masih belum dapat mematahkan tahtanya.
SMAN 2 Surabaya selalu melakukan meeting team menjelang pertandingan. Mereka juga kerap membagi tugas. Di mana pelatih yang bertugas untuk mencari bibit unggul bagi tubuh Smada serta melakukan scouting dan analisa, sedangkan pemain tinggal mengeksekusinya saja.
Strategi khusus sudah mereka kantongi. Beberapa pergerakan SMA St. Louis 1 Surabaya memang patut mereka waspadai. Terlebih ukuran pemain yang cenderung tinggi akan membuat Smada kesulitan dalam segi rebound.
“Sama aja nanti kami bermain dengan gayanya Smada. Cuman harus lebih aware sama setiap momen, karena mereka (Sinlui) juga memiliki size pemain yang tinggi-tinggi. Sebenarnya kami juga antisipasi reboundnya mereka. Kami sudah siap dengan tindakan-tindakan itu,” timpal pelatih yang berhasil membawa SMAN 2 Surabaya tiga kali menuju final.
Baca Juga: Tugas Belum Selesai, Smada Pengen Juara di Tahun Ini
Ketika ditanya mengenai tanggapan atas Sinlui, coach Dhimas tak mau memberikan banyak komentar. Pasalnya beliau hanya ingin respect kepada sang lawan. Meski begitu, ambisi juara pelatih SMAN 2 Surabaya bersama anak didiknya takkan pernah pudar.
“Ya kita lihat saja karena setiap memasuki lapangan itu rasa untuk mengambil benderanya jauh lebih besar. Jadi kita buktikan saja nanti,” tutupnya. (*)